Chapter 3.

Chen hanya bisa menghela nafas pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf Tuan-tuan sekalian, bukannya aku tidak mau tapi aku tidak bisa asal membunuh apalagi posisiku disini tidak tau duduk perkaranya." Jawab Chen.

"Kalau aku boleh tau, siapa nama Tuan berdua agar aku bisa lebih mudah memanggil nama Tuan." Lanjut Chen lagi.

Kedua orang itu sempat terdiam, lalu salah satu dari mereka menjawab; "Panggil aku Limba saja anak muda." dan setelahnya salah seorang lagi menjawab : "Panggil aku Yanzhu".

"Baiklah Tuan Limba dan Tuan Yanzhu, sebenarnya apa penyebab Tuan berdua bertarung?" Tanya Chen sopan.

Yanzhu menatap tajam ke arah Chen sambil berucap : "Anak muda, jangan terlalu banyak peradatan kalau kau tidak segera membunuhnya maka setelah pulih nanti aku yang akan membunuhmu karena berkhianat terhadap ras manusia."

"Tapi Tuan, aku tidak ada hubungan dengan pertarungan kalian dan aku sudah di selamatkan oleh Tuan Limba saat kemarin hampir mati di tangan Hewan Monster Harimau Petir." Jawab Chen.

Yanzhu terdiam sejenak, lalu berbicara pelan : "Baiklah, kita keluar saja dari hutan ini."

Kemudian Yanzhu memandang Chen dengan tatapan sayu dan berkata lagi : "kemarilah, tolong papah aku setidaknya bantu aku keluar dari hutan ini."

Chen tanpa perlu aba-aba langsung menghampiri Yanzhu dan berniat membantunya berdiri.

Tapi terkejutnya Chen ketika tangannya hendak memegang lengan Yanzhu, dengan cepat Yanzhu menyambut kepala Chen lalu energi dari dalam tubuhnya seolah ditarik paksa keluar.

Dalam keadaan panik Chen meronta dan berteriak hendak melepaskan diri dari Yanzhu, tapi seolah ditarik Magnet Kuat sekeras apapun usaha yang di kerahkan oleh Chen semuanya seolah percuma.

Perlahan Tubuh Chen melemah karena energi di dalam tubuhnya tersedot kuat ke arah Yanzhu bahkan Esensi Jiwanya ikut terserap.

Sambil tersenyum puas Yanzhu berkata : "Anak bodoh, kusuruh Bunuh hewan kepar*t itu tapi lebih memilih mengindahkan ucapanku. Ketika aku selesai menyerap energimu yang kecil ini, baru ku selesaikan urusanku dengan hewan kepar*t itu."

Limba yang energinya sudah habis hanya bisa terdiam tidak membalas ucapan Yanzhu atau melakukan pergerakan apapun.

"Semoga kau selamat anak muda." Ucap Limba pelan. Saat ini Ia benar-benar sudah tidak dapat melakukan apapun lagi, berpasrah pada nasib.

Di saat genting itulah, tiba-tiba saja Chen mencoba melawan. Muncul Tulang Tajam yang menjulur kencang dari siku kanannya mengarah dada kiri Yanzhu dan tepat menusuk Jantungnya hingga tembus ke punggung.

Uhukk... Yanzhu muntah darah. Ia tidak menyangka bahkan makhluk lemah ini masih bisa melakukan perlawanan dan melukainya dengan parah.

Tidak sampai disitu, Chen dengan sisa tenaganya mengarahkan telunjuk tangan kirinya lalu tulang yang runcing seukuran jarum keluar dan memanjang tepat menembus kerongkongan Yanzhu.

"Aaarrrgggg...." Hanya itu yang keluar dari mulut Yanzhu sebelum dirinya tumbang dan kaku tak bernyawa dengan mata melolot lebar seolah tidak menyangka kalau Ia mati di tangan manusia yang hanya seumuran jagung di matanya.

Setelah terbebas dari cengkraman tangan Yanzhu, Chen langsung terbaring lemas di tanah, kali ini Ia merasa sudah benar-benar hampir habis nyawanya.

Perlahan setelah mulai bisa mengatur nafas dan mengontrol energi di dalam tubuhnya, Chen segera mengeluarkan 1 butir pil berwarna merah dari cicin di jarinya, lalu melempar pil itu tepat di depan Limba.

