Crazy Rich Bagian 3
Oleh Sept
"Jangankan satu tahun! Satu hari saja Gadhi tidak akan betah tinggal satu atap dengan wanita seperti itu!" Gadhi berkacak pinggang, ia berjalan meninggalkan Nyonya Geni. Pria itu melangkah menuju kamarnya.
"Gadhi! Tunggu ... stop! Dengerin Mama. Kamu pokoknya harus menikahi gadis itu. Tidak peduli dia sangat di bawah standard penilaianmu. Pokoknya kamu harus turutin apa kata Mama dan kakek!"
Nyonya Geni mengejar putranya sampai masuk ke dalam kamar. Malam ini, ia harus membujuk Gadhi. Jika tidak, maka semua harta warisan keluarga Mahindra Prakash akan jatuh ke tangan Akas.
Hal itu tidak boleh, karena pewaris satu-satunya adalah Gadhiata Ratama Prakas, anak pertama Nyonya Geni dengan almarhum tuan Prakash.
Sementara itu, karena suasana di sana kini terlihat lengah. Tanpa permisi terlebih dahulu karena merasa sakit hati, Hanum lantas masuk dan mengambil barang kakek Mahindra yang ketinggalan di atas meja.
Setelah mendapat apa yang ia cari, Hanum kemudian bergegas keluar dengan hati-hati, agar tidak ada yang menyadari kehadirannya. Dan begitu tiba di mobil, kakek Mahindra malah sudah tertidur.
"Apa kakek baru saja tidur?" tanya Hanum pada sopir yang menoleh ke belakang.
"Iya, Nona. Tuan besar baru saja tertidur."
Hanum kemudian meperhatikan wajah keriput kakek. Terlihat tua dan sangat lelah. Seharusnya kakek menikmati masa tua dengan santai, bukan malah melakukan hal-hal seperti ini.
"Baiklah, Pak. Kita langsung antar kakek pulang."
"Siap Nona."
***
Setelah menyusuri puluhan kilo meter aspal hitam, akhirnya mereka masuk ke sebuah kawasan elite dengan banyak penjagaan. Jarak antara gerbang utama dan gerbang inti cukup jauh, membuat Hanum berkali-kali menguap malam itu.
"Kenapa mereka tidak membangun lapangan golf saja di sini?" gumam Hanum ketika mobil yang mereka tumpangi tidak kunjung berhenti.
Baru juga akan mengatakan pada sang sopir untuk lebih cepat, tapi ternyata mereka malah sudah sampai.
Saat mesin mobil dimarikan, tiga pelayan membuka pintu dan langsung mempersilahkan kakek turun. Kakek baru bangun sesaat yang lalu. Pria itu kemudian langsung masuk rumah karena lelah.
Ia hampir lupa, bahwa tadi satu mobil dengan Hanum. Sambil berhenti melangkah, Kakek Mahindra menoleh ke belakang.
"Hanum, minta antar sopir pulang ke rumah ... Kakek mau istirahat malam ini. Besok pagi datang ke sini jam 8. Kakek mau membahas sesuatu besok."
Hanum menundukkan wajah, gadis itu kemudian mengangguk hormat.
"Baik, Kek!"
"Bagus! Sekarang pulanglah!"
"Terima kasih," ucap Hanum kemudian menutup pintu mobil.
***
Beberapa jam kemudian, mobil pribadi milik kakek Mahindra berhenti di sebuah kawasan perumahan sederhana.
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama, Nona."
Setelah mengucap terima kasih pada pak sopir yang sudah mengantar jauh-jauh sampai depan rumahnya. Hanum kemudian masuk ke dalam rumah. Ia sudah membawa kunci cadangan sebelumnya.
"Baru pulang? Kelayapan terus!" sindir kakak tiri Hanum.
"Mana dompetmu! Bagi uang sini!" Tommy langsung merebut tas slempang yang masih dipakai oleh Hanum.
"Mas! Jangan! Ini uang buat berobat ibu!"
"Alaaaah! Mau makan obat satu apotik pun dia gak akan pernah sembuh!" ujar Tommy kasar.
"Mas Tommy!"
"Kenapa? Jangan pelit-pelit kamu. Rumah numpang saja belagu. Sini mana uangnya!"
Hanum mencoba melindungi tasnya. Hal itu membuat Tommy semakin marah. Perjaka karatan itu pun langsung merebut paksa dan menepis tubuh Hanum sampai gadis itu tersungkur di bawah sofa.
"Lain kali tidak usah melawan!"
