❤Nama adalah do’a❤
Pemberian nama kepada seorang anak dimaksudkan sebagai harapan dan do’a orang tuanya. Sebagian besar orang tua percaya bahwa nama juga dapat membentuk kepribadian dan mempengaruhi perkembangan emosi dan sifat pemiliknya. Baik secara langsung atau tidak. Nama yang baik akan membawa anak memiliki citra yang positif tentang dirinya, begitu juga sebaliknya.
Aneesha Pramudhita Putri Adhitama.
Nama yang disematkan oleh almarhum sang Kakek. Anak yang terlahir suci, diharapkan bisa menjadi anak yang pandai dan memiliki budi pekerti yang luhur. Itulah maksud dari sang Kakek memberinya nama Aneesha Pramudhita. Dua nama belakangnya didapat saat anak itu berusia 5 tahun. Nama pemberian sang Ayah, suatu kejadian membuat Ayahnya memberi nama tambahan dibelakang nama aslinya.
Gadis berwajah oriental dengan pipi tembem, kulit putih dengan mata bulat, bola matanya berwarna hitam. Baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya di Institut seni jogjakarta. Gadis cantik berumur 22 tahun itu memang menyukai seni sejak kecil. Gadis tomboy yang selalu mengenakan pakaian casual dengan jilbab pashmina menutup dada itu mewarisi jiwa seni dan sosial dari ayahnya.
Bukan hanya otaknya saja yang pintar, tapi kelihaiannya bela diri juga patut diacungi jempol. Berbagai piala dan piagam penghargaan menghiasi lemari kaca besar dirumahnya. Dia menyandang sabuk sebagai pelatih muda pada sebuah padepokan silat yang cukup terkenal di Surabaya.
Aneesha adalah sosok yang sangat dikagumi oleh kedua adiknya, meskipun Dia berbeda dari kedua adiknya. Aneesha lahir karena kesalahan masa lalu sang bunda, itulah yang membuatnya berbeda dengan kedua adiknya.
“Makasih ya, Kak. Dah nganterin Aku.” Lingga keluar dari mobil setelah bersalaman dan mencium punggung tangan Aneesha dan Lion. Meski hidup di kota besar, Riani dan Fares selalu mengajarkan anak-anaknya menghormati orang yang lebih tua.
“Belajar yang bener, biar bisa menyaingi kakakmu ini!” Lion menurunkan topi yang dipake Lingga sampai menutup matanya.
“Tenang aja, Kak! Lingga akan jadi seorang kapten.” Lingga memperbaiki letak topinya dengan senyum menyeringai penuh percaya diri. Lion menjawabnya dengan mengacungkan ibu jarinya, sebelum Lingga berlari dan berbaur bersama teman-temannya.
Lion menutup kaca kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan sekolah Lingga. Aneesha hanya menggelengkan kepala dengan tingkah adik bungsunya itu.
“Maaf, ya, Li. Kita jadi muter gara-gara dua adik durhakaku itu.” Aneesha merasa tidak enak dengan Lion. Pasalnya mereka berdua janji mau hunting foto pagi itu malah aga acara mengantar 2 remaja labil ke sekolah segala.
“Gak pa pa kali, sha. Dah lama aku gak direcoki mereka juga.” jawab Lion santai.
“Kamu memang sahabatku yang paling….. baik…. makasih lion sayang….” Aneesha mencubit pipi Lion dan menggoyangkannya seolah itu mainan.
“Haisstt!!! lepas! Bukan muhrim tau!” Lion menepis tangan Aneesha dari pipinya.
“O iya, lupa.” Aneesha menepuk dahinya sendiri.
“Kemana ini rute pertama?” tanya Lion tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan di depan,
“Jalan aja seperti biasa, nanti aku kasih tau.” Jawab Aneesha, merebahkan punggungnya pada sandaran bangku mobil. Lion mengangguk tanpa menjawab
Lionel Baga Wisesa.
Putra tunggal Handoko Wisesa, tuan tanah terkaya sekota Surabaya. Sejak kecil sudah dibesarkan dengan curahan kasih sayang dan harta dari kedua orangtuanya. Lion menjadi teman Aneesha sejak mereka SMP, mereka juga menjadi anggota padepokan beladiri yang sama. Mereka pisah sekolah saat Aneesha memutuskan untuk kuliah di jogja, sedangkan Lion tetap kuliah di surabaya. Lion selalu setia menemani Aneesha melakukan hobinya, yaitu memotret dan menggambar.
