CHAPTER 3 - BERTEMU

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...

TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...

KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.

SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.

...o0o...

Sultan, sekretaris dan juga beberapa bagian intern perusahaan (direktur serta para manager) saat ini sudah tiba di Bandar Udara Abdulrachman Saleh, yang merupakan bandara di Malang.

Mereka segera berjalan keluar dari area bandara untuk segera menuju mobil jemputan yang akan mengantarkan mereka ke sebuah desa yang sudah dikatakan sebelumnya.

"Silahkan masuk, tuan," ujar sang sekretaris setelah membukakan pintu mobil kepada Sultan.

Setelah Sultan masuk, sekretaris, juga direktur dan para manager memasuki mobil Alphard itu cepat, tak ingin membuat tuannya menunggu lama.

Sang manager keuangan yang merekomendasikan desa ini kepada Sultan duduk disamping supir untuk menunjukkan jalan.

"Aris, tunjuknya jalannya kepada supir!" titah Sultan pada sang manager keuangan.

Dibangku depan, kepala Aris menganggukkan kepalanya mengerti. "Siap, bos!" ujarnya semangat dan mulai menunjukkan jalan bak Google maps kepada supir.

Mobil mewah itu terus berjalan menaiki dataran tinggi yang terlihat begitu hijau dan juga asri.

Sultan melihat keindahan alam itu dari jendela mobilnya, dalam hati ia menganggukkan Tuhan atas karya indahnya si desa ini.

"Bagaimana bos pemandangannya? Bagus kan ?" tanya Aris dengan nada sombongnya.

"Bagus Ris, ini ada pegunungan ya ?" Bukan Sultan yang menjawab, melainkan sang direktur yang sibuk terpana melihat indahnya gunung-gunung di daratan tinggi ini.

Kepala Aris menggeleng pelan, senyum diwajahnya sama sekali tidak luntur. "Bukan pak, itu bukit-bukit sumber air di desa ini. Bukit itu juga yang menyalurkan air di air terjun."

"Kalo gunung di sini paling dekat sama gunung Bromo. Naik sepeda motor juga sampai," sambung Aris.

Sultan tersenyum senang mendengar penjelasan Aris tentang desa ini. "Tempat ini benar-benar indah. Aku jadi yakin jika akan memilih desa ini untuk aku dirikan Villa!" ujarnya antusias yang juga disetujui oleh anak buahnya.

"Saya juga setuju tuan, jika kita akan membangun Villa di desa ini," ujar sang asisten. "Lihat itu, banyak sekali bule-bule yang berlibur di sini," sambungnya seraya menunjuk bule-bule yang sedang berjalan dari kaca mobil.

"Benar, ini sangat sempurna !"

"Pasti omset kita akan semakin berlimpah!"

"Cuaca dingin tentu paling bagus untuk membuat penginapan!"

Ucapan-ucapan itu Sultan dengar dari mulut anak buahnya langsung. Membuat dirinya semakin yakin jika desa ini adalah tempatnya menemukan harta Karun.

Sultan sangat yakin itu! Harta Karun pasti ada di desa ini....

...o0o...

Hampir dua jam mengendarai mobil dari bandara ke desa yang Aris maksud, akhirnya mobil Sultan memasuki plang yang bertuliskan.

..."SELAMAT DATANG DI DESA TRETES"...

Mobil terus berjalan menuju salah satu rumah yang harus ia singgahi terlebih dahulu sebelum meninjau tanah yang akan dibangun Villa.

"Bos, kita harus ijin kepala desanya dulu sebelum menemui pemilik tanah. Ibarat kita kita sebagi tamu harus melapor dulu kepada pemilik desa ini," ujar Aris, sang manager saat mobil sudah berhenti di depan rumah minimalis satu lantai milik sang kepala desa.

Sultan menganggukkan kepalanya mengerti, "ya aku tahu, ini memang tradisi rakyat desa," gumamnya seraya menghembus nafas lelah.

Inilah yang membuatnya malas, berurusan dengan masyarakat desa benar-benar sangat rumit. Harus ijin inilah, itulah, ribet!

"Ya sudah, ayo semua keluar mobil!" titah Sultan yang segera dilakukan oleh anak buahnya. Mereka segera turun dari mobil diikuti oleh Sultan.

Saat keluar dari mobil, Sultan dikejutkan dengan acara pernikahan yang diadakan di depan rumah kepala desa itu.

