Gadis yang sering di panggil Selly itu, kini tengah duduk di samping sang Ayah yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, Selly memengangi tangan sang Ayah, wajahnya masih dirundung kecemasan.
“Ayah, bangunlah,” lirih Selly.
Tiba-tiba saja ponsel milik Selly berdering, segara Selly mengambil ponselnya, yang berada di dalam tas.
“Hallo, Bi...” ucap Selly lewat sambungan telepon tersebut. Panggilan masuk tersebut dari Bi Sani—asisten rumah tangganya.
“Hallo Non, gimana keadaan Tuan?” tanya wanita parubaya itu dari seberang sana, suara terdengar penuh kekhawatiran.
“Ayah masih belum sadar Bi, tapi kata Dokter keadaannya sudah membaik.” Selly berkata sambil menatap sang Ayah yang masih berbaring lemah itu.
“Syukurlah, Bibi sebentar lagi akan ke sana, Bibi juga udah masakin makanan kesukaan Non.”
“Iya Bi, sekalian bawain baju ganti buat aku ya Bi.”
“Siap Non, ya sudah Bi tak siap-siap dulu ya Non.”
“Eh tunggu Bi..”
“Ya Non kenapa?”
“Ibu sudah Bibi kabarin, 'kan? Kalau Ayah masuk Rumah Sakit?”
Hening sesaat ketika Selly bertanya pada Bi Sani lewat sambungan telepon tersebut.
“Bi...” panggil Selly karna tidak ada sahutan dari Bi Sani.
“Eh iya Non. Anu, emm... tadi bibi sudah telepon Nyonya tapi tidak diangkat, terus bibi juga udah kirim pesan, tapi belum ada balasan juga.”
“Jadi Ibu belum pulang juga Bi? Bibi gak tau Ibu pergi kemana?” cerca Selly, raut wajahnya terlihat kesal.
“Be—lum Non, bibi juga gak tau Nyonya pergi kemana,” jawab Bi Sani terdengar gugup.
Selly menghelai napas beratnya, “ya sudah Bi, aku tunggu di bibi ke sini,” kata Selly setalah itu ia langsung mematikan sambungan telepon tersebut secara sepihak.
‘Keterlaluan! Sebenernya pergi kemana Ibu? Apa yang dia lakukan, apa segitu sibuknya urusannya itu, sampai tak tau ada telepon masuk dan pesan masuk!’ batin Selly kesal.
Setelah itu Selly pun mencoba menghubungi Ibu sambungnya itu, namun sialnya nomer ponselnya malah tidak aktif.
***
Sementara itu di tempat lain. Seorang wanita dengan pakaian sexy—nya tengah berdiri di balkon, senyuman terlihat menghias wajahnya. Matanya menatap senja yang di langit sana.
“Ana, sebaiknya kamu pulang.” Seorang laki-laki menghampirinya, berdiri di belakang wanita itu dengan tangannya yang melingkar di tubuh wanita tersebut.
Namun wanita itu segara melepaskan tangannya kekasihnya itu, lalu berbalik.
“Sayang, sampai kapan kita seperti ini?” tanya wanita bernama Diana itu pada Dimas—kekasihnya.
“Maksud kamu?”
Diana menghelai napasnya beratnya, lalu membelakangi Dimas, “aku sudah lelah Dim, menjalani hubungan ini secara sembunyi-sembunyi seperti ini. Aku mencintaimu, aku ingin memiliki kamu seutuhnya, kapan kamu akan menikahi ku?” Diana bertanya lirih.
Dimas berjalan selangkah memposisikan dirinya berdiri di samping Diana.
“Sabar Ana, tunggu waktu yang tepat. Aku pasti akan menikahi mu, tapi tidak sekarang. Kamu taukan, aku masih banyak kekurangan, dalam segi materi pun aku tidak yakin bisa mencukupi kamu kelak, kamu tahu sendirikan aku sebatang kara di dunia ini, rumah ini pun satu-satunya warisan peninggalan kedua orang tuaku. Lagian jika aku menikahi kamu sekarang, itu tidak mungkin. Kamu masih terikat dengan suami kamu bukan?” herdik Dimas.
“Dimas, aku tidak mempersalahkan tentang materi, aku menerima kamu apa adanya, aku tulus mencintai kamu. Dan masalah suamiku, itu gampang, aku akan meminta cerai darinya secepat mungkin, jika memang kamu akan menikahi ku sekarang.”
