MOZA
" Aku pulang dulu ya. " Ucapku setelah memakai kacamata bacaku yang sengaja aku pakai untuk sedikit menutupi mata sembabku.
" Kok pulang sih Mo, masih siang juga. " Omel Renata
" Capek, mau rebahan. " Jawabku singkat.
" Gue antar ya Mo. " Tawar Dimas lirih sambil beranjak dari kursinya. Tapi cukup jelas untuk bisa didengar oleh kami semua.
" Gak usah, aku udah pesen ojol. Makasih. " Tolakku perlahan sambil tersenyum mencoba agar tidak menyinggungnya.
" Tapi Sabtu besok ikut kan ? " Tanyanya lagi memastikan.
" Hm, insya Allah ".
Merasa keluar dari toilet dengan mata sedikit sembab aku putuskan untuk pamit pulang lebih dulu. Deana yang semula ngotot mau ikut aku ke kosan berhasil aku bujuk supaya tetap tinggal. Kubuka pintu kaca kafe sambil memasukkan sketch book ku yang baru saja kuambil diatas meja.
Brakk...
Badanku nyaris saja terhempas jika sepasang lengan kokoh pria dihadapanku tidak sigap menahanku dalam dekapannya. Buku sketch ku jatuh terbuka tepat pada desain sebuah rumah cantik yang sebenarnya bukan hasil gambarku.
" Maaf, aku gak se.... " Ucapku terputus saat lengan itu melepaskan rengkuhannya di pinggulku dan meraih buku sketch ku dan melihatnya dengan tatapan sedikit aneh.
Dan reflek aku raih buku itu dengan secepat kilat saat tanpa sengaja kedua pasang mata kami saling menatap satu sama lain. Segera aku alihkan pandanganku dari mata yang seolah membuat bulu kudukku berdiri saking tajamnya menatapku dan langsung menghambur keluar menuju parkir kafe dan langsung mendapati ojol yang kupesan sudah menunggu.
" Hei nona... " Terdengar suara teriakan yang lantas aku abaikan begitu saja lantaran asing dengan suara tersebut.
Sampai di kosan aku langsung mandi, sholat dan merebahkan badanku di ranjang. Merasa lelah padahal sepertinya hari ini tidak ada aktifitas fisik sama sekali, kecuali rutinitas maraton tadi pagi.
•
•
🍒🍒🍒
HEGA
Aku putuskan makan siang di kafe dekat kantor yang pemiliknya adalah adik Bara. Belum juga sempat mendorong pintu kafe seorang gadis yang seperti terburu-buru menabrakku dari arah dalam kafe. Modus lama, pikirku.
Namun reflek kedua tanganku menahan tubuhnya yang nyaris saja terpental karna tabrakan tadi.
" Maaf aku gak se...." Ucapnya terpotong saat aku reflek melepaskan rengkuhan tanganku dari pinggul gadis itu untuk mengambil sebuah buku sketch yang terbuka dengan gambar sebuah rumah yang menarik perhatianku.
Belum sempat aku melihat dengan jelas buku itu sudah berpindah tangan pada pemiliknya dengan cepat, membuatku tanpa sengaja menatap tajam sepasang mata dibalik kacamata berbingkai hitam di depanku.
Mata yang membuatku merasa familier. Saat dengan cepat gadis itu setengah berlari menghampiri ojol di depan kafe.
" Hei nona... " Teriak Bara yang sedari tadi mengikutiku, namun panggilannya diabaikan oleh gadis yang langsung pergi tanpa menoleh sedikitpun.
" Lo kenal ? " Tanyaku iseng.
" Nope. " Jawabnya singkat.
" Lah ngapain panggil-panggil ? " Tanyaku lagi sambil memasuki kafe dan duduk di salah satu sofa kafe.
" Lo tahu kan mata gue gak bisa membiarkan gadis cantik lewat begitu saja. " Jawabnya asal.
" Lagipula gue Spechless aja lihat ada cewek yang bisa bikin sohib jutek gue ini terperanga. "Tambahnya dengan muka setengah tidak percaya melihatku yang memang sempat terpana pada sosok gadis itu.
Tapi bukan karena wajahnya yang cantik atau karena alasan-alasan sejenisnya. Tapi karna dugaanku salah yang mengira tabrakan tadi adalah modus gadis itu untuk kenalan atau sekedar menarik perhatianku.
Secara memang selama ini seperti itulah cara yang sering digunakan para wanita yang berusaha mendekatiku. Terlebih lagi saat melihat sepasang bola mata gadis itu yang membuatku merasa ada semacam perasaan familier. Ditambah lagi desain sebuah rumah yang aku lihat di buku itu terasa tidak asing.
Dan benar saja, jika seandainya kejadian tadi adalah modus belaka, maka fix gadis itu sudah cukup sukses menarik perhatianku.
" Mau pesen apa, bang ? " Tanya seorang yang baru datang yang tidak lain adalah Dimas, pemilik kafe sekaligus adik Bara.
" Biasanya aja, Dim. " Jawabku singkat.
" Eh, cewek pake baju putih ransel maroon yang barusan keluar siapa, dek ? " Tanya Bara pada adiknya sambil melirik ke arahku.
" Temen gue bang, adik kelas lebih tepatnya. Kenapa emang ? Jangan macem-macem lo bang. Boleh siapa aja asal bukan dia." Jawab Dimas sedikit dengan nada penasaran sekaligus mengancam pada abangnya yang memang terkenal penakhluk wanita itu.
