Kecewa

Tak terasa Mira menjalankan hari- harinya meski dengan satu kaki. 2 tahun sudah Mira menjalankan kehidupan sebagai seorang penjual pecel. Mira terpaksa harus memutuskan kuliahnya karena sudah tidak bisa lagi aktif seperti dahulu kala. Mira yang lebih memilih menemani Mbok Nah berjualan.

Mbok Nah masih dalam keadaan sehat walaupun tenaga sudah tidak maksimal. Mira hanya menjalankan kesehariannya yang monoton. Aidin adik Mira kini telah lulus dan melanjutkan studinya jurusan kedokteran dengan beasiswa karena memang Aidin anak yang berprestasi. Aidin melanjutkan studinya di kampus yang ada di Surabaya. Aidin terpaksa harus meninggalkan kakak dan neneknya itu di kampung halaman.

Aidin menempuh pendidikannya pada semester ketiga saat ini. Aidin begitu punya tekad kuat untuk menjadi seorang dokter karena kegagalan yang telah dialami oleh kakaknya itu, kini ia harus benar- benar berjuang keras. Mereka hidup dengan benar- benar sederhana berubah 180 derajat dengan kehidupan mereka dimana mereka masih kecil dan tumbuh bersama orang tua mereka. Kasih sayang, kekeluargaan, cinta, seakan pudar dan menghilang dalam hitungan detik.

Vina sahabat Mira masih senantiasa selalu ada disampingnya. Kesibukan Vina ialah menjadi seorang yang membantu mencerdaskan anak bangsa, ia adalah seorang guru. Kecintaannya terhadap anak- anak membuat Vina menaruh separuh hidupnya untuk sekolah.

Ia mengajar di sekolah SD Negeri yang tak jauh dari tempat Mira berjualan. Jadi Vina selalu punya waktu untuk membantu Mira dan Mbok Nah berjualan. Kini tempat berjualan Mira dan Mbok Nah lebih besar sedikit daripada sebelumnya. Jadi kapasitas untuk menampung pembeli lebih banyak.

“Siang bu guru? Menu apa hari ini? hihihi” sapa Mira kepada Vina yang baru pulang sekolah.

“dasar. meski ditawarin Menu kamu ya tetap saja. iya kan Mbok Nah.”

Mbok Nah hanya tertawa melihat gelagat Vina yang cerewet itu. mbok Nah berjualan mulai pukul 6 pagi sampai pukul 2 siang. Namanya juga pedagang maklum jika dagangan terkadang sepi terkadang rame belum bisa konsisten.

“eh Mir. Sini deh.”

“hem, kenapa ada gossip apa ini. Bu guru kok suka gossip”

“aku tadi waktu mau jalan ke warung mu, ketemu sih cantik itu. gila, keren abis dia.”

“siapa maksud kamu,”

Tanya Mira penasaran.

“itu,, Dinda. Saingan kamu itu rupanya sudah jadi dokter hebat Mir”

“Dinda?"

“iya Dinda, teman sekampus kamu itu. Dia sangat cantik sekali. Keren ya,”

Nampak muka Mira berubah. Mira tidak bisa menutupinya bahwa ia sedih setelah mengetahui bahwa Dinda temannya itu sudah menjadi dokter.

Mira tidak menyangka bahwa takdir tuhan akan seperti ini. Mira yang seharusnya sudah menjadi dokter dan bisa memiliki kehidupan yang lebih baik. Ternyata takdir berkata lain. Ia bahkan gagal untuk menjadi dokter.

“eh, sudah lah Mira gak usah sedih gitu”

Mira meninggalkan Vina yang asik mengomel.

“eh eh kemana,, gitu saja ngambek kamu. Kebiasaan ni”

Tak lama dari itu Mira keluar dengan setelan baju dokter dan berusaha menghibur diri bahwa ia juga bisa jadi dokter meski tidak dirumah sakit

“weh weh,, nah keren nih. Dokter Ameera Azzana, bisa tidak cek hati saya yang sedang kosong ini. Barangkali ada obat untuk menyembuhkan, Hahaha”

Mira dan Vina sedang asik mengobrol dan menikmati guyonan receh sebatas untuk menghibur diri. Terdengar suara perempuan menyahut kegaduhan Vina dan Mira. Seorang yang mengatakan beli pecel didepan warung Mbok Nah.

“tunggu sebentar,” Mira menyahut ucapan itu dan keluar menuju warung

“iya, mau beli apa….”

Mira yang mau melepas almamater putih itu dan terhenti setalah pembeli untuk memanggil nama Mira.

“Mira, Mira kan? Ameera Azzana” celetuk pembeli itu.

Mira menoleh kepada sang pembeli dan melihatnya, terlihat perempuan dengan almamater putih dengan rambut digerai hitam lurus dan memakai kacamata. Mira menatap perempuan itu dengan begitu kagetnya.

