PART 4

“ Indah aku pulang dulu ya” pamit Aina pada Indah yang memang juga sudah bersiap pulang tapi sepertinya Aina ada sesuatu yang mendesak terlihat dari wajah gusar dan tingkahnya yang terburu-buru.

“ia hati-hati loh”, pesannya dan diangguki oleh Aina. 5 menit Aina pulang barulah Indah menyusul setelah berpamitan pada guru-guru lain dan kepala sekolah. Sekolah menerapkan sholat berjamaah dzhuhur maka dari itu untuk kelas rendah 1 dan 2 akan pulang setelah ba’da dzuhur sedangkan kelas 3 setengah jam seterusnya begitupun kelas lanjut kepulangan mereka akan lebih lama sesuai tingkat kelasnya.

10 menit dari sekolah dengan mengendarai sepeda metic scoopy yang sudah menemaninya selama hampir 1 tahun mengajar di kota tetangga ini, ia mengernyit heran saat didepan rumahnya sebuah mobil yang mewah menurutnya berhenti tepat didepan rumahnya apalagi disana sang pemilik dengan kacama hitam menutupi matanya dan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku serta punggung yang disandarkan pada mobilnya itu.

Ternyata bukan hanya Indah yang melihat bahkan ada beberapa pejalan kaki yang mengagumi bahkan secara terang-terangan bilang keren pada pemuda yang justru menurut Indah aneh, ia melewati pemuda itu turun dari motor tanpa peduli, membuka gerbang hingga sebuah suara teguran menghentikan aktivitasnya.

“permisi” suara baritone itu menegur si pemilik rumah sepertinya.

“ permisi”, tegasnya sekali lagi karna gadis bocah didepannya ini tak menoleh, akhirnya setelah gerbang terbuka Indah menoleh ia ia membuka helm lalu meletakkan di celah tengah antara jok dan penghalang depan.

Zain melongo, gadis didepannya ini sipemilik ponsel tentu saja dia tau karna ia sempat melihat fotonya.

“ka..kamu yang punya rumah ini?” tanyanya sedikit tergagap, Indah mengangguk dan menatap aneh pemuda didepannya ini yang memang cukup tinggi bila dibanding dirinya yang mungil.

“terus.. kamu yang menelfon, si pemilik ponsel pink?”

“loh… jadi mas-masnya yang nemuin Alhamdulillah.. ada sama mas” ucapnya tak percaya senyum bahagia dan binar dimatanya ia senang, sedangkan Zain membuka kacamatanya tercengang.

“tungu.. tunggu … beneran kamu yang punya?”

“ia mas” jawab Indah disertai anggukan mantap.

“kamu.. ngapain pakek baju guru gitu” ucapnya tidak sesuai topic yang dibahas

“karna saya memang berprofesi itu” jawab Indah dan jawaban lelaki itu malah tertawa yang membuat Indah heran.

“sorry.. ha..ha.. kamu sungguh memiliki selera humor yang tinggi”

“maksudnya?” Indah merasa aneh sendiri akan pria didepannya ini.

Bagaiman Zain tidak tertawa, melihat tubuh dan wajah imut gadis didepannya ini yang menurutnya masih sangat muda mengaku sebagai seorang guru ‘ Whatt The’ pikirnya ‘ tapi gak papalah setidaknya aku mendapatkan lelucon yang membuat aku tertawa’ sambungnya dalam hati.

“maksdunya?” Tanya gadis mungil itu.

“ya kamu kalo bercanda.. oh atau mungkin sekarang hari pahlawan ya makanya sekolah menyuruh siswa SMPnya memakai kostum yang dicita-citakannya.

“memang siapa yang siswa SMP?” tanyanya heran.

“yah kamulah”

“what… saya beneran gurulah.. saya mengajar Di SD Pelita Bangsa” jawabnya tegas membuat Zain melongo, jika dari wajah seriusnya dia memang tidak sedang bercanda, bahkan Zain melihat disana ada sebuah pin yang memang atribut guru bahkan ada name take berbentuk persegi panjang kecil dan pipih Zain mengeja nama itu CALISTA INDAH ZAHRA NADHIRA ‘nama yang cantik’ batinnya.

“oh maaf.. soalnya kamu sedikit kurang tinggi jadi pasti bukan hanya aku salah satu orang yang salah paham akan kamu” ucapan Zain membuat Indah menundukkan kepala, bahkan ia sangat sadar jika dia pendek cuman.. apakah ia harus menangis dan protes sama sang penciptanya, tentunya salah karna ia tidak memiliki hak itu, selagi allah kasih dia umur apa yang harus ia tak syukurkan allah masih kasih dia kesampatan untuk menjadi manusia yang berusaha untuk taat.

Zain jadi tak enak hati melihat Indah yang tertunduk.

“mana ponsel saya” pinta Indah tiba-tiba ia memasang helm dikepalanya lagi ia melangkah maju dan menjulurkan tangan pada pemuda songong didepannya ini. Ia tidak takut walau sipemilik badan besar dan bongsor itu.

Zain terkesiap, ia mengambil ponsel disaku kemejanya, ia menyerahkan ponsel pink itu pada pemilik sesungguhnya.

“Alhamdulillah… bisa sedikit membungkuk, saya ingin mengatakan sesuatu pada anda tau sendiri kan badan saya MUNGIL KECIL begini” tekan Indah dengan tersenyum manis, membuat Zain terpana dan tanpa pikir panjang Zain membukukkan badannya sehingga mereka sejajar, Indah mengambil ancang-ancang dan......

Bug..

helm mungil berwarna hitam dengan gambar kartun bercadar dibelakangnya ia patukkan pada kepala pria songong didepannya itu lalu tak berhenti disitu ia menginjak kaki kanan lelaki itu dengan sepatu wedges yang berhak 3 cm itu dengan keras membuat Zain meringis ia mengusap dahinya.

“memang saya kecil mungil, tapi jangan pernah remehkan si kecil ini, walau tak memiliki badan sebongsor kamu saya juga bisa maju meraih cita-cita yang bahkan langit menerima dan memberi restunya, buktinya orang kecil yang anda cela ini menjadi seorang guru. Sekali lagi pikirkan ini memang benar orang berilmu belum tentu beradab orang kaya belum tetntu hatinya benar-benar kaya dan orang yang pandai berkata belum tentu bisa berkata dengan baik dan benar, sekali lagi terimakasih sudah berbaik hati dan merelakan waktu luang anda untuk mengembalikan ponsel saya. Saya permisi assalamu’alaikum. Semogga allah selalu memberkahi hidupmu dengan kelimpahan rezeki yang membuatmu sadar diri, permisi” pamitnya, ia mendorong sepedanya masuk melalu pagar memasukkannya kegarasi lalu memasuki rumah setelah mengunci pintu.

Terimakasih......😊😊

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***