Bab 2 Semakin menjauh

Hari berlalu, dan kini Ustad Fariz sedang berada di rumah Pak Adrian karena dia diminta Pak Adrian mengisi acara pernikahan yang ditangani oleh Wedding Organizer milik Pak Adrian.

Ustad Fariz sudah ada di rumah Pak Adrian sedari pagi, karena acaranya siang jadi Pak Adrian meminta Ustad Fariz untuk ke rumahnya pagi hari agar siangnya mereka bisa datang bersama ke tempat acara tersebut.

Kebetulan karena ini hari minggu, jadi Rhea berada di rumah sedari pagi tadi. Ustad Fariz dan Rhea semakin akrab, mereka sedari pagi mengobrol dan tentu saja Rhea menganggap Ustad Fariz seperti kakaknya sendiri. Anehnya dia tidak pernah seakrab ini dengan cowok yang umurnya di atas dia, bahkan dengan teman seumuran saja dia hanya beberapa saja yang akrab.

Setelah hari itu, Ustad Fariz sering datang dengan alasan mampir karena sedang berada di daerah tersebut. Kadang juga memang berniat untuk main ke rumah karena merindukan masakan Bu Ratih yang sudah dianggap sebagai Ibunya sendiri.

Dan Bu Ratih pun sudah menganggap Ustad Fariz seperti anak sendiri, sehingga Ustad Fariz memanggil Bu Ratih dengan sebutan Ibu. Dengan begitu Ustad Fariz semakin akrab dan dekat dengan keluarga Pak Adrian. Tak terkecuali dengan Rhea, kini mereka sudah tidak malu-malu lagi bercanda bahkan mereka sering menghubungi lewat telepon.

Minggu ini diadakan acara pengajian di rumah saudara Rhea yang ada di luar kota. Ibu, Ayah dan Rendi sudah berangkat kemarin sore.

Rhea tidak bisa berangkat bersama mereka karena kebetulan ada acara yang wajib diikutinya di sekolah. Karena Ustad Fariz juga menjadi pengisi acara di pengajian tersebut, jadi Rhea berangkat bersama Ustad Fariz menggunakan motornya. Berjam-jam mereka berboncengan motor, nampaknya memang sengaja motor di jalankan oleh Ustad Fariz dengan santai supaya mereka bisa mengobrol lama sambil berkendara.

Sesampainya di sana, Rhea diberondong dengan banyak pertanyaan oleh saudara-saudara dari Ibunya. Mereka seolah-olah melindungi Rhea, namun mereka secara tidak langsung tidak menyetujui Rhea jika berhubungan dengan Ustad Fariz..Rhea gadis SMP yang masih polos dan lugu heran dengan saudara-saudara dari Ibunya yang melarangnya terlalu dekat dengan Ustad Fariz.

Samar-samar dia mendengarkan percakapan mereka yang membicarakan latar belakang Ustad Fariz dan mereka bilang pada Ayah dan Ibu jika sepertinya Ustad Fariz menyukai Rhea, mereka tidak menyetujuinya karena memang latar belakang Ustad Fariz yang seorang yatim piatu dan tidak punya apa-apa. Ibu dan Ayah hanya diam, karena mereka tidak tahu kebenarannya, apa memang Ustad Fariz benar-benar menyukai Rhea atau cuma menganggap sebagai seorang adik saja.

Dan acara pun berakhir di malam hari, namun Rhea tidak pulang bersama Ustad Fariz karena dia pulang bersama orang tuanya.

Beberapa hari setelah acara tersebut, Ustad Fariz jarang ke rumah Rhea. Hanya pada saat Pak Adrian atau Bu Ratih saja yang menyuruhnya datang maka dia akan datang, namun setelah urusan selesai dia akan pulang, dengan alasan sibuk.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang sering sekali datang ke rumah meskipun tidak disuruh dan di sana pun selalu lama, malah kadang jika sudah terlalu malam dia akan menginap di sana dan pulang waktu setelah shalat subuh di masjid.

Rhea dan orang tuanya heran dengan perubahan sikap Ustad Fariz. Tadinya Ayah dan Ibu menduga jika Ustad Fariz mendengar obrolan mereka dengan saudara-saudaranya di acara pengajian yang bertempat di rumah saudaranya waktu itu, namun segera ditepisnya pikiran tersebut karena Rhea menyuruh orang tuanya untuk berpikir positif saja.