Hari ini mereka kembali pada kebiasaan mereka saat sekolah dulu. Menyusuri jalanan, atau tempat-tempat menarik untuk mengambil gambar. Tepatnya Lion menemani Aneesha mengambil gambar dengan kameranya. Lion tidak tertarik dengan fotografi, dia hanya senang menemani Aneesha menekuni hobinya.
Puas menenteng kamera keliling jalanan, mereka berdua mengakhiri petualangan hari ini di halaman sebuah rumah sakit. Ha? Ngapain? Itulah Aneesha, hobinya yang satu ini sangat aneh. Aneesha suka melukis gedung rumah sakit saat sore hari. Karena hobinya ini, pernah sekali waktu mereka berdua diusir oleh satpam dikira akan bertindak jahat. Padahal saat itu mereka masih mengenakan seragam putih-biru.
Tapi sekarang, karena sudah sering, hampir semua satpam dirumah sakit di surabaya tahu kebiasaan mereka. Sore ini, Aneesha melukis siluet gedung rumah sakit di tengah kota. Tak memperdulikan para dokter dan perawat yang sedang lalu lalang, Aneesha asyik menggambar, sedangkan Lion dari tadi mengambil foto Aneesha dengan ponselnya. Entah sudah foto keberapa hari ini yang dia ambil secara diam-diam. Dia tetap mengagumi Aneesha, meski gadis itu sudah terang-terangan menolak pernyataan cinta Lion.
“Kau akan memenuhi ruang penyimpanan ponselmu dengan fotoku?” tanya Aneesha tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku gambar dipangkuan. Rupanya dia sadar dari tadi Lion mengambil fotonya secara diam-diam
“Eh?” Lion segera menurunkan ponsel yang baru saja Ia arahkan untuk memotret Aneesha. Dia pikir karena sedang konsentrasi menggambar, Aneesha tidak akan tahu, ternyata Aneesha tau. Tiba-tiba Lion menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Cafe yuk, sha! Pengen ngopi, nih.” Lion duduk disebelah Aneesha, mengalihkan pembicaraan dari persoalan foto tadi. Mereka berdua duduk diatas bangunan beton panjang sebagai pembatas taman.
“Sini hpmu!” Aneesha menutup buku gambar, tangan kanannya menengadah memberi isyarat meminta kepada Lion.
“Biarin kenapa, sih, Sha! Gak bakalan juga fotomu kugunakan untuk menyantetmu.” Lion menolak permintaan Aneesha.
“Lion?” tangan Aneesha masih dalam posisi semula. Mau tak mau Lion menuruti permintaan aneesha. Sahabatnya ini tidak akan berhenti sampai keinginannya terpenuhi. Lion memutar bola matanya jengah.
Dengan berat hati, Lion mengambil hp yang sudah dimasukkan ke saku celana, lalu meletakkannya ke tangan Aneesha yang masih menengadah. Aneesha dengan lincah menyapu layar ponsel dengan telunjuknya. Membuka galeri dan mengahapus semua foto dirinya yang diambil oleh Lion sepanjang hari ini.
“Sisakan satu, dong, Sha!” pinta Lion dengan wajah memelas, mengintip jemari Aneesha yang masih menari di layar ponsel miliknya. Aneesha melirik sebentar, menghela nafas kesal.
“Nih.” Aneesha mengembalikan hp kepada pemiliknya, setelah yakin semua fotonya terhapus. Lion menerimanya dengan malas. Pupus sudah harapan menyimpan gadis yang selalu membuatnya berdebar itu.
Aneesha mengemasi barang-barangnya ke dalam tas ransel, kemudian menggantungkannya di kedua bahu. Dia berdiri dan berjalan duluan, meninggalkan Lion yang sedang meratapi nasip tragisnya. Dengan langkah gontai, dia segera menyusul Aneesha menuju ke mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka duduk tadi.
.
.
.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Irdhi Aminuddin
masya Allah ...
mantap neesha, memantaskan diri menjadi manusia yg baik
tragis untukmu lion, sdh d tolak
carilah wanita lain, mash banyak yg lain
2022-12-31
0
Athaya
masih lanjut Thor 🤗
2022-06-29
0
Yusma Aryandi
Lionel 🥺🥺🥺
2021-07-29
0