❤ Sejauh manapun kaki melangkah, keluarga adalah tempat yang paling nyaman untuk kembali❤
Sinar matahari pagi terasa begitu terik walaupun waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Seorang gadis keluar dari kamar, menuruni anak tangga untuk menyapa keluarganya yang sedang berkumpul di ruang makan. Dengan mengenakan setelan celana joger dan kaos oblong panjang yang agak kebesaran, wajah orientalnya terbalut jilbab pashmina sampai menutup dada. Gadis berkulit putih itu terlihat cantik dengan bola matanya yang bulat dan berwarna hitam.
“Assalamu’alaikum… selamat pagi semua?” gadis itu menarik kursi, kemudian mencium pipi perempuan paruh baya yang baru saja selesai menghidangkan makanan di meja makan.
“Wa’alaikum salam...,” jawab semua orang yang duduk mengitari meja makan, tangan mereka sudah sibuk mengambil makanan yang telah terhidang.
“Hallo adek-adekku? Sarapan yang bener, biar gak ngantuk saat pelajaran!” gadis itu menyapa dua remaja yang duduk didepannya seraya mengisi piring dengan nasi dan lauk pauk.
"Kak, suasana rumah ini mulai tidak tenang." Bisik seorang anak laki-laki yang mengenakan seragam sekolah berwarna biru-putih. Menandakan umur anak itu masih diawal remaja.
“Sepertinya begitu, Dek. Kita siapkan mental saja!” jawab seorang gadis yang duduk disebelahnya. Gadis itu memakai seragam sekolah, atasan putih dan bawahan abu-abu. Jilbab instant putih khas anak sekolah melekat di kepalanya.
“Hei! Apaan kalian bisik-bisik?” kedua anak remaja itu tergelak mendapati kemarahan kakaknya.
“Neesha! Turunkan nada bicaramu!” Riani, wanita yang telah melahirkan mereka bertiga melerai keributan anak-anaknya
“Mereka dulu yang mulai Bunda!” Gadis yang bernama Aneesha mengerucutkan bibirnya.
“Udah lama aku nggak liat Kak Neesha marah, kali aja bisa bikin Kakak darah tinggi. Hahaha…” yang ini adalah adik tengah Aneesha namanya Jenar.
“Awas kuwalat kamu, adek durhaka. Kalau ada masalah, kakak gak mau bantu.” Ancam Anesha
“Eh… eh… ya jangan Kak! Maaf deh, sama siapa lagi aku minta bantuan kalau gak sama kakakku yang perkasa ini? He he ...,” Jenar tersenyum memperlihatkan gigi putihnya yang lucu.
“Kalian ini baru saja bertemu sudah ribut, meja makan ini penuh dengan suara kalian.” Faresta Adhitama, sang Ayah mengeluarkan suara tegasnya. Pemilik Adhitama media itu masih terlihat ganteng dan berwibawa diusianya yang menjelang setengah abad.
“Maaf, Ayah ...,” ketiga anak itu kompak mengucapkan permintaan maaf kepada ayahnya. Kalau sudah sang Ayah sudah mengeluarkan suara, tidak ada yang berani membantahnya.
“Sudah rapi, mau kemana kamu, Sha?” tanya Fares kepada anak tertuanya.
“Ada janji sama Lion yah, boleh ya?” sebenarnya ini bukan jawaban atau pertanyaan, melainkan paksaan. Aneesha tidak peduli diijinkan atau tidak Dia akan tetap pergi. Toh, Ayahnya ini bukan orang tua kolot yang dikit-dikit melarang anaknya pergi.
“ck, kau masih saja berteman dengannya? kau lupa perlakuan mamanya padamu?” tanya Fares lagi.
“Mas!” Riani mencegah suaminya agar tidak membahasnya lebih jauh. Dia tahu gadis disebelahnya ini belum benar-benar sembuh dari sakit hati karena perlakuan seseorang beberpa waktu yang lalu.
“Lion dan Mamanya gak salah, Yah.”Aneesha tersenyum masam lalu menyuapkan makanan ke mulutnya.
“Maafkan Bunda ya, sayang.” Riani membelai punggung Aneesha.