"Yah apa mungkin Ustad Fariz mendengar obrolan kita dengan saudara-saudara kita waktu itu?" Ibu bertanya pada Ayah karena sebelumnya Ibu merasa kangen dengan kedatangan Ustad Fariz yang sudah dia anggap sebagai anaknya itu.

"Masa' sih Bu? Tapi bisa juga ya, sepertinya sikap Ustad Fariz beda setelah pulang dari sana," Ayah sedikit berpikir sembari meminum kopi hitam buatan Ibu.

"Rhea, Ustad Fariz ada bicara sesuatu gak sama kamu?" kini Ibu bertanya pada Rhea yang sedang memakan pisang goreng hangat sambil menonton tayangan kartun sepanjang masa di layar TV.

"Ngomong apaan Bu? Gak ada ngomong apa-apa tuh. Bahkan sekarang udah gak pernah telepon lagi. Ya mungkin aja memang benar, Ustad Fariz lagi sibuk, banyak job kali dia. Seharusnya kita bersyukur sekarang Ustad Fariz sudah banyak kerjaan," Rhea memberikan pikiran positifnya sehingga Ibu dan Ayah hanya mengangguk-anggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Rhea.

Hampir satu bulan lebih sudah Ustad Fariz tidak pernah ke rumah. Ibu tidak bisa menahan kekhawatirannya, takut terjadi apa-apa dengan Ustad Fariz. Ibu takut jika Ustad Fariz sakit dan tidak ada yang merawatnya atau menolongnya.

Di tengah kekhawatirannya itu, Ibu menghubungi Ustad Fariz untuk menanyakan kabarnya dan bertanya mengapa sekarang dia jarang sekali datang ke rumah. Dan alasan yang sama pun diterima oleh Ibu. Ustad Fariz tetap beralasan jika dia sedang sangat sibuk sehingga tidak bisa datang ke rumah. Ibu membujuknya untuk sesekali datang ke rumah dan memasakkan makanan kesukaannya, namun tetap saja ditolaknya dengan sangat halus, namun Ustad Fariz mengatakan jika ada waktu longgar saja dia akan datang ke rumah meskipun secara tiba-tiba dia akan menyempatkan waktunya.

Akhirnya jawaban itu pun melegakan hati Ibu setelah beberapa kali Ibu memohon padanya untuk datang dan bertanya apa Ustad Fariz tidak merasa kangen dengan Ibu, dan pertanyaan itu pun mampu membuat Ustad Fariz goyah dan berjanji akan datang ke rumah jika ada waktu senggang.

Bulan ini pengajian di Masjid Nurul Iman, masjid dekat rumah Rhea, mengadakan ziarah ke makam wali. Tanpa Ayah, Ibu dan Rhea ketahui, ternyata Ustad Fariz ikut membimbing jamaah.

Ustad Fariz diajak oleh Ustad Yadi untuk membantunya membimbing jamaah pada saat ziarah ke makam wali tersebut. Ustad Fariz menyetujuinya tanpa dia tahu jika yang mereka antar ziarah itu adalah kelompok pengajian dari masjid yang berada di dekat rumah Rhea.

Pada saat hari itu tiba, Ustad Fariz baru tahu jika yang akan mereka antar adalah jamaah dari masjid tersebut, dia tidak bisa menolaknya lagi, karena tidak ada alasan untuk menolak ajakan Ustad Yadi, sedangkan semua jadwal kegiatannya sudah sengaja dia kosongkan untuk hari ini dan dia juga tidak mungkin bisa menolak permintaan Ustad Yadi yang selama ini sudah menolongnya dan memberinya pekerjaan.

Selama ziarah, Ustad Fariz tidak berinteraksi sama sekali dengan Ayah, Ibu ataupun Rhea. Malah sepertinya dia menghindar untuk bertemu. Bahkan dia tidak menyapa mereka, pandangannya diarahkan ke lain arah jika dia tahu ada sosok Ayah, Ibu dan Rhea.

Namun pada saat pandangan mereka secara tidak sengaja bertemu, dia hanya diam saja dan berpura-pura sibuk dengan yang lain, dan apabila Ayah dan Ibu menyapanya, dia hanya tersenyum tipis dan getir yang menurut Rhea senyum itu getir penuh luka.

