Menolak Perjodohan

Napas hangat Tuan Muda itu begitu terasa di wajah Rossa masih. Andrew mengancamnya, tapi justru Rossa hanya mematung melihat ketampanan pria yang ternyata pura-pura buta itu.

“Jawab aku! Apa kau mendengarnya?” teriak Andrew yang membuat Vero langsung menenangkan tuannya agar tidak menimbulkan keributan lain di luar sana.

“Tuan harus menjaga sikap. Meskipun rumah ini terpisah dengan kediaman orang tua Anda, tapi di tempat ini tidak ada yang bisa kita percaya. Karena semua pelayan di sini adalah suruhan dari Ayah tiri Anda,” jawab Vero yang langsung menenangkan Andrew.

Andrew melepaskan Rossa dan mendorongnya hingga ia terpojok di tembok. Kedua sikunya yang menghantam dinding dingin itu membuatnya merasa kesakitan. Ia hanya merintih, menunduk dan menjawab lirih apa pertanyaan dari Andrew tadi.

“Ya, Tuan. Aku mendengarnya. Aku tidak akan mengatakan rahasia ini kepada siapa pun. Bukankah Anda sudah berjanji akan membantuku?”

Andrew berdecak pinggang dan kembali mengenakan kacamata hitamnya.

“Apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin tahu siapa orang tua kandungku sebenarnya. Kenapa mereka membuangku ke panti asuhan,” balas Rossa yang menitikkan air mata.

Mendengar jawaban sedih dari wanita asing itu, membuat Vero dan Andrew saling bertatap wajah. Vero mendekati Rossa dan mengusap punggungnya. Ia tidak tahu jika banyak kesedihan di balik ketegaran wanita yang ditemuinya di jalan.

“Aku ikut bersedih dengan kisahmu. Aku akan membantumu mencari tahu siapa orang tua kandungmu,” jawab Vero dengan lembut. Membuat Rossa sedikit tenang. Lantas wanita berusia 23 tahun itu mengangkat wajahnya dan memandang Vero. Terdapat sebuah kehangatan pada wajah asisten dari Tuan Muda yang akan dilayaninya itu.

“Terima kasih banyak, Tuan,” jawab Rossa.

“Aku bukan Tuanmu. Panggil saja aku Vero. Tuanmu ada di sana, Tuan Muda Andrew,” tunjuk Vero pada Andrew yang masih berdiri di depan Rossa.

“Iya, Vero.”

“Siapa namamu?” tanya Andrew dengan ketus.

“Rossalina Andrea. Aku dipanggil Rossa oleh keluarga angkatku. Tapi aku tidak tahu apa itu namaku yang sebenarnya atau bukan.”

“Baiklah, Rossa. Mulai hari ini kau bekerja denganku. Aku juga akan meminta Vero untuk menyelidiki tentang asaasal-usulmu. Satu hal lagi, kau tidak boleh berbicara sembarangan kepada orang asing dan juga kepada siapa pun yang bekerja di sini. Kau paham?”

“Baik, Tuan.”

“Rossa, Kau bisa ke bawah dan menemui kepala pelayan yang tadi memberimu seragam. Tanyakan kepadanya apa yang harus kau kerjakan,” kata Vero dengan menebar senyuman, membuat dua lesung pipinya pun terlihat.

“Ya, aku akan ke bawah dan menanyakan tentang pekerjaanku.”

Rossa keluar dari kamar dan menutup pintu itu rapat-rapat.

“Tuan, apa Anda yakin akan membantunya mencari tahu tentang asal-usul dari Rossa? Aku tadi hanya basa-basi saja,” ucap Vero.

“Bukankah selama ini kita seperti detektif? Mencari asal-usul seseorang bukanlah hal yang sulit. Yang sulit adalah mencari tahu penyebab kecelakaan 15 tahun lalu, mencari tahu penyebab kematian ayahmu dan mencari bukti perbuatan busuk Ayah tiriku.”

“Ya, itu memang sulit. Bertahun-tahun kita sudah mencobanya tapi tidak membuahkan hasil.”

“Cari tahu mengenai keluarga angkat dari Rossa dulu!”

“Ya, Tuan. Aku akan memerintahkan bawahanku untuk mencari tahu tentang keluarga itu.”

Andrew dan Vero memiliki anak buah rahasia. Karena semua pelayan yang ada di kediamannya adalah orang kiriman dari ayah tirinya. Bisa saja mereka adalah mata-mata yang melaporkan setiap kejadian dan gerak-gerik Andrew dan Vero kepada tuannya.

Setiap pagi Andrew duduk di sebuah kursi bermeja di taman untuk menikmati sarapan. Rossa datang membawa nampan berisi segelas susu dan sandwich kesukaan Andrew.

