POV DJEMAAT
Aku adalah seorang ke 4 saudara dari tujuh bersaudara. Aku lahir didesa, terpencil disebuah kabupaten. Ibuku seorang pencari kayu bakar dihutan, dan ayahku seorang dukun kampung ditempat tinggal kami.
Sampai terjadi perpisahan ibu dan ayah. Sedih dan kecewa, setelah ayah memutuskan untuk menikahi janda muda dan meninggalkan kami.
Aku sangat membenci, kehidupan yang ku alami miskin dan lemah. Aku akan merubah nasib hidupku. Aku akan membuat ibuku tak lagi menagis. Karena semenjak ayah pergi, kami menganggap ayah telah meninggal.
Mungkin karena kami tidak mau membuat hati kami semakin kotor dengan membenci ayah.
Kami menggangap semua telah berlalu, dan ibu sudah mulai bangkit hidup demi kami. Jujur ketika melihat emak sakit, semenjak ayah pergi. Aku bilang sama ibuku untuk tak perlu lagi memikirkannya.
Anggap saja kami yang masih hidup, yang selalu setia sama emak. Dan tidak akan meninggalkan emak.
Sampai suatu hari aku mendapatkan jakpot, dalam penerimaan beasiswa dan aku mengikutinya. Setelah aku mengikuti, ujian dan tak lama hasil pengumuman keluar di bulan depan.
Alhamdulillah aku, keluar sebagai penerima beasiswa dari ribuan siswa.
Jujur aku tak pernah menyangka, setelah kesedihan dan kepahitan yang aku alami.
sekarang mendapatkan jakpot, dalam kesedihan aku alami.
Hanya sajadah tempat aku bercurhat, ditengah malam aku menangis meminta pertolongan kepada sang pencipta.
Agar diberikan kemudahan dalam melangkah mengejar mimpi.
Ibuku sangat bangga terhadap diriku. Dan saudaraku juga sangat puas terhadap hasil kerja keras ku. Setelah seminggu hasil pengumuman, beasiswa aku bersiap untuk berangkat ke kota besar.
Demi meraih mimpi yang aku kejar, dan sang ibu dan sang kakak mengantar, kepergian ku ke terminal. Banyak makanan kakak dan ibuku buat. Dan tak lupa sang kakak memberikan uang kepadaku.
Untuk biaya hidupku, aku menangis di depan semua keluarga. Dan ku peluk sang ibu tercinta. Aku bisikan kata janji kepada sang ibu.
Agar tidak perlu lagi memikirkan sang ayah dan jaga kesehatan sang ibu tersenyum.
Dan menasehatiku agar tidak meninggalkan sholat lima waktu. Dan aku juga menasehati ibuku agar tidak meninggalkan sholat.
Setelah tiba dikota , aku beristirahat di mushola dan sholat. Diriku mengucapkan syukur kepada Allah. Atas kemudahan, yang diberikan kepada sang pencipta.
Aku lansung menuju kekampus Universitas beasiswaku.
Setelah mendaftarkan diri, selesai aku lansung mencari tempat tinggal. Dan kebetulan aku melihat, sebuah pabrik batu bata di desa sebelah dekat kampusku.
Tidak jauh dari kampus hanya sekitar 1 kilo.
Dan aku memberanikan diri untuk mencari pekerjaan. Dan akhirnya aku berjumpa, dengan pemilik batu bata dan Alhamdulillah pemilik memang sedang mencari pekerja.
Alhamdulillah diriku telah diterima bekerja dipabrik batu bata. Dan aku di training, selama seminggu. Banyak pekerja yang cemburu kepadaku, karena pemilik pabrik, sangat baik kepadaku.
Dan ada yang terangan menghinaku. Jujur sakit hati, tapi aku sabar bukan karena takut tapi karena aku tak ingin membuat masalah.
Akhirnya hari itu bapak datang dan mendengarkan sendiri dia menghina ku.
Bapak sangat marah kepada karyawan itu dan lansung memecat beliau dan menunjuk yang lain supaya ikut pergi kalau tak senang karena bapak sangat baik kepada karyawan.
Yang lain nampak ketakutan dan lansung meminta maaf kepadaku.
Setelah seminggu, aku melewati masa training dan sudah bekerja enam bulan ditempat usaha.