Rhea lebih banyak diam ketika sedang ziarah, dia merasa hampa, entah mengapa dan dia tidak tahu itu. Apa mungkin itu ada hubungannya dengan dia yang merasa diabaikan dan dicueki oleh Ustad Fariz, padahal selama ini mereka sangat dekat sekali, dan mengapa dia merasakan ada sedikit rasa sesak, gelisah dan merasa tercubit hatinya ketika melihat Ustad Fariz berada ditengah-tengah para jamaah cewek yang genit-genit menurut Rhea.

Rhea merasa ya.... seperti itulah, rasanya ingin sekali marah tapi siapa dia, bahkan dia bukan siapa-siapa bagi Ustad Fariz karena memang benar mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa.

Melihat Ustad Fariz dikerubungi cewek-cewek yang tertawa haha hihi meskipun Ustad Fariz hanya diam tidak merespon, namun benar-benar ada rasa sakit dalam hati Rhea. Sebenarnya matanya begitu panas, ingin rasanya dia menangis, tapi dia tidak tahu kenapa.

Ah.... mungkin saja dia terlalu terhanyut mendengarkan doa-doa yang dipanjatkan oleh Ustad Fariz tadi, doanya begitu menyayat hati hingga membuat Ustad Fariz dan para jamaah menangis bahkan ada yang sampai terisak-isak nangisnya.

Rhea berpikir mungkin dia terlalu menghayati dan meresapi doa-doa yang dilantunkan oleh Ustad Fariz tadi. Ah entahlah Rhea tidak mau ambil pusing,rasanya dia sudah lelah, padahal baru setengah hari saja dia sudah ingin kembali pulang ke rumah.

Dan entah kenapa dia selalu terbayang wajah Ustad Fariz yang tersenyum getir padanya. Apa mungkin dia kangen dengan sosok Ustad Fariz yang dekat dengannya? Apakah dia cemburu ketika melihat Ustad Fariz bersama dengan wanita lain? Apa memang benar dia jatuh cinta dengan Ustad Fariz yang sudah dianggap sebagai kakaknya itu?

Jika memang benar dia jatuh cinta padanya, dia merasa tidak pantas, karena dia seorang gadis yang miskin ilmu agama jadi tidak mungkin bisa bersama dengan seorang Ustad yang pengetahuan agamanya begitu luas.

"Hufft.... sudahlah, semua itu tidak mungkin terjadi. Kita hanya saling menganggap sebagai adik kakak aja. Dan aku tidak boleh bermimpi untuk bisa bersama dia karena kita tidak sepadan. Aku sangat jauh dibawahnya dan Ustad Fariz harus mendapatkan wanita yang sepadan atau lebih lebih baik dariku," Rhea menghembuskan nafas panjang untuk melegakan rasa sesak di dadanya.

Berbulan-bulan sudah Rhea tidak pernah bertemu dan bertelepon dengan Ustad Fariz semenjak ziarah ke makam wali waktu itu. Kini Rhea sudah mulai disibukkan dengan ujian.

Pikirannya tentang bayangan Ustad Fariz bisa dihilangkannya ketika dia disibukkan dengan belajar. Dia berusaha belajar dengan sangat keras untuk ujian kali ini, karena ini merupakan ujian untuk kelulusan dan awal baru dia untuk memasuki jenjang SMA.

Dia tidak mau mengecewakan orang tuanya dan dia juga ingin sekali masuk ke SMA negeri favorit.

Ujian pun telah berlalu, dan selama itu pula Rhea tidak pernah bertemu dengan Ustad Fariz. Rasanya aneh, namun Rhea menepis perasaan itu. Kadang kala disaat dia sedang tidak melakukan apa-apa, bayangan tentang hari-harinya dengan Ustad Fariz pun terlintas.

Senyuman menghiasi bibirnya, namun dia kembali termenung ketika sadar pada kenyataan. Kenyataannya kini mereka sudah tidak sedekat itu. Sedikit perubahan yang mampu membuat hati Rhea begitu hampa.

Hufft....

Lagi-lagi dia hanya bisa menghela nafas panjang. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk meredakan rasa sakit yang entah apa itu dia benar-benar tidak tahu alasannya. Dia hanya gadis SMP yang masih lugu dan polos, gadis yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar kecuali masalah pelajaran.

Dia memang anak rumahan yang tidak pernah keluar rumah tanpa orang tuanya, dan dia hanya keluar rumah pada saat sekolah dan mengaji di Masjid saja. Tentang rasa suka dan cinta, dia sama sekali tidak tahu dan belum pernah merasakannya.