"Kamu yakin ini rumahnya Ris ? Kok ada acara gini ?" tanya sekretaris Sultan bingung.

Kepala Aris mengangguk ragu, pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Benar kok, saya sering ke sini!"

Sultan menghela nafas panjang, menatap anak buahnya itu tak suka. "Kamu sudah katakan pada kepala desa jika kita datang hari ?" tanyanya dengan nada kesal yang ketara sekali.

Lagi-lagi Aris hanya bisa menganggukan kepalanya. "Tentu bos, saya bahkan sudah meminta nomor kepala desa kepada teman saya, agar bisa menelfon langsung dan memberitahu jika kita akan datang kemari hari ini," jelasnya dengan cepat.

"Ya sudah, gimana kita masuk aja dulu ke rumahnya bos. Siapa tahu acara ini bukan milik sang kepala desa," ujar sang direktur dan disetujui oleh Sultan.

Mereka bersama-sama berjalan menuju rumah sang kepala desa dan berhenti di depan pintu.

Tok....tok....tok.....

Sang sekretaris mengetuk pintu beberapa kali tapi sang pemilik rumah masih belum membukakan pintu untuk mereka.

tok...tok....tok....

Untuk yang kesekian kalinya sekretaris Sultan itu mengetuk pintu tapi orang didalam rumah tidak ada yang merespon mereka.

"Sepertinya tidak ada orang, tuan," ujar sang sekretaris setengah berteriak karena speaker acara pernikahan itu benar-benar sang keras.

Sultan menghembuskan nafas kecewa, "ya sudah kita datang besok lagi. sekarang kita kembali ke kota untuk mencari penginapan terdekat dan kembali kemari pada esok ha––"

"Eh ini tamu dari kota Jakarta bukan ?" tanya seseorang dengan pakaian pernikahan seraya menunjuk kearah Sultan dan para anak buahnya.

Ucapan Sultan terhenti seketika saat pria paruh baya itu menyela, pria itu datang mendekat kearah Sultan seraya menjulurkan tangannya–berniat bersalaman.

Mengerti dengan kode yang diberikan oleh kepala desa itu, Sultan langsung membalas uluran tangan sang kepala desa dan mereka berjabat tangan dengan erat.

"Saya kepala desa di sini," ujarnya seraya menyalami satu persatu anak buah Sultan. "Maaf ya, saya habis nikahi anak saya tadi." Kepala desa itu membuka pintu rumahnya lebar-lebar. "Ayo masuk kita bicarakan di dalam," sambungnya yang diangguki oleh Sultan dan anak buahnya.

Dan mereka mulai meminta mengobrol.

...o0o...

Rania memeluk erat pinggang sang Ayah saat pria paruh baya itu mulai ngebut dijalan. Ini bukan siasat Ayahnya sendiri, melainkan Rania yang ingin cepat sampai keacara hajatan, karena memang ia sudah telat hampir setengah jam.

Saat sudah sampai di lokasi acara pernikahan anak kepala desa itu, Rania cepat-cepat turun dari motor setelah menyalami Ayahnya dan berlari kecil menuju tenda pernikahan.

"Astaga, ini artisnya baru dateng gaisss," ujar seorang wanita yang menjaga di bagian depan pernikahan, bertugas untuk mencatat tamu undangan yang hadir.

Setelah mendengar teriakan wanita itu, kini semua pasang mata berani menatap Rania. Mereka semua terpukau dengan kecantikan alami yang keluar dari raut wajah Rania.

"Hehe, maaf telat mbak, tadi aku sakit perut," alasannya seraya menaiki panggung untuk mulai bernyanyi.

"Karena cantik jadi dimaafin, ayo mulai nyanyi aja. Aku udah selesai akad sejak sejak yang lalu, Ra," ujar sang pengantin wanita.

Rania penginapan kepalanya dan tersenyum manis. Musik mulai terdengar dan Rania segera mengeluarkan suara emasnya.

Para tamu undangan yang hadir di acara pernikahan itu, mulai tersihir dengan suara indah Rania. Tanpa diminta mulut mereka mulai ikut bernyanyi selaras dengan suara Rania.

Tidak hanya menyanyi, Rania juga mengeluarkan goyangan khasnya yang identik dengan gerakan yang memancing para tamu undangan.

Itu terbukti tak kala, banyak pria-pria yang naik keatas panggung hanya demi memberikan Rania saweran berubah uang dengan nominal yang fantastis.

...o0o...

