Jantung Chen berdegup kencang bagai genderang perang, hatinya jerih dan wajahnya seketika memutih melihat orang yang menolongnya membunuh Monster Harimau Petir hanya dengan satu jari, apalagi efek serangan itu membias hinggal lima puluh kaki ke dalam hutan.
Chen segera menjura dan membungkukkan badan : "Terima Kasih Tuan, aku sangat berterima masih... Andai Tuan tidak datang membantu, mungkin aku sudah melompat ke dasar jurang dan menjemput Tanah Hitam."
Orang yang menolong Chen hanya mengangguk pelan tanpa menoleh, lalu berucap pelan : "Pulanglah, segera tinggalkan hutan ini."
Chen tidak banyak berbasa-basi karena takut salah bicara dan menyinggung orang tersebut, sehingga setelah memberi hormat dan berucap sepatah kata langsung melesat meninggalkan hutan kematian.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sepanjang perjalanan pulang, dalam benak Chen hanya bisa memutar memori kejadian demi kejadian yang Ia alami hari ini, mulai dari berburu dengan saudaranya lalu bertarung dengan serigala api dan naas bertemu harimau petir.
Beruntung Ia masih diberi kesempatan hidup hingga di selamatkan oleh orang tak dikenal yang memiliki kekuatan tinggi.
Sambil menghela nafas, Chen hanya bisa bergumam : "Terasa baru tadi kita berbasa-basi berbual dan tertawa, kini aku seperti bermimpi tapi aku tak bisa bangun dari mimpi itu. Maafkan aku Saudara Fai, aku pasti akan membalaskan dendam kematianmu."
Namun Chen masih bertanya, gerangan siapakah orang itu.
"Dari wajahnya terlihat masih berumur 30 tahun tapi rambutnya putih semua, namun itu tidak mengubah kesan gagahnya orang itu." Benak Chen.
Chen terus menyusuri hutan, fokus utamanya sekarang adalah segera keluar dan kembali ke Klan dan melaporkan kejadian yang menimpanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Senja datang menyambut bulan, di balik rimbunnya dedaunan pohon yang menjulang tinggi tepat di atas sebuah ranting pohon, Chen sedang merebahkan diri sekedar meluruskan kaki dan meregangkan otot yang terasa kaku.
Walaupun matanya terpejam, tapi Chen tetap siaga. Di sekujur tubuhnya muncul seperti gading-gading tajam sepanjang lengan terbentuk dari Tulang Tubuhnya yang sengaja di keluarkan untuk melindungi dirinya jika ada Hewan Monster yang menyerang tiba-tiba.
Tapi baru tiga batang dupa Chen terpejam, tiba-tiba saja angin panas menerpa di susul goncangan hebat bak gempa bumi menggetarkan pohon raksasa yang menjadi tempatnya beristirahat.
Tanpa fikir panjang Chen segera melompat turun, senafas kemudian dari punggungnya keluar tulang-tulang yang memanjang membentuk seperti sabit panjang melengkung di sisi kanan dan kiri melindungi seluruh tubuhnya.
Dengan posisi setengah berlutut Chen berlindung di balik Tameng Tulangnya sendiri.
Sambil menggertakkan gigi dan mengepal erat tangan dia menguatkan tekat.
"Berlaripun percuma, berlindungpun seperti mencari kematian. Aku harus bertahan disini." Tekat Chen dalam hati.
Tak lama kemudian udara semakin panas, tanah bergetar hebat, daun dan ranting yang berterbangan seketika terbakar dan menjadi abu, bebatuan terbang bagaikan kertas ditiup angin.
Chen yang berada di dalam tameng tulangnya mulai merasakan dirinya seperti di tekan bumi ke bawah namun juga seperti di hempas oleh angin ke belakang.
Jangankan untuk bergerak, bernafas-pun seperti bernafas di depan kobaran api.
Perlahan tulang-tulang yang menjadi tamengnya mulai retak dimana-mana tapi Chen tetap mencoba memperbaiki keretakan sambil terus bertahan.
Dan kemudian.....
Boom... Boom.. Boom... Boom...
Dhuuuaaarrrrrrr................
Dari jauh terjadi ledakan besar yang memekak-kan telinga dan mengguncang seolah terjadi gempa dahsyat yang meluluh lantakkan apa saja yang berada di sekitarnya.
Suara-suara pekikan dari seluruh penghuni hutan kematian bagaikan Nada Kematian yang mengundang ketakutan dan kesedihan mendalam.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Mentari datang menyambut pagi, kini sebagian hutan lebat itu seolah berubah menjadi tanah gersang nan tandus bagaikan api neraka baru saja menjatuhkan dirinya disana.
Ribuan hewan yang sudah tak dikenali lagi wujudnya dan seolah tak menyisakan setetes-pun darah di dalam tubuhnya karena sudah kering oleh panasnya api neraka yang membakar dan menghanguskan mereka, berserakan seperti kerikil di yang bertabur di tanah.