Apa mungkin rasanya pada Ustad Fariz adalah rasa cinta? Atau hanya rasa sayang sebagai kakak beradik saja, dia pun tidak tahu meskipun sudah berkali-kali dia tanyakan itu pada hatinya.

Hari kelulusan pun tiba, Rhea berhasil menamatkan jenjang SMP nya dengan nilai yang memuaskan. Kini dia fokus untuk tes masuk di SMA negeri yang sudah menjadi incarannya sejak dulu.

Hari-hari berlalu dan kini Rhea berhasil masuk di SMA negeri favoritnya. Begitu panjang proses yang dia tempuh hingga dia lupa akan kegalauannya karena Ustad Fariz. Sudah lama dia tidak mendengar kabar tentang Ustad idolanya itu.

Entah kapan Rhea menganggapnya Ustad idola, mungkin sejak acara ziarah ke makam wali itu dia sepertinya sangat tenang mendengar lantunan ayat dan dia yang dibacakan oleh Ustad Fariz.

Sampai pada suatu hari dia mendengar

bahwa Ustad Fariz akan menikah dengan seorang wanita dari desa tetangga. Rhea mendengarnya ketika Ayah memberitahu Ibu ketika mereka berada di ruang tamu setelah Ayah pulang dari pengajian bersama Ustad Yadi.

Rasanya seperti ada petir yang menyambar. Dunia Rhea seperti berhenti. Ada perasaan kosong, kehilangan dan entahlah semua terjadi begitu cepat menurutnya. Dadanya begitu sesak hingga air matanya menetes jatuh di pipinya. Segera diusapnya air mata itu dan dia kembali ke kamarnya.

Di dalam kamar dia hanya terdiam meskipun tangannya memegang buku dan pandangan matanya jatuh pada buku tersebut. Dia tersadar ketika ponselnya berbunyi, ternyata dia mendapatkan pesan dari temannya yang menanyakan jawaban dari tugas sekolahnya.

Akhirnya dia tersadar jika dia hanya membuang-buang waktu saja dengan lamunannya. Diraihnya selimutnya dan dipejamkannya matanya berharap dia bisa melupakan semua rasa itu ketika dia bangun.

Tak lupa kebiasaannya mendengarkan musik sebelum dia tidur hingga terlelap karena alunan musik. Namun untuk kali ini musik yang dia dengarkan seolah membuat air matanya jatuh tanpa suara tangis, begitu dalam lirik lagu yang dia dengarkan seolah menggambarkan luka yang ada dalam hatinya.

Berbulan-bulan Rhea mencoba melupakan rasa sakit dalam hatinya itu, dan selama itu pula Ustad Fariz tidak pernah nampak meskipun dalam pengajian di daerah tersebut.

Bahkan dia mendengar dari Ibu jika Ibu keberatan mengenai pernikahan Ustad Fariz. Ibu tidak setuju Ustad Fariz menikah dengan wanita tersebut karena menurut Ibu Ustad Fariz bisa menemukan wanita yang lebih cantik dan lebih baik dari pada wanita tersebut.

Dan menurut yang Ibu tahu jika Ustad Fariz menikahinya karena kasihan, dia juga seorang yatim piatu, sama dengan Ustad Fariz, tapi bedanya dia masih punya kakak.

Memang benar selama ini wanita tersebut terus mendekati Ustad Fariz, namun Ibu tidak menyangka bahwa hati Ustad Fariz bisa luluh juga. Ada yang mengatakan Ustad Fariz dijebak karena orang tuanya yang meninggal kemarin menyuruhnya untuk menikahi anaknya.

Sekarang Rhea hanya merasa kasihan dan sakit mendengar berita tentang pernikahan Ustad Fariz. Ternyata memang benar wanita tersebut jauh dari yang Rhea bayangkan.

Dulunya dia membayangkan sosok wanita yang menjadi istri Ustad Fariz adalah wanita yang mempunyai ilmu agama yang tinggi dan wanita yang soleha, ternyata kok sama saja sebelas dua belas dengannya.

Disaat dia hendak membalikkan badannya kembali ke dalam kamarnya, ternyata Ibu kembali membuka suara, "Padahal dulu Ustad Fariz meminta ijin untuk mendekati Rhea tapi Ayah tolak, sekarang Ustad Fariz malah dapat wanita seperti ini, kasihan loh Yah."