“Tidak Ana, pikirkan dulu matang-matang, aku tidak mau nanti kamu menyesal.”
“Aku tidak akan menyesal Dimas, aku yakin kita akan bahagia kelak, jika sudah membina rumah tangga. Aku juga sudah tidak kuat lagi hidup bersama suami ku yang tua itu, dia memang memberi banyak uang, tapi aku tidak pernah mencintainya!” ucap Diana, menyakinkan Dimas.
“Sudahlah Ana, kita bicarakan ini lagi nanti. Lebih baik kamu pulang, bukannya tadi kamu bilang suami kamu masuk rumah sakit?” Dimas menatap Diana malas.
“Aku tidak perduli Dimas, mau dia sakit atau mati pun aku tidak peduli! Aku hanya butuh kepastian dari kamu tentang hubungan kita ini Dimas!” Ana berkata dengan suara memekik.
“Cukup Ana! Mengertilah, aku lelah. Sebaiknya kamu pulang!” Dimas berlalu dari samping Diana, laki-laki berusia 28 tahun itu terlihat kesal dan menahan amarahnya.
Diana mendengkus kesel, setelah itu Diana pun memutuskan untuk pulang, tanpa pamitan terlebih dahulu pada Dimas.
Sementara Dimas kini sudah berada di kamarnya, mendengar suara mesin mobil berbunyi, Dimas yakin bahwa itu mobil Diana, Dimas merasa lega akhirnya wanita itu pergi juga.
Dimas Baskoro, laki-laki berusia 28 tahun, yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah menengah atas swasta yang ternama di kota tersebut. Dan Diana, dia adalah wanita yang sudah 1 tahun ini ia kenal dan mereka menjalin sebuah hubungan terlarang, ya Diana berstatuskan istri orang, bahkan usia Diana lebih tua dari Dimas, Diana sudah memasuki usia kepala tiga. Namun Dimas tidak mempersalahkan tentang itu, karna tujuan menjalin hubungan dengan Diana ada alasannya. Alasan yang tidak akan Dimas katakan pada siapa pun!
Apakah Dimas mencintai Diana? Ya tentu saja tidak? Apa yang istimewa dari seorang Diana? Parasnya tidak terlalu cantik, hanya saja memang penampilannya yang anggun dan bersih, mungkin karna sering melakukan perawatan, suami Diana memang seorang pengusaha sukses, tentu saja Diana bisa menikmati harta suaminya itu, terlebih suaminya sangat mencintai wanita itu, sebenarnya Diana wanita yang beruntung, dia bisa menikah dengan laki-laki kaya raya, ya walaupun umur laki-laki itu sama dengan Ayahnya Diana, tapi diusianya yang sudah kepala empat itu, suami Diana masih terlihat gagah, bahkan tidak nampak kerutan di wajahnya.
Dan yang lebih beruntungnya lagi, anak tiri Diana sangat menghargai Diana, menganggap Diana seperti Ibu kandungnya sendiri, tidak mempersalahkan Diana yang memakai uang Ayahnya untuk berpoya-poya sekali pun.
Tapi Diana seperti kurang bersyukur, kesetiannya lemah, gampang tergoyah, apa lagi oleh Dimas. Pesona seorang Dimas memang susah di tolak oleh kaum hawa, parasnya yang tampan, tubuhnya yang atletis, hidung mancung, bagi wanita Dimas adalah sosok pria sempurna, banyak wanita yang tergila-gila oleh laki-laki itu, apa lagi sikap Dimas yang dingin, membuat kaum wanita semakin penasaran di buatnya.
Lalu kenapa Dimas memilih menjalin hubungan dengan Diana? Yang menurutnya kalah jauh dengan wanita-wanita yang selama ini mengejarnya, jawabnya satu, hanya Dimas yang tahu.
Bersambung...
Hallo semuanya, jangan lupa like, komen dan Votenya, dan jangan lupa juga simpan di rak favorit kalian.
Salam sayang dari Author.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Wina Yuliani
kyknya ada dendam diantara mereka.
2022-07-02
1
Wheny Az
penasaran
2022-07-01
0
🌷💚SITI.R💚🌷
sebenary dimas itu punya misi apa ya..ko mau gt sm diana da diana jg ga tau diri malah menghianati suamiy..
2022-06-24
0