PART 5

بسم الله الر حمن الر حيم

Zain termenung di pinggir jalanan kota dimana kendaraan dan pejalan kaki asik berlalu lalang, jalanan yang bersih dengan hiasan tumbuhan yang berkembang berwarna hijau dan berwarna lainnya menambah kecantikan jalanan kota Bandung.

Ia merenungi akan ucapan yang terlontar dari bibir mungil yang sempat membuatnya terkesima karna senyuman manisnya lalu ia terkekeh geli kala mengingat ternyata ucapan gadis itu benar jangan pernah meremehkan orang lihat buktinya kakinya cenat cenut dahinyapun tak jauh beda masih sedikit ngilu apalagi ada memar bewarna biru disana.

“astagfirullah… maaf yaallah sudah mencela ciptaanmu. Tapi dia lucu sekali dengan ekspresi seperti itu” monolognya.. disertai kekehan kecil.

+++++++++

Keesokannya Zain standbay tepat didepan rumah Indah lagi diwaktu yang sama yaitu siang hari ba’da dzuhur dimana ia juga sudah selesai sholat. Indah pulang terlihat jengah melihat pria songong didepannya balik lagi, walau bagaimanapun dia tamu dan satu hal lagi dia yang menemukan dan mengembalikan ponselnya.

“hay..”sapa Zain setelah Indah memasukkan motornya kegarasi beserta helm dan kembali lagi kehadapannya berjarak dan terhalang pagar, Indah didalam pagar Zain diluar pagar

“waalaikumsalam” sindir Indah , membuat Zain menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“assalamu’alaikum warahmah”

“waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa?” Tanya Indah to the point.

“aku.. hanya minta mau minta maaf sudah berkata begitu padamu”

“sudah saya maafkan om.. saya juga minta maaf akan perbuatan saya kemarin” cicitnya sedikit meringis saat melihat memer didahi pria itu ia tak menyangka akan melukai dahi yang semula cling itu kini memar, bibir Zain terkedut menahan senyum namun tak lama ia sedikit protes.

“om..?”

“ia.. kan om menganggap saya siswa SMP wajarkan memanggil orang DEWASA dengan sebutan om.. lagi pula cocok kok” jawabnya dengan menekan kata DEWASA.

“tapi aku masih muda lah Nadhira, jangan panggil om”

“Nadhira Whoe is Her?”

“you name take Calista Indah Zahra Nadhira, jadi Nadhira”

“Indahlah nama saya Indah”

“oke..oke. Indah jangan panggil saya om”

“kenapa.. ompun sudah cocok dipanggil om”

“tidak saya ini masih mudalah tak setua itu yang harus dipanggil om”.

“yasudah om terserah om dah”

“ter….” Perkataan Zain terpotong kara dering ponsel yang berasal dari Indah ia mengambil ponsel dan mengangkatnya.

“maaf om saya angkat telfon dulu”, ijinnya

“silahkan”

Waalaikumsalam warahmah ibu”

“….”

“ia Alhamdulillah sudah ketemu,”

….”

“ia orang yang baik yang menemukan ponsel Indah dan dikembalikan langsung” jawaban Indah membuat Zain tersenyum sendri ia membekam mulutnya tidak erat dengan tangan yang tergepal tanpa tenaga

“ia bu.. Indah salamkan..

“….”

“heum… ia.. ia waalaikumsalam”

Tut..

“ibu saya titip salam sama om, terimakasih sudah berbaik hati menemukan dan mengembalikan ponsel saya”

“sama-sama”

“om tak mau pulangkah?”

“kamu ngusir saya?”

“eh maksud saya bukan begitu om.. memangnya om tidak sibukkah”

“semua pekerjaan saya sudah selesai.”

“eh neng Indah siapanya neng.,. yaampun ganteng sekali neng. Pacar neng ya” sela seorang ibu-ibu walimurid yang kenal Indah tanpa diduga ia sudah berada diantara mereka mengamati si lelaki yang tersenyum tipis bahkan sangat tipis pada ibu itu yang terus memandanginya membuat Zain malu.

“eh bukan bu”.

“eh bukan ya… padahal cocok loh.. dengan neng Indah.. yaudah neng mas saya permisi dulu”.

“ia bu silahkan”

“assalamu’alaikum neng”

“waalaikumsalam warahmah bu.. hati-hati dijalan ya bu”

“siap ibu guru cantik” jawabnya, membuat Indah tersipu malu.

“ekhem… tak kau persilahkan aku masukkah sekedar mencicipi kopimu?” Tanya Zain, Indah menepuk jidat ‘kok bisa tak sopan begini’ rutuknya.

“eh.. yasudah mari om.. tapi maaf om duduk dikursi teras itu tak papakan?”

“yap aku mengertilah”

“baiklah silahkan duduk, om mau minum apa?”

“terserah kau saja, air putihpun tak masalah”

“baiklah, saya kedalam dulu”

“ya” sekepergian Indah, ada seseorang yang sedari tadi memerhatikan keduanya hingga Indah masukpun orang itu malah memerhatikan lelaki itu, dimana sebuah rumah besar dan mewah dikampungnya berada tepat didepan rumah Indah, seorang gadis pemilik rumah itulah yang mengamati lelaki yang duduk dikursi antic rumah Indah.

‘siapa,… Indah tak mungkin pacarnya.. mana level pula.. laki-laki itu kaya juga sangat tampan.. mana pantas dengan Indah yang jelek dan lebih kaya aku” monolognya

“maaf ya om lama” ucapnya meletakkan kopi latte dengan bentuk daun diatasnya lalu satu toples kripik kentang yang sudah dibuka tutupnya.

“kamu.. beli apa gimana minumannya”

“buat sendiri om”jawab Indah yang duduk dikursi disebalh meja Indah sedikit menggesernya.

“bagaiamana bisa”

“bisa kalo kita belajar dan punya alatnya toh” Zain mengangguk setuju

“silahkan diminum om, kripiknya dimakan juga”

“oh tentu” ucap Zain, ia mencicipi kopi latte itu yang menurutnya tak kalah dari coffe latte yang ada dicafe – café tak lupa memakan kripik kentang.

“oh ya kenalin nama aku Zain” ujar Zain memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan ia paham agama walau begitu ia lulusan Al Azhar perintah abahnya yang memang diwajibkan pada setiap anaknya. Indah mengangguk tak lupa ia juga meminum coklat dinginnya.

“Indah…” Panggil seorang gadis pemilik rumah mewah didesa itu Indah menoleh sedangkan Zain melirik sekilas lalu tak acuh, Indah bangun dari sana membuka gerbang dan benar saja gadis itu langsung nyelonong begitu saja dan berdiri didepan Zain yang asik ngemil.

Terimakasih...😊😊

Terpopuler

Comments

luluk

luluk

lanjut author....

2020-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!