“Mira, ini aku Dindaa” teriak Dinda kepada Mira yang masih melamun.

Mira membuyarkan lamunannya itu dan menjadi kebingungan apa yang akan ia lakukan. Perasaan Mira saat itu campur aduk, ia malu, ketakutan, cemas, dan khawatir setelah pertemuan itu dengan dinda.

“hey, Dinda. Sudah lama tidak bertemu.”

Mira mengucapkan sepatah dua kata meski dengan kepala menunduk, ia hanya ingin tidak terlihat kaku dihadapannya. Dinda melihat Mira dengan penuh ejekan. Dinda sangat puas atas kondisi Mira saat ini.

“oh jadi penjual pecel sekarang, 2 tahun ini menghilang sibuk ngurusin pecel kamu. Bisnis woman ceritanya. Kenapa tidak dokter saja, kamu kan paling pintar di kampus. Oppss sorry, lupa kalau kaki tidak ada”

hinaan Dinda Nampak jelas disodorkan kepada Mira.

“mau beli pecel berapa,” Mira yang tidak menanggapi ucapan Dinda sama sekali.

Lagi- lagi dinda mengeluarkan jurus mulut berbisa nya itu.

“eh ya, Bams kemana ya? Dengar- dengar sih Bams sudah jadi dokter di Jakarta dan mau menikah dengan tunangannya di Jakarta. Hebat ya?” sindiran dinda kali ini membuat Mira membuka suaranya dengan lantang.

“Kamu kesini mau beli pecel atau jadi wartawan. Kalau mau tanya- tanya mungkin cari waktu deh, jangan lupa bayar saya ya?” mira berusaha menjaga harga dirinya.

Dinda kesal dengan ucapan Mira saat itu dan memutuskan untuk membatalkan niatnya itu untuk membeli pecel. Dinda pergi dan meninggalkan warung Mira.

“Siapa Mir! kok menghilang pembelinya.”

Tanya vina

“hantu,”

“yeee, hantu siang, ngigo”

Mira, vina bergegas membereskan peralatan jualan. Sudah pukul 14.00 warung Mbok Nah segera tutup.

“sayang, jemput di Bandara jam 7 malam. Aku mau balik sekarang.”

“jam 7 nanti?"

"mendadak banget."

"Gak bisa, Aku ada jaga hari ini.” ucap fatih

“kok gitu? kenapa sih kamu selalu alasan kalau aku mau minta jemput. Dulu saja gak kayak gini, apa ada yang baru, Jujur saja deh. Ingat kamu tunangan aku?”

“terserah, aku tutup dulu telponnya. Dicari suster.”

Dinda sangat kesal terhadap tunangannya itu, dinda yang memutuskan untuk balik ke Jakarta lebih awal ia harus berantem terlebih dahulu dengan tunangannya. Tunangannya adalah seorang dokter di Jakarta. Dinda bertunangan dengan kekasihnya itu sejak setahun yang lalu.

Dinda dipersunting oleh dokter yang sangat tampan, Lelaki yang dikenalnya saat itu.

“terus aku harus bagaimana, siapa yang jemput aku nanti, ngeselin banget tuh cowok".

"Sabar sabar Dinda, kamu harus sabar, itulah sifat tunangan mu.”

Dinda yang menggerutu terhadap dirinya sendiri dan merasa kesal pada tunangannya.

“siapa pak Fatih ?” tanya Bams yang merupakan rekan dokter Fatih sekarang ini dirumah sakit Jakarta.

2 tahun lalu saat uji tes tahap 1, Dinda dan Bams dilirik oleh dokter Fatih untuk bisa menjadi dokter di Jakarta karena memang kelihaian mereka yang sangat baik dengan poin tertinggi.

Dokter Fatih yang merupakan tunangan Dinda saat ini. Berkat kepandaian dan paras cantiknya, ia dilamar oleh dokter Fatih untuk bisa mendampingi hidupnya. Sudah 1 tahun mereka menjalin pertunangan, tapi sampai sekarang mereka masih belum melangsungkan pernikahan.

“tunangan ku, Dinda. Dia minta jemput nanti malam di Bandara jam 7, gila dia. Dikira disini gak sibuk apa, ada jadwal tugas lagi hari ini,”

“eh ngomong- ngomong kamu gak ada jaga kan hari ini, bisa tidak jemput dinda di bandara Bams,” dokter Fatih yang meminta Bams untuk menjemput Dinda.

Bams mengiyakan permintaan Fatih untuk menjemputnya nanti malam.

“makasih ya Bams,”

Memang dunia begitu sempit, sampai akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali dengan circle yang baru. Hubungan mereka kini sama- sama menjadi dokter. Sayang, itu belum menjadi keberuntungan Mira yang saat ini masih menjadi seorang penjual pecel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!