Chen berucap pelan : "Tuan, aku hanya memiliki 1 butir pil merah itu. Telanlah, jika nanti Tuan sudah pulih tolong kembalikan Jasadku ke klan Nan. Nama lengkapku Nan Chen, aku sudah tidak akan tertolong dengan sebutir pil merah itu, lebih baik di gunakan untuk yang lebih membutuhkannya."

Perlahan pandangan Chen mulai kabur, tubuhnya terasa berat bahkan Chen merasa tengah berada di ruangan kecil, gelap, dan pengap hingga bernafas-pun terasa sulit.

Dengan mata terpejam, Chen hanya berucap dalam hati : "Yang ke-4 kali ini aku benar-benar sudah tak terselamatkan, akhirnya aku akan segera menempuh Jalan Tanah Hitam."

Sunyi.... Tak ada suara apapun sekarang, hanya desiran angin berhembus..... Menyapu dunia....

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sementara itu di Klan Nan....

Patriark Klan Nan, Nan Bao tengah berada di aula rapat Klan Nan bersama para Tetua Klan Nan yang lainnya.

"Apa belum ada kabar dari regu pencari tentang keberadaan Chen dan Fai yang belum pulang juga ke klan?" Tanya Patriark Nan Bao.

"Belum ada Patriark, terakhir kali aku menghubungi tim regu pencari lewat batu komunikasi jarak jauh tapi mereka belum menemukan keberadaan Tuan Muda Chen dan Tuan Muda Fai." Jawab Tetua Pertama yang bernama Nan Feng.

Patriark Nan Bao hanya menghela nafas pelan, matanya terpejam dan fikirannya benar-benar kacau tak menentu.

Ternyata Nan Fai adalah anaknya dan Nan Chen adalah anak dari Adiknya yang telah meninggal lima tahun lalu akibat luka dalam yang tak kunjung sembuh, sedangkan Ibu Nan Chen meninggal ketika melahirkan Chen.

Sejak saat itu, Nan Chen berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Nan Bao.

Apalagi Nan Bao sangat menyayangi Nan Chen dan menganggap Nan Chen sudah seperti Anak Kandung sendiri.

Akhirnya Patriark Nan Bao berucap : "Jika hingga 7 hari kedepan mereka belum ditemukan atau tidak ada kabar keberadaan mereka, Tetua kedua tolong pergi ke Klan Xing dan minta kepada Patriark Klan Xing memantau jejak kehidupan mereka."

"Baik Patriark, aku mengerti." Jawab Tetua Kedua.

"Semoga mereka baik-baik saja." Gumam Patriark Nan Bao.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Empat hari kemudian.

Di sebuah gua yang luas, duduk sosok makhluk berwujud mirip manusia tapi memiliki sisik berwarna merah menyala di tubuhnya dan memiliki Tanduk di kedua kepalanya, di sebelahnya terbaring manusia yang wajahnya terlihat sedikit pucat.

Mereka itu tak lain adalah Limba dan Chen.

"Aku bahkan sudah memberikan seperempat total energi dan esensi jiwaku padanya hingga aku harus merelakan wujud sempurnaku cacat, tapi belum ada tanda Ia akan siuman walaupun kondisinya sudah sangat stabil sekarang ini. Semoga kau bisa segera siuman anak muda." Ucap Limba sambil menghela nafas.

Tapi tak lama Limba bergumam, terdengar suara erangan kecil di sebelahnya.

"Uhh, kepalaku sakit sekali." Gumam kecilnya.

Limba kaget dan langsung menoleh kesamping, senyum langsung mengembang dari sudut bibirnya.

"Kau sudah sadar anak muda, aku sempat berfikir kau akan mati di sini." Ucap Limba.

Chen menoleh ke asal suara yang menegurnya, sontak Ia langsung kaget karena tidak mengenal siapa makhluk yang berbicara kepadanya.

"Maaf Tuan, anda siapa dan aku berada dimana?" Tanya Chen sopan dan berhati-hati.

Limba menghela nafas, wajar fikirnya anak ini tak mengenalnya.

Lalu Ia menjawab : "Aku Limba, sebelumnya terima kasih karena kau sudah membantuku tempo hari, sekarang istirahatlah dulu nanti aku akan menemuimu lagi."

Lalu Limba beranjak dan berjalan menuju arah pintu keluar gua.

Terpopuler

Comments

nar wito arzhacel

nar wito arzhacel

👍

2022-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!