Perbincangan di dalam rumah kepala desa itu, sangat terganggu. Bukan karena mereka tak suka dengan aturan-aturan yang diberikan oleh kepala desa itu kepada mereka.

Tapi karena suara speaker acara pernikahan itu yang membuat mereka tak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh lawan bicara.

Hingga tiba-tiba speaker pernikahan itu berhenti dan seorang penyanyi mulai menyanyikan lagi lagu-lagu dangdut.

deg....deg....deg....

Tapi anehnya, kali inj Sultan tak merasa terganggu, ia sangat sedang mendengar suara biduan itu, hingga tidak sadar jika ia kini tersenyum dan jantungnya berdebar dengan kencang.

Mata Sultan melirik sekilas pada tenda pernikahan itu melalu pintu rumah kepala desa yang terbuka lebar. Ingin rasanya ia datang kesana untuk melihat siapa biduan yang bernyanyi.

"Tuan, bagaimana ? Apa anda setuju ?" tanya sang sekretaris.

Mata Sultan berkedip beberapakali, "ah ya bagaimana ? Maaf tadi saya tidak fokus," ujarnya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Sang kepala desa mulai menjelaskan lagi, tapi kembali Sultan tak mendengarkan. Matanya sibuk melirik tenda pernikahan yang tertutup itu.

...o0o...

Sudah hampir dua jam, Rania menghibur para tamu undangan. Diletakkannya mic itu lagi di atas kursi seperti sebelumnya dan ia mulai memunguti uang-uang para pesawer yang berhampur di lantai.

Rania tidak malu, Rania juga tidak gengsi. Ia mengabaikan tatapan orang-orang yang kini menatapnya dengan pandangan merendahkan.

Karena yang terpenting adalah keadaan perut kedua orangtuanya. Ia tidak mau karena gengsi besarnya, membuat kedua orangtuanya harus kelaparan.

"Alhamdulillah Gusti, saweran saja tujuh ratus ribu..." gumamnya seraya memasukkan uang-uang lima ribuan itu kedalam tas kecilnya.

Rania langsung berjalan ke sepasang pengantin baru itu untuk memberikan selamat.

"Selamat menempuh hidup baru ya, mbak-mas. Semoga pernikahannya langgeng terus dan segera dapat momongan," doanya seraya bercipika-cipiki dengan pengantin wanita.

Kepala pasangan pengantin itu mengangguk cepat. "Makasi doanya Ran, semoga kamu cepat nyusul aku ya..." doa balik sang pengantin pria yang juga diangguki istri barunya.

"Bayaran kamu di bapak, ambil aja sekarang. Bapak lagi ada di rumah," ujar sang pengantin wanita seraya menunjuk rumah kepala desa.

"Iya mbak, aku ambil sekarang. Permisi...." jawabnya dan berjalan cepat untuk menuju rumah kepala desa.

Ia tersenyum tipis untuk menyala teman-teman di desanya ini, hingga kakinya berhenti di depan pintu rumah kepala desa. Entah sadar atau tidak tapi Rania kali ini sangat gugup hanya untuk bertemu dengan kepala desa.

"Eh bapak, ada tamu ya ?" tanyanya di depan pintu yang terbuka lebar.

Orang-orang diruangan itu segera mengalihkan pandangannya ke Rania, termasuk sang kepala desa dan juga Sultan.

"Mau ambil bayaran ya ?" tanya sang kepala desa yang hanya diangguki malu-malu oleh Rania. "Tunggu sebentar nduk, tak ambil dulu amplopnya di kamar," sambungnya dan segera berjalan untuk memasuki kamarnya.

Rania yang sedari tadi berdiri di depan pintu, hanya bisa menundukkan kepalanya saat dirinya terus menerus ditatap oleh tamu sang kepala desa yang begitu tampan.

Sangat tampan, sampai Rania menjadi salah tingkah sendiri.

Sementara di tempatnya, Sultan begitu terpesona dengan kecantikan dari anak desa ini.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Sultan jatuh cinta. Setelah 30 tahun lebih hidup dengan kesendirian, inikah waktunya Sultan untuk memiliki pasangan ?

...o0o...

GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?

YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....

TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...

BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.

SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰

TERIMA KASIH SEMUANYA

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

cieeee cinta pada pandangan pertama

2022-04-07

0

Mimah Alisa

Mimah Alisa

lanjut thor

2022-04-07

0

Heny Hennay🌻

Heny Hennay🌻

gambar ny gk bisa di liat thor...

2022-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!