"Nonton pertandingan basket. Mau ikut?" Tawar Ruby pada Olivia yang sedang membereskan bukunya.
"Sama siapa saja? Rumi main memangnya?" Tanya Olivia kepo.
"Main, jadi penghangat bangku cadangan," celetuk Ethan yang tiba-tiba ikut menyahut. Ethan sudah merangkul pundak Ruby sekarang namun dengan cepat disentak oleh Ruby yang sepertinya sok jual mahal.
"Rumi jadi cadangan." Ruby mengulangi jawaban Ethan.
"Lawannya?" Tanya Olivia lagi kepo.
"SMA Permata. Masa kamu ketua OSIS nggak tahu menahu, sih?" Jawab Ruby sambil berkomentar.
"Nggak penting juga harus tahu tentang dunia basket! Kapten timnya saja nyebelin, kerap melanggar aturan, urakan,"
"Hhhhh!" Olivia memutar bila matanya dengan malas.
"Youbel maksudnya," Ruby terkekeh.
"Iyalah! Siapa lagi memangnya?" Olivia masih berekspresi malas.
"Eh, lawannya SMA mana tadi?" Olivia bertanya sekali lagi pada Ruby.
"SMA Permata! Dasar dodol!" Ruby menoyor kepala Olivia.
"Ish! Nggak fokus saja!" Kilah Olivia kesal.
"Jadi mau ikut, nggak? Mumpung ada sopir!" Ruby menunjuk ke arah Ethan yang tetap nimbrung bersama Olivia dan Ruby. Aneh memang tetangga Ruby ini. Bukannya gabung sama teman-teman cowok,malah ngekorin Ruby kemana-mana kalau di sekolah.
"Aku bawa mobil!" Jawab Olivia sombong. Gadis itu sudah beranjak dari bangkunya dan menyampirkan tasnya di bahu.
"Tapi jadi nonton, kan?" Tanya Ruby penasaran.
"Jadilah!" Jawab Olivia yang sudah kekuar kelas duluan seraya bersenandung riang.
"Kelihatan sedang bahagia. Mencurigakan!" Gumam Ruby yang lamunannya langsung disentak oleh rangkulan Ethan di pundaknya.
"Ayo berangkat!" Ajak Ethan.
"Iya!"
****
"Dikta! Dikta! Dikta!" Terdengar sorak sorai dari para pendukung tim basket SMA Permata.
"Dikta main?" Olivia bergumam sendiri sebelum kemudian gadis itu mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Alicia di sana. Olivia segera mengetikkan pesan untuk sang adik yang usianya hanya terpaut satu tahun tersebut.
Namun saat ini Alicia dan Olivia sama-sama duduk di bangku kelas dua belas, karena Alicia ikut kelas akselerasi. Namun keduanya bersekolah di SMA berbeda, sesuai keinginan masing-masing. Toh Mama Audrey dan Papa Kyle tak pernah mengatur-atur soal Olivia dan Alicia yang harus sekolah dimana.
[Hai, kau nonton pertandingan?] -Olivia-
[Yap! Aku di deretan paling depan] -Alicia-
Olivia melemparkan pandangannya ke bangku penonton paling depan dari pendukung tim basket SMA Permata dan langsung terlihat Alicia yang melambaikan tangan ke arahnya. Olivia balik melambaikan tangan meskipun hanya sekilas karena sudah dicibir oleh Ruby.
"Apaan dada dada?" Ledek Ruby yang langsung membuat Olivia mendengus. Olivia lanjut mengetik pesan untuk Alicia.
[Dikta siapa? Kayaknya banyak fans?] -Olivia-
[Kapten tim basket. Aku belum pernah cerita, ya?] -Alicia-
[Belum! Emang aku pernah nanya?] -Olivia-
[Lha ini kamu nanya! Dasar!] -Alicia-
[Panggil kakak atau aku kutuk jadi cantik kau nanti!] -Olivia-
[Mau dikutuk jadi cantik, dong, Kak!] -Alicia-
[Bahasa jawanya depan!] -Olivia-
[Apaan?] -Alicia-
[Ngarep!] -Olivia-
[Dah ah, mau nonton basket! Bye!] -Alicia-
Olivia tak membalas lagi pesan sang adik dan ikut fokus ke court, dimana para pemain sudah masuk dan berbaris rapi. Jantung Olivia mendadak jadi berdetak tak karuan, saat melihat Dikta yang kini mengenakan jersey sekolahnya. Terlihat cool dan tampan!
Namun pemandangan cool dan tampan itu harus ternoda sejenak, saat Dikta bertukar badge tim bersama Youbel.