Bapak sangat baik hati, dan diriku sudah dianggap sebagai seorang anak angkatnya. Aku juga sudah pindah kamar kedalam halaman rumah bapak.
Dan membuat pekerja lain menjadi cemburu padaku.
Dan bapak selalu memberikan nasehat, kepada pekerja lainnya agar tidak membuat ulah kepadaku. Karena diriku seorang anak rantau, dari keluarga dan merupakan anak yatim.
Pekerja yang mengetahui statusku, sangat iba dan support diriku kuliah. Mereka binggung, aku tidak malu bekerja dipabrik batu bata.
Aku teringat nasib ibu, yang telah berjuang membesarkan kami tanpa seorang ayah.
Tak ingin membuat hatinya sedih. Aku harus berhasil, setelah diterima di kuliah, aku tetap bekerja di pabrik batu bata pak Razali, baru ku ketahui nama kemaren semenjak aku tinggal dirumah bapak.
Aku sangat senang bapak Sudi mengangkat aku sebagai anak angkatnya.
Setiap bulan puasa, kami memakan bersama membuat aku jadi sedih teringat sang ibu, sekarang ibu sudah jarang menghubungiku karena diriku sudah punya keluarga angkat yang menjaga ibu jadi tak khawatir lagi.
Waktu telah berjalan lima tahun, tak terasa aku sudah mau wisuda. Bapak angkat ku hadir, sebagai pengganti orang tuaku.
Bapak, sangat bangga aku dapat gelar sarjana.
Bapak selalu memujiku, didepan orang lain, dia bilang andai aku anak kandungnya pasti dia sangat senang membuat hatiku tak enak kepada anaknya.
Tapi bapak berkata, seperti membandingkan ku dengan anak lainnya.
Aku sadar melihat anak bapak sangat berbeda, sikap dengan bapak tapi aku tak ambil pusing. Tujuan diriku selesaikan kuliah dengan cepat. Aku bisa selesaikan kuliah, dalam waktu cukup cepat.
Dan sudah banyak, tawaran kerja menghampiriku. Bapak datang dan mengajak diriku minum kopi.
Isteri bapak sangat baik, sering mengadakan makanan dan memberikan kepadaku. Tak ternilai banyak kebaikan diberikan bapak, sama ibu ke padaku.
Hingga suatu hari bapak mengajak aku berbicara.
"Djemaat bagaimana kalau nanti bapak gak ada bisa kamu menjaga keluarga kami. Bapak merasa tenang kalau kamu bisa meneruskan usaha bapak dan jangan lupa terhadap ibu dan saudara kamu ya nak."
Djemaat lansung berkata kepada bapak "pak kenapa ngomong seperti sama orang asing. Djemaat udah anggap bapak seperti ayah kandung. Djemaat bisa sukses seperti ini tak luput karena bapak banyak membantu Djemaat.
Gak tahu dibilang kalau Djemaat gak jumpa sama bapak. Makasi pak" Djemaat lansung memeluk bapak rajali.
Sambil menagis sesenguk di punggung bapak. Bapak rajali ikut menangis, "Djemaat bapak juga beruntung ketemu sama kamu.
Hidup bapak jadi bahagia , jujur bapak merasa gagal menjadi orangtua, bagi anak bapak. Mereka tidak seperti kamu nak??? tolong, kamu jaga saudara kamu nak! bapak bangga sekali sama kamu andai kamu putra kandungku nak."
Lalu Djemaat pun memeluk.
"Jangan bicara lagi seperti, itu pak gak enak nanti didengar anak bapak." Langsung rajali pun memandang wajah Djemaat.
" Pak alhamdulillah Djemaat sekarang udah diterima kerja sebagai asisten dosen di universitas pak."
Bapak tersenyum", jangan pernah berubah ya nak dan jangan lupakan kami. Lansung Djemaat menjawab" tak akan pernah pak". "apakah kamu akan pindah Djemaat???tentu tidak pak saya masih tinggal disini kalau bapak masih ijinkan tinggal.
Apa yang kamu ngomong, kamu anak bapak..bapak lansung tersenyum..ibu dibelakang tembok.
Mendengarkan pembicaraan bapak, ibu ikut menagis terharu, mendengar percakapan sang suami bersama anak angkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments