Pesan Singkat Kakak Kelas
Zahra Syifatunnisa. ya, Zahra. Dia adalah salah seorang siswi yang sudah sangat famous disekolahnya. Bertingkat pendidikan di bangku 2 SMA sekarang, namanya pun sudah semakin dikenal. Bahkan, namanya pun kini sedang ramai dipuji-puji oleh sekolah-sekolah lain.
Kecerdasan, Kesopan santunan, Kecantikan, dan Wibawanya dapat menyihir semua orang untuk ingin berlama menatap wajah indahnya itu. Ditambah lagi dengan kacamata bulat warna hitam yang dipakainya, semakin mempertegas kecerdasan dan kecantikannya itu.
Zahra memiliki dua orang kakak laki-laki, dan dua orang kakak perempuan. Dan, Zahra adalah putri bungsu.
Kakak laki-laki zahra yang pertama bernama Hafidz, dan kakak laki-laki kedua zahra bernama Aziz. Sedangkan kedua kakak perempuannya itu bernama Mujnah dan Fatimah.
Kakak beradik ini, Dibesarkan dalam lingkup keluarga yang sangat mengedepankan Agama. Sedari kecil, mereka sudah diajarkan norma-norma agama dan bagaimana penerapannya. Terlebih, orangtuanya adalah pendakwah yang terkemuka didaerahnya. Orangtua mereka adalah pendakwah yang dikenal sangat disiplin dalam segala hal. Bahkan, kerapkali orangtua mereka diminta untuk mengisi ceramah maka mereka akan datang lebih awal daripada akan terlambat.
*****
Sudah kurang lebih dua minggu Zahra mendapati libur sekolah setelah Ulangan Akhir Semester(UAS). kini, Zahra pun sudah bersiap untuk bersekolah lagi. ketika sedang memakai jilbabnya, ada suara ketukan pintu yang cukup keras. Zahra yang merasa pintu kamarnya itu diketuk keras seperti itupun, merasa terganggu
"Iiih.. siapa sih tumben banget ngetuk pintu kamar ku sampai sebegitunya!" (gumam Zahra sembari melahkah membuka pintu kamarnya)
"Zahra! ayo, ayoo cepat! tiba-tiba saja abah sulit bernapas" (Ucap Fatimah pada adiknya yang sekarang sudah termangu, karena ucapan kakaknya itu)
"Zahra!! ayo!" (Ucap Fatimah kembali, dengan lebih meninggikan suaranya. sehingga membuat Zahra tersadar)
Zahra dan kakaknya menuruni tangga lantai 2, karena kamar Zahra memang sengaja ditempatkan dilantai dua bersampingan dengan ruang kerja kak Aziz. Dengan langkah yang begitu cepat, Zahra dan Fatimah kini sudah ada didalam kamar Ayahnya.
Zahra: "Abah.. hikss.. hikss.. abah kenapa ummi?" (Tanya Zahra sambil terisak melihat keadaan ayahnya)
Ummi Marwah: "Nak.. doakanlah Abahmu, jangan kamu buat menangis. Dokter pribadi keluarga kita sudah memeriksa abah, dan dia bilang kalau abah hanya kelelahan dan lelahnya itu berpengaruh terhadap ginjalnya" (Ucap Ummi Marwah menenangkan Zahra)
"Benar dik, Abah hanya kelelahan. Dokter sudah memberi abah obat, untuk mengurangi dan menghilangkan sesaknya" (Ucap kak Aziz, menambahkan)
"Ba-baiklah Ummi, kak. Zahra kembali ke kamar Zahra dulu, aku ingin menulis surat izinku selama 3 hari kedepan. Agar aku bisa merawat abah sampai abah pulih" ( Ucap Zahra)
dan setelah mendapat anggukan dari Ummi beserta para kakaknya. Zahra pun pergi meninggalkan kamar ayahnya.
Didalam kamar, Zahra tampak sedang sibuk menulis surat izinnya. Setelah dirasa selesai menulis surat izinnya itu, Zahra pun menitipkannya pada teman sekelasnya yang kebetulan rumah mereka saling bertetangga.
Setelah menitipkan surat izinnya pada temannya itu, Zahra kembali kedalam kamar ayahnya. Kini, dia sudah mengambil mangkuk yang berisi bubur dari tangan kak Mujnah. Dia yang menyuapi ayahnya sekarang, Zahra menyuapi ayahnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Ummi dan juga kakak-kakaknya yang melihatnya pun, tersenyum haru.
Zahra yang melihat bahwa banyak pasang mata sedari tadi memperhatikannya pun, bertanya.
"Ada apa Ummi? kenapa Ummi, kak Fatimah, kak Mujnah, kak Aziz dan juga kak Hafidz menatapku seperti itu?" (Tanya Zahra sambil terus menyuapi ayahnya)
"Ah.. tak apa Zahra, kami hanya terharu melihat kamu yang penuh ketulusan dan kasih sayang itu" (Jawab kak Mujnah dengan lembut)
Zahra yang mendengarnya, hanya tersenyum manis. Dan, kini tinggal sisa satu suapan lagi. Tampak ayah Zahra enggan memakannya. Zahra yang ingin ayahnya cepat pulih pun memaksa ayahnya itu, untuk menghabiskan suapan terakhir itu.
"Abah.. kalau abah tak menghabiskan suapan terakhir ini, kapan abah akan sembuh? aku sangat sedih dan ikut sakit kalau abah seperti ini bah" (Ucap Zahra dengan wajah sendu)
"Baiklah, baiklah. kali ini kau menang lagi nak, ayo mana suapan terakhir itu!" (Ucap ayah Abidzar seraya membuka mulutnya)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Vidiana Rochmaniah
lnjut
2022-07-10
0
pensi
mampir kembali ya ka, sudah like dan favoritkan juga novelnya 🙏🙏
2022-05-29
0