Beda dengan Bara yang pecicilan, Dimas lebih kalem dan sopan, masih muda sudah serius dengan usaha kafenya sendiri yang meskipun didanai oleh abangnya tapi dia tetap ada rasa tanggung jawab pada usahanya itu. Usia yang beda hanya 4 tahun dariku.
" Lah emang napa coba ? Cewek lo dek ? "
" Bukan, pokoknya gak boleh macem-macem sama dia, atau urusannya sama gue. " Jawabnya setengah ada keraguan saat dia mengucapkan kata bukan bikin aku dan Bara sendiri agak aneh karena ini pertama kalinya aku mendengar Dimas berbicara dengan nada agak tinggi pada abangnya itu.
" Udah deh sana gue dah laper nih " Gerutu Bara dengan nada agak kesal.
" Jadi gimana bro urusan sekretaris ? Jadi dipecat ? " Tanya Bara dengan nada menyindir.
" Kapan gue pernah gak serius soal kerjaan, kalo gak ada sekretaris cowok mending lo aja jadi sekretaris atau PA gue "
" Ogah, jadi wakil loe aja kerjaan udah kayak bukit, gimana jadi PA lo, bisa jadi gunung kerjaan gue, gimana dong nasib para bidadari gue. " Jawabnya yang dengan alasan yang sudah kuduga.
" Eh btw cewek yang tadi cakep juga ya, imut juga, tapi agak galak kayaknya. Cocok sama lo, Macan ketemu singa betina. " Ucapnya semakin ngawur.
" Kalo lo mau kenapa gak lo ajak kenalan tadi ? "
" Yah, kan tadi gue dicueking bro. Kayaknya kacamata tuh cewek kurang tebel kali, gak bisa lihat cowok tampan rupawan kayak gue nih. "
" Bukan kurang tebel, tapi emang kacamata nya ada sensor anti buaya. Jadi liat lo kayak liat buaya, takut dicaplok makanya langsung kabur naik ojol. " Jawabku tak kalah ngawur.
Beginilah keseharianku dengan buaya yang satu ini jika kami sedang tidak berada di lingkungan kerja. Santai dan menjadi seutuhnya diri kami sendiri, tidak ada rahasia ataupun batasan apapun saat kami sedang bercanda seperti ini.
Selepas makan siang kulanjutkan pekerjaan yang bertumpuk di atas meja kerjaku. Dan Bara membantu sebagai PA sementara sebelum ada Sekretaris dan PA baru.
Banyak hal yang harus dikerjakan setelah regenerasi karyawan yang baru saja aku lakukan pagi ini. Kulihat banyak mata yang memancarkan ketakutan setiap kali aku melakukan sidak bergantian di setiap divisi.
Namun juga tidak sedikit mata yang menunjukkan tatapan yang paling kubenci. Tatapan dari para wanita yang selama ini membuatku pusing dengan tingkah laku mereka yang berkeliaran disekitarku mencari perhatianku.
•
•
🍒🍒🍒
BARA
Sumpah gue mau mati rasanya tiap kali jadi partner kerja pria penggila kerja yang satu ini. Bersahabat sejak masa sekolah tentu saja bikin gue tahu seperti apa karakter seorang Hega Airsyana Saint, Presdir perusahaan internasional.
Sejak menjabat posisi Presdir, banyak mata wanita yang seolah memburu dia untuk dimangsa, tentu saja sebelumnya saat masih kuliah bahkan saat masih sekolah mulai dari SMA nih anak udah bikin para kaum hawa jadi seperti fans gila.
Tapi tentu saja gue tahu gak segampang itu meluluhkan dinding es yang menyelimuti hati sahabat gue ini, dan yang pasti gue satu-satunya orang yang tahu apa alasannya dia jadi seperti itu selain dirinya sendiri dan keluargamya.
Sampai tadi siang saat di kafe adek gue gak sengaja tuh gunung es ditabrak sama singa betina.
Pertama kalinya setelah 10 tahun lamanya gue lihat tatapan seperti itu dari seorang Hega kepada seorang wanita. Yang biasanya bahkan tak sudi menatap wanita lebih dari tiga detik, tapi untuk pertama kalinya terpana pada sosok seorang gadis yang bahkan membuat dirinya sendiri tidak sadar pada ekspresi yang muncul pada wajah dinginnya itu.
Yang jelas sebagai sahabat gue berharap lo menemukan arti dari yang namanya bahagia...
•
•
•
☘☘☘
☘☘☘☘
^^ Jangan halangi dirimu dari kebahagiaan masa depan hanya karena masa lalu sempat merebut kebahagiaan itu darimu.....^^ ( Sherinanta )
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
➡️➡️ Ditunggu LIKE & COMMENT NYA YAH ....❤
PLEASE DON'T BE SILENT READER......🌹🍁☘.
Bantu VOTE agar karya ini UP yah....
Terima kasih 😊😘😘😍
Jangan ragu tinggalkan jejak kritik dan saran ya jika ada salah tulis dan lainnya.... 😊😍😏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Oh Ternyata Dimas itu adiknya Bara..
2023-05-17
0
M⃠⸙ᵍᵏWãterLīlyHõkKī²
langkahkan kakimu menyongsong masa depan tanpa menengok kemasa lalu yg dibelakang .... gt ya kak maksud kata mutiara diakhir cerita
2020-12-30
1
enjel anin
thor ceritanya klo boleh pake orang ketiga aja biar enak bacanya...sekedar masukan thor
2020-12-20
2