Terpopuler

Comments

Emak Femes

Emak Femes

ciyeeee mulai akrab nih 😍😍

2022-09-05

1

☘️BILAA☘️

☘️BILAA☘️

lanjut kAk.
.

2022-09-05

2

☘️BILAA☘️

☘️BILAA☘️

apa ini yah, gara gara di tolak terus ustad Fariz menghindari Rhea, takut entar gak bisa melupakan perasaannya..

2022-09-05

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Semakin menjauh
3 Bab 3 Kasih tak sampai
4 Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5 Bab 5 Selamat tinggal cinta
6 Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7 Bab 7 Makan bersama
8 Bab 8 Janda
9 Bab 9 Brownies kenangan
10 Bab 10 Bedah buku
11 Bab 11 Pelakor
12 Bab 12 Cerai
13 Bab 13 Poligami
14 Bab 14 Rencana licik
15 Bab 15 Cemburu
16 Bab 16 Sebuah Keputusan
17 Bab 17 Sebuah kejutan
18 Bab 18 Istri teladan
19 Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20 Bab 20 Menanti kepastian
21 Bab 21 Sebuah keputusan
22 Bab 22 Penghinaan
23 Bab 23 Sah!
24 Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25 Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26 Bab 26 Hamil?
27 Bab 27 Zonk!
28 Bab 28 Caper
29 Bab 29 Gagal
30 Bab 30 Takut khilaf
31 Bab 31 Anugerah apa bencana?
32 Bab 32 Gosip yang beredar
33 Bab 33 Baper gara-gara brownies
34 Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35 Bab 35 Tragedi buah mangga
36 Bab 36 Kesalahpahaman
37 Bab 37 Bersyarat
38 Bab 38 Keputusan
39 Bab 39 Minggat
40 Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41 Bab 41 Damai
42 Bab 42 Ribut
43 Bab 43 Rencana
44 Bab 44 Pendarahan
45 Bab 45 Kenyataan
46 Bab 46 Keguguran?
47 Bab 47 Gagal Paham
48 Bab 48 Talak tiga!
49 Bab 49 Menuju awal baru
50 Bab 50 Tidak terima
51 Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52 Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53 Bab 53 Labil
54 Bab 54 Pelakon handal
55 Bab 55 Kepoin Zahra
56 Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57 Bab 57 Berita yang tersebar
58 Bab 58 Jamaah oh jamaah
59 Bab 59 Orang yang terzalimi?
60 Bab 60 Mencari titik terang
61 Bab 61 Julid
62 Bab 62 Titik terang
63 Bab 63 Pemahaman yang salah
64 Bab 64 Bersumpahlah!
65 Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66 Bab 66 Bisakah berjauhan?
67 Bab 67 Awal dari kerinduan
68 Bab 68 Kamuflase
69 Bab 69 Usaha Mirna
70 Bab 70 Senjata makan tuan
71 Bab 71 Perjuangan Mirna
72 Bab 72 Dokter cinta
73 Bab 73 Rindu yang menyiksa
74 Bab 74 Kejutan
75 Bab 75 Good News
76 Bab 76 Surat
77 Bab 77 Kembalinya Mirna
78 Bab 78 Pendarahan?
79 Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80 Bab 80 Karma?
81 Bab 81 Aku mau!
82 Bab 82 Buah dari kesabaran
83 Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84 Bab 84 Proses yang harus dilewati
85 Bab 85 Awal rasa cemburu
86 Bab 86 Restu
87 Bab 87 Yess!!!
88 Bab 88 Cemburu berjamaah
89 Bab 89 Dasar gak peka!
90 Bab 90 Cieee....
91 Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92 Bab 92 Mencintai suami orang
93 Bab 93 Akhirnya...
94 Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95 Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96 Bab 96 Tak tahan
97 Bab 97 So sweet....
98 Bab 98 Radar wanita
99 Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100 Bab 100 Somplak
101 Bab 101 Perasaan bersalah
102 Bab 102 Harapan
103 Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104 Bab 104 Kalah sebelum berperang
105 Bab 105 Sinyal yang salah
106 Bab 106 Istimewa
107 Bab 107 Dejavu
108 Bab 108 Pencarian terowongan
109 Bab 109 Andai saja...
110 Bab 110 Minat poligami?
111 Bab 111 Diantara dua pilihan
112 Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113 Bab 113 Vitamin C
114 Bab 114 Pulang
115 Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116 Bab 116 Salah paham
117 Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118 Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119 Bab 119 Ucapan adalah doa
120 Bab 120 Drama keluarga
121 Bab 121 Nafas buatan
122 Bab 122 Antara ingin dan malu
123 Bab 123 Awal yang buruk
124 Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125 Bab 125 Surat cinta
126 Bab 126 Laki-laki
127 Bab 127 Seandainya...
128 Bab 128 Ingatan yang hilang
129 Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130 Bab 130 Latihan
131 Bab 131 Positif?