Di antara tumpukan mayat itu, seorang manusia dengan pakaian yang habis tak bersisa dan nafas yang bahkan hampir tak terdengar oleh telinga tapi terlihat jika Nyawa masihlah melekat dengan badan, tergeletak tak berdaya.
Jangankan untuk menggerakkan jari, membuka matapun seolah seperti ada lem kuat melekat hingga mata tak sanggup terbuka.
Sinar matahari mulai berdiri dengan kokoh ditemani awan menghias birunya langit.
Manusia itu ternyata masih bisa bertahan, walaupun kondisinya tak ubah seperti bangkai yang memiliki nyawa.
Tak lama kemudian, dari cincin yang ada di jarinya keluar sebuah pil berwarna putih, pil itu tergeletak tepat di samping tangannya.
Perlahan keluar sebuah tulang berbentuk jarum memanjang dan menancap tepat di pil tersebut lalu tulang itu seolah bergerak meliuk menuju mulutnya.
Setelah menelan pil putih tadi manusia yang sudah jelas itu adalah Chen, perlahan mulai bisa membuka matanya dan menggerakkan jarinya.
Enam batang dupa kemudian, dengan perlahan Chen mulai bisa sekedar duduk bersila sambil mengatur kembali energi yang kacau di dalam tubuhnya.
Kembali Dia mengeluarkan sebutir pil berwarna merah dari cincin di jarinya, lalu segera menelan pil tersebut.
Waktu berlalu cepat, bulan bersinar terang di temani tabur bintang seolah ingin berkata : "tenanglah, di gelapnya malam sekalipun kami selalu ada untuk menerangi kalian."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Ke esokan paginya, Chen yang sudah mulai sembuh dari lukanya dan sudah kembali mengenakan pakaian yang disimpan di cincin di jarinya secara perlahan menelusuri hutan kematian yang kini sebagian bagaikan tanah tandus tak berpenghuni.
"Aku bagai manusia yang di berkati surga hingga tiga kali sanggup lepas dari jalan Tanah Hitam, lihatlah Saudara Fai bahkan kematianmu dibalaskan tuntas oleh Tuhan Sejati." Ucap Chen dalam hati.
Sepanjang jalan Chen hanya melihat unggukan mayat hewan hingga hewan monster berserakan dimana-mana, hingga akhirnya dia berhenti di sebuah Kawah Besar dengan lebar 500 kaki dan kedalaman mencapai 300 kaki.
Chen hanya bisa menghela nafas sambil bergumam; "Andai malam itu posisiku disini, mungkin abu-pun sudah tak tersisa dari diriku ini."
Chen yang tidak memiliki banyak waktu lagi, ingin segera kembali ke Klan dan menyembuhkan total lukanya mulai berbalik arah, namun sebelum dia membalikkan badan matanya menyipit seolah melihat sesuatu tepat di tengah kawah bekas ledakan itu.
Tanpa di aba-aba dia segera turun ke bawah untuk melihat siapa yang tergelatak di bawah kawah tersebut.
Kaget, jelas itu yang di rasakan oleh Chen.
Ternyata yang tergeletak di kawah adalah Dewa Penolongnya tempo hari, namun yang membuatnya sempat mematung adalah orang itu tidak sendirian di seberangnya juga tergeletak orang lain.
Chen segera memeriksa kondisi kedua orang itu dan ternyata mereka masih hidup.
Setelah memberikan pil yang sama yang Ia gunakan, perlahan kedua orang itu mulai bisa membuka mata dan duduk walaupun dalam kondisi lemah.
Chen segera menjura : "Maafkan aku Tuan sekalian, aku tidak memiliki pil bagus, hanya ini yang bisa ku lakukan untuk menyelamatkan nyawa kalian."
Orang yang tempo hari menyelamatkan Chen segera menjawab : "Manusia harusnya kau bunuh aku, karena aku bukanlah golongan kalian. Aku adalah ras hewan yang sudah berevolusi ke wujud sempurna, sedangkan dia di depanmu adalah manusia sama sepertimu. Jangan buang waktu, bunuh aku sekarang."
Lalu manusia yang menjadi lawan hewan sempurna juga berucap : "Kau, ayo cepat bunuh dia. Dia adalah penguasa hutan kematian ini, dengan membunuhnya maka kita ras manusia akan menguasai hutan ini dan sekaligus mengurangi jumlah hewan dengan wujud sempurna seperti dia. Dia adalah sosok berbahaya jika dibiarkan tetap hidup."
Chen terdiam dan bingung, apa yang harus Ia lakukan.
Membunuh penolongnya?
Bukankah itu sangat kejam?
Atau membiarkan penolongnya hidup dan kelak menjadi musuh besar ras manusia?
**NOTE :
Dalam cerita ini tidak ada JAM dan JARAK METER/KILOMETER/MIL jadi untuk pengganti waktu saya menggunakan perbandingan DUPA dan Jarak menggunakan KAKI.
1 DUPA \= 20 MENIT VERSI SAYA.
1 KAKI \= 1 METER VERSI SAYA.
🙏🙏🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
IM GoldOren
menarik
2022-04-19
0
Sofian
oogheeyy
2022-04-17
1