“Udah gak usah dibahas, Nda ... he he he” Dijawab dengan senyum termanis dari Aneesha.
Tin tin tin
Suara klakson mobil dari luar, membuat Aneesha segera menghabiskan sisa makanannya yang tinggal dua suap dengan cepat. Dia mengakhiri ritual sarapannya dengan meminum air putih yang sudah tersedia di depannya. Kemudian menyambar tas ransel hitam berukuran sedang yang tadi diletakkan di dekat meja makan tadi. Karena tak ingin pemilik mobil yang membunyikan klakson tadi menunggunya lama, maka Aneesha segera menggantung tas ransel di kedua pundak, lalu berpamitan kepada kedua orangtuanya.
“Neesha berangkat ya Bunda, ayah!” Aneesha mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan takdzim. Tak lupa dia memberikan ciuman dipipi Ibunya.
“Hati-hati sayang, jangan pulang malam-malam ya!” Riani membalas kecupan Aneesha dengan pelukan singkat.
Aneesha menyatukan telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf 'O' dan mengedipkan sebelah matanya kepada sang Ibu. Segera dia berlari kecil meninggalkan meja makan.
“Tunggu, Kak! Aku bareng ya?” Lingga, adik bungsunya menghentikan langkah Aneesha yang hampir mencapai pintu.
“Aku juga!” Jenar mengikuti adiknya yang sudah berdiri dan menggantungkan tas ransel besar di kedua pundaknya.
Aneesha membalikkan tubuh, melihat kedua kakak-beradik itu sedang berpamitan kepada kedua orang tuanya. Tanpa menunggu jawaban Aneesha kedua adiknya telah berlari mendahului Aneesha keluar rumah. Riani dan Fares hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak-anak mereka.
“Kami berangkat ya Bunda!Ayah!” begitulah teriakan kompak dari kedua adik Aneesha saat melewati pintu rumah.
Walau kesal, Aneesha tidak menghentikan perbuatan konyol adiknya. Kedua adiknya sudah masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah. Aneesha mengikuti kedua adiknya masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan pintunya dari dalam oleh sang pemilik mobil. Aneesha duduk di bangku depan sebelah kemudi dan memasang seatbeltnya. Tanpa bertanya, pemilik mobil segera melajukan mobil menyusuri jalan gang meninggalkan halaman rumah Aneesha. Sepertinya pemilik mobil sudah terbiasa dengan tingkah ketiga kakak beradik itu.
“Bukankah kamu biasanya dianter pak Salim ya dek? Kamu juga, Jen. Biasanya kan kamu bawa motor sendiri.” tanya Aneesha kepada kedua adiknya yang duduk dibangku belakang.
“Aku lagi males bawa motor, kak. Capek nguntir stang.” jawab Jenar santai.
“Aku juga lagi males dianter pak Salim, gak asyik dianter bapak-bapak tau, kak. Sekali-kali boleh dong pamer, dianter sama orang ganterng seperti kak Lion, ya gak kak?” jawab Lingga sambil melirik pria yang sedang fokus melihat jalanan di depannya. Yang dilirik hanya menunjukkan ibu jarinya ke arah Lingga.
“Dasar, ngrepotin!” ketus Aneesha kepada kedua adiknya.
Walau sering beradu mulut, ketiga kakak-beradik itu sangat akur. Aneesha adalah sosok kakak yang baik bagi kedua adiknya. Ketika keduanya dalam masalah, Aneesha berdiri paling depan untuk membantu mereka. Begitulah Aneesha, sekesal apapun dia akan selalu menuruti permintaan kedua adiknya. Dia sangat menyayangi adik-adiknya.
.
.
.
Bersambung....
Gak berharap banyak, dibaca aja udah seneng. Apalagi kalau ada yang komen, like, vote, wah makasih banget, hehe😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rizky Aidhil Adha
mampir thor,rujukan dr othor ter teeerrr sephinasera dkisah BP yg 👍🏼👍🏼
2023-02-19
3
Irdhi Aminuddin
karena kisah bunda dah kelar
kita ke kisah neesha
2022-12-31
0
Irdhi Aminuddin
ternyaat ini lanjutan ya,
baik, baca yg kisah pertama dulu kl begitu
2022-12-29
0