132 Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133 Bab 133 Teror cinta
134 Bab 134 Gedean mana?
135 Bab 135 Hana dan Gibran
136 Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137 Bab 137 Fakta baru
138 Bab 138 ASI
139 Bab 139 Couple yang luar biasa
140 Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141 Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142 Bab 142 Haruskah?
143 Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144 Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145 Bab 145 Indahnya cinta
146 Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147 Bab 147 Sakit....
148 Bab 148 Cantik
149 Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150 Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151 Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152 Bab 152 Awal atau akhir?
153 Bab 153 Hana?
154 Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155 Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156 Bab 156 Pembuktian pria sejati
157 Bab 157 Ingin meraih kembali
158 Bab 158 Ada apa dengan dia?
159 Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160 Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161 Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162 Bab 162 Malaikat tak bersayap
163 Bab 163 Dilema
164 Bab 164 Takdir Allah
165 Bab 165 Bisakah bahagia?
166 Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167 Bab 167 Aku tahu rasanya
168 Bab 168 Sebuah syarat
169 Bab 169 Hak dan tidak berhak
170 Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171 Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172 Bab 172 Suatu Permintaan
173 Bab 173 Kehilangan
174 Bab 174 Sebuah perhatian
175 Bab 175 Sebuah pesan
176 Bab 176 Suami baru ya?
177 Bab 177 Seperti keluarga
178 Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179 Bab 179 Kedatangan Emir
180 Bab 180 Pembawa kedamaian
181 Bab 181 Pilih yang mana?
182 Bab 182 Beristri dua?
183 Bab 183 Pacar atau suami?
184 Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185 Bab 185 Apa kamu bersedia?
186 Bab 186 Sebuah jawaban
187 Bab 187 Menikah dengan dia?
188 Bab 188 Bimbang
189 Bab 189 Malam peralihan
190 Bab 190 Menikah?
191 Bab 191 Bertukar pasangan
192 Bab 192 Aku ingin....
193 Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194 Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195 Bab 195 Apa dia cemburu?
196 Bab 196 Kuda-kudaan
197 Bab 197 Bertemu mantan
198 Bab 198 Pamer kemesraan
199 Bab 199 Pembawa Bencana
200 Bab 200 Maaf
201 Bab 201 Suatu kabar
202 Bab 202 Datang dan pergi
203 Bab 203 Hidup dan Mati
204 Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205 Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206 Bab 206 Kepergian Umi
207 Bab 207 Kabar yang ditunggu
208 Bab 208 Rasa kehilangan
209 Bab 209 Ketakutan Hana
210 Bab 210 Kenyataan yang kelam
211 Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212 Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213 Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214 Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215 Bab 215 Kekesalan Mirna
216 Bab 216 Suatu keinginan
217 Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218 Bab 218 Nasib
219 Bab 219 Kehilangan
220 Bab 220 Kecantikan Yasmin
221 Bab 221 Pencarian Yasmin
222 Bab 222 Di antara dua pilihan
223 Bab 223 Nasib Yasmin
224 Bab 224 Terulang kembali
225 Bab 225 Kemalangan Zahra
226 Bab 226 Kehidupan Zahra
227 Bab 227 Kaburnya Zahra
228 Bab 228 Pertemuan Zahra
229 Bab 229 Gadis itu....
230 Bab 230 Mirip Rhea
231 Bab 231 Mencari kebenaran
232 Bab 232 Apa aku hamil?
233 Bab 233 Kesombongan Mirna
234 Bab 234 Masa lalu Zahra
235 Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236 Bab 236 Titik terang
237 Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238 Bab 238 Acara tasyakuran
239 Bab 239 Blighted Ovum
240 Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241 Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242 Bab 242 Perjodohan
243 Bab 243 Kebingungan Izam
244 Bab 244 Kesedihan Salsa
245 Bab 245 Kebimbangan Izam
246 Bab 246 Kecemasan Izam
247 Bab 247 Apendisitis
248 Bab 248 Kenyataan
249 Bab 249 Mencari jawaban hati
250 Bab 250 Aku mau!
251 Bab 251 Keputusan
252 Bab 252 Lamaran model apa ini?
253 Bab 253 Penolakan Izam