Bukkk
Tommy melempar tas yang kini isinya sudah ia ambil semua. Ia kemudian mengipas-ngipas uang hasil rampasan di depan wajah Hanum sambil berjongkok.
"Kerja yang rajin! Ingat! Kamu hanya menumpang di rumah ini. Dasar sampah!"
BUGH ...
Hanum meringis menahan sakit ketika punggungnya menyentuh pingiran meja. Kakak tirinya itu mendorong cukup keras. Membuat Hanum kesakitan.
Setelah mendapat uang, Tommy langsung pergi. Ia menyalakan motor dengan suara klakson yang sangat berisik. Hanum mencengkram ujung bajunya. Ada kemarahan di matanya yang sudah berkaca-kaca.
***
Esok harinya
Hanum sudah berpakaian rapi, ia kemudian pergi ke panti. Di sana ia menyuapi ibunya, kemudian berencana akan ke rumah kakek Mahindra.
"Ibu ... cepet sehat ya. Biar Kita bisa kumpul lagi."
Hanum memeluk tubuh ibunya yang lumpuh. Karena di rumah tidak ada yang merawat, hanya ayah yang hobi mabuk-mabukan, dan Tommy yang tidak jauh beda. Akhirnya Hanum menitipkan sang ibu di sebuah panti.
Jika pagi ia akan bekerja sampai sore, hidupnya hanya untuk kerja dan kerja. Hingga suatu hari, seorang pria tua menghampiri Hanum.
Tiba-tiba saja kakek Mahindra menawarkan sesuatu. Merasa ini adalah kesempatan emas, maka Hanum pun mencobanya. Lelah hidup tertindas di bawah, Hanum juga ingin menjadi kaya dan terhormat seperti orang-orang yang selalu menindasnya.
Kediaman kakek Mahindra
"Kamu datang juga, terlambat 15 menit!" ujar kakek dengan wajah dingin.
"Maaf, Kek."
"Jangan pernah mengatakan maaf, sebab aku benci kata maaf."
Hanum seketika menundukkan wajah.
"Ikut denganku!" titah kakek kemudian.
Seperti seekor kucing yang penurut, Hanum berjalan mengekorinya Kakek Mahindra. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam tuang kerja kakek yang luas dan sangat rapi sekali.
Ribuan buku tersusun rapi di dalam lemari yang mengitari ruangan itu. Terlihat sekilas mirip perpustakaan. Sepertinya kakek Mahindra memiliki hobby mengoleksi banyak jenis buku.
"Duduklah!" titah kakek saat dia juga sudah duduk. Pria tua itu kemudian mengeluarkan map biru, dan menyodorkan beberapa berkas pada Hanum.
"Baca, kemudian tandatangi."
"Apa ini, Kek?"
"Baca saja!"
Mata Hanum terbelalak membaca surat kontrak dari kakek Mahindra.
"Apa ini?"
"Aku sudah menyelidiki latar belakangmu. Dan sepertinya kau sangat cocok mendidik cucuku."
"Maksud Kakek?"
"Terima tawaran ini, ibumu akan mendapat pengobatan terbaik di luar negri. Tapi ... jika kau berani melangar perjanjian sedikit saja. Kau pasti paham apa akibatnya!"
Hanum menelan ludah. Ucapan kakek bagai ancaman mematikan.
"Tapi, Kek ..." gadis itu mencoba meminta waktu lebih lama lagi. Ia butuh waktu untuk berpikir. Sebab ini adalah keputusan penting dalam hidupnya. Pernikahan itu bukan mainan, tapi mengapa ia kini justru terjebak dalam permainan keluarga kaya raya itu.
"Tidak ada kesempatan dua kali. Tanda tangan sekarang, atau semua kesepakatan akan batal."
Hanum gelisah, dahinya dipenuhi keringat dingin. Bagaimana bisa ia harus tanda tangan saat itu juga. Itu sama artinya ia menerima menjadi budakk keluarga itu sampai waktu yang tidak terbatas.
"Pikirkan ibumu!" ucap kakek Mahindra memancing emosi Hanum.
Tanpa pikir panjang, akhirnya Hanum pun menandatangani berkas yang ada di tangannya. Sebuah perjanjian dengan syarat yang cukup memberatkan pihak Hanum. BERSAMBUNG
IG Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
komalia komalia
tulisan nya banyak salah
2024-02-01
0
Misbah Istichori
knalpot kali K Sept...
2022-11-24
1
Etik Etik
hampir semua cerita othor ini tentang nikah kontrak ya
2022-09-25
0