Berdiri di depan pintu toko gelato tempatnya bertemu dengan Marsha, Jeremy hanya bisa memandang tingkah gadis itu dari kejauhan. Dengan rok sekolah yang panjangnya di atas mata kaki, Marsha melangkahi jok motor untuk membonceng seorang cowok yang menjemputnya.
Tatapan mata Jeremy tak teralihkan, mulai dari Marsha berlari keluar, menerima helm sampai melangkahkan kaki lalu memeluk pinggang cowok itu mesra.
“Astaga apa begitu anak zaman sekarang?” Jeremy menggeleng seolah tak tahu bahwa dunia sudah berubah, pergaulan di eranya pasti jauh berbeda dengan era Marsha sekarang.
“Menikah dengan dia sama saja aku mengambil dengan suka rela salah satu beban hidup keluarga Tyaga,” gerutunya. Jeremy melangkah lebar dan hampir saja terjatuh karena kakinya tak menapak anak tangga yang ada di depan pintu toko.
“Sial!”
“Apa Anda tidak apa-apa Pak?”
Dengan cekatan Peter memegang lengan sang atasan, tapi dengan sedikit kasar Jeremy menepisnya. Ia malu karena hal itu membuatnya mati gaya.
“Maaf!” ucap Jeremy setelah sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Peter hanya memulas senyum, sekretaris yang disebut Marsha tampan dan rupawan itu berlari kecil setelah membuka pintu mobil dari tempatnya berdiri. Ia mempersilahkan Jeremy masuk dan seperti kebiasaannya, pria berumur tiga puluh tiga tahun itu terlebih dulu mengelap bagian telapak luar sepatunya sebelum masuk ke mobil.
Sepanjang perjalanan, Jeremy hanya diam. Siku tangannya bersandar pada pintu mobill sedangkan jemarinya memijat lembut pelipis. Ia pusing, seharusnya dia mengunci pintu kamarnya waktu itu, kenapa dia bisa begitu ceroboh dan berujung terjebak dengan urusan membingungkan seperti ini.
“Hah … kutang?” Jeremy tertawa ironi. Otaknya yang brilliant masih tidak bisa menerima kejadian itu. Terlebih ucapan neneknya yang bernama Cantika.
“Sudah nenek bilang berkali-kali, saat kamu masih kecil nenek bermimpi kamu harus menikah dengan cucu sahabat nenek, jika tidak kesialan akan menimpamu bertubi-tubi. Saat cucu sahabat nenek sudah besar, di saat itu lah kamu harus menikah dengannya, jika menolak kamu akan terkena sial sepanjang umurmu.”
BRAK
Baru saja mengingat ucapan sang nenek pagi tadi, Jeremy sudah tertimpa kesialan. Keningnya terbentur sandaran kursi. Peter mendadak menginjak pedal rem. Sekretarisnya itu pun nampak bergegas menepikan mobil lalu melepas sabuk pengaman dan keluar. Terlihat juga seorang pria bertubuh kekar turun dari mobil depan.
“Ah … ada apa ini?”
Jeremy menggerutu, dia usap jidatnya yang terasa ngilu. Cukup lama dia memilih berdiam diri di dalam mobil, sampai dia melihat Peter bersitegang dengan pemilik mobil yang bagian belakangnya tertabrak sedan mewahnya itu. Jeremy pun keluar, tapi nahas tak dia duga sol sepatunya menginjak sesuatu yang lembek.
Jeremy menunduk, keningnya mengernyit dan dia pun menggeser sepatu mahal berharga puluhan juta dengan merek Luis Piton miliknya.
“Sialan! Argh …. “
Semua orang menoleh ke arah Jeremy yang menjerit. Pria itu melompat-lompat, marah sambil mengumpat. Sedangkan seorang pejalan kaki yang sedang berjalan bersama anjingnya buru-buru kabur karena sadar apa yang sedang terjadi.
Kesialan Jeremy tak berhenti di situ, karena bereaksi berlebihan kakinya pun terantuk trotoar. Ia semakin menjerit. Bahkan Peter dan pria pemilik mobil itu sampai saling pandang. Mereka takut Jeremy kesurupan.
“Hei … bung apa mobil ini bukan punyamu sendiri?”
“Iya , itu punya di-di-dia,” jawab Peter atas pertanyaan pria itu dengan jari telunjuk mengarah ke Jeremy yang sibuk marah dan memaki sendiri.
“Wah … apa kalian ini sindikat crazy rich palsu? Flexing?” tanya pria itu dengan tatapan mencemooh dan menggelengkan kepala.
“Sudahlah! mobil itu juga sepertinya akan banyak mengeluarkan biaya perbaikan, kita perbaiki saja sendiri-sendiri," ucapnya.
Pria itu masuk kembali ke mobil dan meninggalkan Peter yang kebingungan, sebelum benar-benar menjauh, Peter sempat mendengar pria itu berkata-
“Mending mobilku merek Tehnia, tapi milik sendiri.”
Peter mengerjab, dia menoleh ke arah Jeremy yang sibuk memukul-mukul udara di depannya tanpa rasa malu karena menjadi tontontan banyak pejalan kaki dan pengguna jalan raya.
“Tai … sepatuku kena tai,” ucap Jeremy frustasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Sweet Girl
ampun deh Tor...
2023-12-27
0
Sweet Girl
Nah .... gitu Khan enak...
2023-12-27
0
Sweet Girl
bwahahahaha sayang sekali sepatu nya...
merk-nya tercemar lagi ...
2023-12-27
0