254 Bab 254 Bersyarat
255 Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256 Bab 256 Ikatan suci
257 Buku Baru She_Na
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Semakin menjauh
3
Bab 3 Kasih tak sampai
4
Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5
Bab 5 Selamat tinggal cinta
6
Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7
Bab 7 Makan bersama
8
Bab 8 Janda
9
Bab 9 Brownies kenangan
10
Bab 10 Bedah buku
11
Bab 11 Pelakor
12
Bab 12 Cerai
13
Bab 13 Poligami
14
Bab 14 Rencana licik
15
Bab 15 Cemburu
16
Bab 16 Sebuah Keputusan
17
Bab 17 Sebuah kejutan
18
Bab 18 Istri teladan
19
Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20
Bab 20 Menanti kepastian
21
Bab 21 Sebuah keputusan
22
Bab 22 Penghinaan
23
Bab 23 Sah!
24
Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25
Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26
Bab 26 Hamil?
27
Bab 27 Zonk!
28
Bab 28 Caper
29
Bab 29 Gagal
30
Bab 30 Takut khilaf
31
Bab 31 Anugerah apa bencana?
32
Bab 32 Gosip yang beredar
33
Bab 33 Baper gara-gara brownies
34
Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35
Bab 35 Tragedi buah mangga
36
Bab 36 Kesalahpahaman
37
Bab 37 Bersyarat
38
Bab 38 Keputusan
39
Bab 39 Minggat
40
Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41
Bab 41 Damai
42
Bab 42 Ribut
43
Bab 43 Rencana
44
Bab 44 Pendarahan
45
Bab 45 Kenyataan
46
Bab 46 Keguguran?
47
Bab 47 Gagal Paham
48
Bab 48 Talak tiga!
49
Bab 49 Menuju awal baru
50
Bab 50 Tidak terima
51
Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52
Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53
Bab 53 Labil
54
Bab 54 Pelakon handal
55
Bab 55 Kepoin Zahra
56
Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57
Bab 57 Berita yang tersebar
58
Bab 58 Jamaah oh jamaah
59
Bab 59 Orang yang terzalimi?
60
Bab 60 Mencari titik terang
61
Bab 61 Julid
62
Bab 62 Titik terang
63
Bab 63 Pemahaman yang salah
64
Bab 64 Bersumpahlah!
65
Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66
Bab 66 Bisakah berjauhan?
67
Bab 67 Awal dari kerinduan
68
Bab 68 Kamuflase
69
Bab 69 Usaha Mirna
70
Bab 70 Senjata makan tuan
71
Bab 71 Perjuangan Mirna
72
Bab 72 Dokter cinta
73
Bab 73 Rindu yang menyiksa
74
Bab 74 Kejutan
75
Bab 75 Good News
76
Bab 76 Surat
77
Bab 77 Kembalinya Mirna
78
Bab 78 Pendarahan?
79
Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80
Bab 80 Karma?
81
Bab 81 Aku mau!
82
Bab 82 Buah dari kesabaran
83
Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84
Bab 84 Proses yang harus dilewati
85
Bab 85 Awal rasa cemburu
86
Bab 86 Restu
87
Bab 87 Yess!!!
88
Bab 88 Cemburu berjamaah
89
Bab 89 Dasar gak peka!
90
Bab 90 Cieee....
91
Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92
Bab 92 Mencintai suami orang
93
Bab 93 Akhirnya...
94
Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95
Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96
Bab 96 Tak tahan
97
Bab 97 So sweet....
98
Bab 98 Radar wanita
99
Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100
Bab 100 Somplak
101
Bab 101 Perasaan bersalah
102
Bab 102 Harapan
103
Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104
Bab 104 Kalah sebelum berperang
105
Bab 105 Sinyal yang salah
106
Bab 106 Istimewa
107
Bab 107 Dejavu
108
Bab 108 Pencarian terowongan
109
Bab 109 Andai saja...
110
Bab 110 Minat poligami?
111
Bab 111 Diantara dua pilihan
112
Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113
Bab 113 Vitamin C
114
Bab 114 Pulang
115
Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116
Bab 116 Salah paham
117
Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118
Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119
Bab 119 Ucapan adalah doa
120
Bab 120 Drama keluarga
121
Bab 121 Nafas buatan
122
Bab 122 Antara ingin dan malu
123
Bab 123 Awal yang buruk
124
Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125
Bab 125 Surat cinta
126
Bab 126 Laki-laki
127
Bab 127 Seandainya...
128
Bab 128 Ingatan yang hilang
129
Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130
Bab 130 Latihan
131
Bab 131 Positif?
132
Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133
Bab 133 Teror cinta
134
Bab 134 Gedean mana?
135
Bab 135 Hana dan Gibran
136
Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137
Bab 137 Fakta baru