Iyuuuh! Kenapa juga yang jadi kapten tim sekolah Olivia adalah Youbel? Kenapa bukan Rumi atau Arkan saja atau yang lainnya?
"Dor!" Gertak Ruby usil pada Olivia yang masih fokus memperhatikan Dikta.
"Perhatiin siapa, sih? Sampai senyum-senyum begitu?" Tanya Ruby kepo.
"Kepo!" Jawab Olivia yang kembali memperhatikan Dikta yang kini sedang melakukan pemanasan bersama anggota timnya.
"Kayaknya naksir salah satu pemain dari SMA Permata," terka Ethan setelah menelusuri arah pandang Olivia.
"Sok tahu, Kutu buku!" Olivia yang usil, mengambil kacamata Ethan dari wajah pemuda chubby tersebut.
"Via, kembalikan!" Protes Ethan yang berusaha mengambil kembali kacamatanya dari tangan Olivia.
Olivia kembali fokus ke tengah lapangan basket terutama pada sosok Dikta yang benar-benar membuat Olivia merasakan perasaan aneh saat melihatnya.
Olivia kenapa?
****
"Dikta!" Panggil Olivia pada Dikta yang baru keluar dari ruang ganti bersama beberapa temannya.
"Hai! Kau disini?" Dikta berbasa-basi pada Olivia seraya sedikit mengacak rambutnya sendiri yang tampak basah.
"Pulang bareng siapa?" Tanya Olivia seraya menggenggam tali tas selempangnya.
"Bareng teman-teman mungkin. Tadi pas kesini bareng mereka juga. Sepeda juga masih di sekolah." Dikta menjeda sejenak kalimatnya saat ponsel pria itu berdering.
"Maaf, aku angkat tekepon dulu," pamit Dikta yang langsung membuat Olivia mengangguk.
"Halo, kau dimana?" Sambut Dikta setelah mengangkat telepon.
"Aku sudah pulang bareng teman-teman. Kamu? Masih di GOR?"
"Iya, tapi udah mau pulang." Jawab Dikta cepat.
"Oh, yaudah! Hati-hati pulangnya, trus langsung istirahat!"
"Ada shift malam." Dikta mencari alasan. Dikta memang bekerja paruh waktu selama ini karena ia bukanlah anak yang terlahir dari keluarga kaya dan berada.
"Libur dulu emang nggak bisa? Kan baru aja tanding."
"Nggak bisa."
"Ck! Dasar keras kepala!"
"Aku tutup dulu teleponnya. Udah mau jalan pulang," pamit Dikta pada seseorang di seberang telepon.
"Iya! Bye! Hati-hati pulangnya!"
"Siap!" Pungkas Dikta sebelum kemudian pria itu menyimpan kembali ponselnya. Dikta kembali menghampiri Olivia yang masih menunggunya.
"Jadi, kau pulang bersama siapa? Teman-temanmu udah pada duluan tadi," ujar Olivia bertanya sekaligus memberitahu Dikta.
"Masa?" Dikta langsung berlari ke arah tempat parkir, dan benar saja. Mobil temannya sudah tidak ada.
Bagus sekali!
Bagaimana Dikta akan ke sekolah dan mengambil sepedanya sekarang?
"Ayo bareng aku saja!" Ajak Olivia yang sudah menyusul Dikta ke tempat parkir.
"Emang nggak ngrepotin?" Dikta sedikit ragu.
"Enggak!" Jawab Olivia santai tetap sambil mengulas senyum.
"Baiklah! Tapi sampai sekolah aku saja, ya! Sepedaku ada di sekolah soalnya," ujar Dikta memberitahu Olivia.
"Oke!" Olivia tiba-tiba sudah meraih tangan Dikta, lalu menariknya ke arah mobil. Dikta sedikit kaget namun tak terlalu ambil pusing dan terus mengikuti langkah Olivia.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
listia_putu
olivia bkal ptah hati, huwaaa😭😭😭
2022-05-19
0
💝GULOJOWO💝
entahlah.. klo ada 2 orang sodaraan naksir ma 1 orang auto flashback diri sendiri 🤭
Naksir sm adik sepupu ehh nikahnya malah sama kakak sepupunya 😅😅 dilamar bersamaan pula 🤦 habis kakak sepupunya besoknya gantian adik sepupunya yg nglamar ke ortu 😅😅 tp yg gw heran nie yaa.. dulu kan naksirnya Ama adek sepupunya. anggap aja TTM tp knpa gw kok bisa married ma kakak sepupunya ?? 🤔🤔
2022-05-03
0
Agustina Kris
ditaksir kakak nya jadinya sama adeknya
2022-05-02
0