“Ini makan pagi Anda, Tuan,” kata Rossa seraya memberikan sandwich dan segelas susu hangat di meja di dekat Andrew.

Rossa memundurkan langkahnya dan menunggu Tuan Mudanya menghabiskan sarapan pagi. Tetapi Rossa merasakan ada hal yang aneh dengan salah satu pelayan yang sedang membersihkan rumput di taman. Tanpa sengaja Rossa melihat orang itu memutar jam tangannya. Rossa teringat dengan jam tangan yang dikenakan Rasen, kakak angkatnya, yang terdapat sebuah kamera di dalamnya.

Lantas Rossa menoleh ke kanan dan kiri namun tidak mendapati Vero ada di dekat Andrew. Rossa harus bergerak cepat dan mendekatkan segelas susu hangat dan juga sandwich ke arah Andrew. Kemudian ia memegang tangan kanan Andrew dan menempelkannya pada gelas berisi susu itu.

“Tuan, pria yang sedang memotong rumput itu memiliki kamera di jam tangannya,” ucap Rossa dengan lirih.

Andrew hanya terdiam. Dari balik kacamata hitamnya ia memperhatikan pria yang dimaksud oleh Rossa. Tangan kirinya juga berpura-pura meraba-raba meja untuk mencari piring di mana sandwich itu diletakkan oleh Rossa.

“Tolong dekatkan sandwichku,” ucap Andrew dengan keras agar pria yang sedang memotong rumput mendengarnya.

“Baik, Tuan,” jawab Rossa.

Andrew kemudian mengambil sandwich dan menggigitnya. Ia masih memperhatikan pria sedang memotong rumput itu.

Tak berselang lama Vero datang dengan Fariana, ibu kandung dari Andrew. Fariana tidak datang sendiri. Ia bersama suaminya yang bernama Haris dan juga Putri Adelina, tunangan dari Andrew.

“Tuan, Aah dan Ibu Anda datang. Nona Adelina juga datang untuk menjenguk Anda.” Mendengar jawaban Vero, Andrew langsung meletakkan sandwich yang masih ada ditangannya. Ia memang tidak suka dengan kedatangan Delina, karena gadis itu adalah gadis pilihan dari Haris.

“Untuk apa Delina datang ke sini, Ayah, Ibu?” tanya Andrew dengan ketus.

“Delina adalah gadis yang baik, dia mau menerimamu apa adanya. Dia akan membantumu mengelola bisnis mendiang Ayah kandungmu,” balas Haris.

“Membantuku mengurus bisnis untuk apa? Bukankah aku dan Melisa sudah cukup membantu mengelola bisnis itu?” sindir Andrew.

Ya, Melisa adalah anak kandung dari Haris Setiawan atau adik tiri dari Andrew. Haris memperkerjakan Melisa dengan jabatan penting di kantor ayah kandungnya. Andrew memang tidak mempermasalahkan itu, tapi bukan berarti dia diam saja karena dia juga memiliki seorang mata-mata di kantor mendiang ayahnya.

“Tidak begitu, Andrew. Kau anak kandung dari mendiang Wijatmoko. Kau juga memiliki bagian itu, tapi karena kekuranganmu yang tidak bisa melihat, jadi kau harus memiliki seseorang yang membantumu dan Ayah memilih Delina untukmu. Dia juga berasal dari keluarga baik-baik kan?”

Orang tua Delina adalah rekan kerja dari Haris yang memiliki sifat yang tamak. Sama saja seperti Harris tentunya. Itulah sebabnya Delina mau dijodohkan dengan Andrew yang buta.

“Ayah, Ibu maafkan aku. Aku baru mau mengatakannya sekarang,” kata Andrew lagi. Tapi tatapannya masih tertuju pada pria yang sedang memotong rumput itu.

“Katakan Andrew! Apa yang ingin kau katakan?” tanya Fariana.

“Aku tidak bisa melanjutkan perjodohan dengan Delina.”

Jawaban Andrew membuat Delina ke dan Harris kesal. Namun tidak dengan Fariana. Fariana adalah wanita yang baik, hanya saja ia tidak sadar telah diperalat oleh suaminya.

“Kenapa Andrew? Kenapa kamu menolak Delina?” tanya Harris dengan nada yang sedikit meninggi.

“Aku sudah mencintai wanita lain.”

“Apa? Siapa yang kau cintai itu?” tanya Fariana.

“Rossa. Rosalina Andrea. Aku Mencintainya.”

Jawaban Andrew membuat Vero dan Rossa sama-sama membulatkan mata karena terkejut.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Rice Btamban

Rice Btamban

bisa baya Rossa kalau gitu oleh haris

2022-06-03

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!