138
Bab 138 ASI
139
Bab 139 Couple yang luar biasa
140
Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141
Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142
Bab 142 Haruskah?
143
Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144
Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145
Bab 145 Indahnya cinta
146
Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147
Bab 147 Sakit....
148
Bab 148 Cantik
149
Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150
Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151
Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152
Bab 152 Awal atau akhir?
153
Bab 153 Hana?
154
Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155
Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156
Bab 156 Pembuktian pria sejati
157
Bab 157 Ingin meraih kembali
158
Bab 158 Ada apa dengan dia?
159
Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160
Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161
Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162
Bab 162 Malaikat tak bersayap
163
Bab 163 Dilema
164
Bab 164 Takdir Allah
165
Bab 165 Bisakah bahagia?
166
Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167
Bab 167 Aku tahu rasanya
168
Bab 168 Sebuah syarat
169
Bab 169 Hak dan tidak berhak
170
Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171
Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172
Bab 172 Suatu Permintaan
173
Bab 173 Kehilangan
174
Bab 174 Sebuah perhatian
175
Bab 175 Sebuah pesan
176
Bab 176 Suami baru ya?
177
Bab 177 Seperti keluarga
178
Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179
Bab 179 Kedatangan Emir
180
Bab 180 Pembawa kedamaian
181
Bab 181 Pilih yang mana?
182
Bab 182 Beristri dua?
183
Bab 183 Pacar atau suami?
184
Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185
Bab 185 Apa kamu bersedia?
186
Bab 186 Sebuah jawaban
187
Bab 187 Menikah dengan dia?
188
Bab 188 Bimbang
189
Bab 189 Malam peralihan
190
Bab 190 Menikah?
191
Bab 191 Bertukar pasangan
192
Bab 192 Aku ingin....
193
Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194
Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195
Bab 195 Apa dia cemburu?
196
Bab 196 Kuda-kudaan
197
Bab 197 Bertemu mantan
198
Bab 198 Pamer kemesraan
199
Bab 199 Pembawa Bencana
200
Bab 200 Maaf
201
Bab 201 Suatu kabar
202
Bab 202 Datang dan pergi
203
Bab 203 Hidup dan Mati
204
Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205
Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206
Bab 206 Kepergian Umi
207
Bab 207 Kabar yang ditunggu
208
Bab 208 Rasa kehilangan
209
Bab 209 Ketakutan Hana
210
Bab 210 Kenyataan yang kelam
211
Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212
Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213
Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214
Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215
Bab 215 Kekesalan Mirna
216
Bab 216 Suatu keinginan
217
Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218
Bab 218 Nasib
219
Bab 219 Kehilangan
220
Bab 220 Kecantikan Yasmin
221
Bab 221 Pencarian Yasmin
222
Bab 222 Di antara dua pilihan
223
Bab 223 Nasib Yasmin
224
Bab 224 Terulang kembali
225
Bab 225 Kemalangan Zahra
226
Bab 226 Kehidupan Zahra
227
Bab 227 Kaburnya Zahra
228
Bab 228 Pertemuan Zahra
229
Bab 229 Gadis itu....
230
Bab 230 Mirip Rhea
231
Bab 231 Mencari kebenaran
232
Bab 232 Apa aku hamil?
233
Bab 233 Kesombongan Mirna
234
Bab 234 Masa lalu Zahra
235
Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236
Bab 236 Titik terang
237
Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238
Bab 238 Acara tasyakuran
239
Bab 239 Blighted Ovum
240
Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241
Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242
Bab 242 Perjodohan
243
Bab 243 Kebingungan Izam
244
Bab 244 Kesedihan Salsa
245
Bab 245 Kebimbangan Izam
246
Bab 246 Kecemasan Izam
247
Bab 247 Apendisitis
248
Bab 248 Kenyataan
249
Bab 249 Mencari jawaban hati
250
Bab 250 Aku mau!
251
Bab 251 Keputusan
252
Bab 252 Lamaran model apa ini?
253
Bab 253 Penolakan Izam
254
Bab 254 Bersyarat
255
Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256
Bab 256 Ikatan suci
257
Buku Baru She_Na

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!