Bab 4. Di Luar Dugaan.

Fahmeeda berjalan gontai memasuki rumah kediaman Anggara. Semua usahanya sia-sia bahkan ia telah gagal total dan justru pernikahan yang akan terjadi dalam waktu satu bulan mendatang. Gadis itu memejamkan kedua mata. Apa yang ia lakukan malam ini benar-benar tak berguna.

"Pria itu terlalu sempurna untuk ditolak. Pesona dan kekayaannya benar-benar menyilaukan mata. Aku tidak mungkin terang-terangan menolaknya karena kerjasama perusahaan Leon Grup dengan perusahaan pria itu bisa berakhir!" Fahmeeda berguling di lantai marmer. 

Membuat para pelayan terjingkat kaget melihat kelakuan nona muda mereka. Namun tidak ada yang berani menegur kelakuan kekanakan nona muda itu. Para pelayan cukup sadar, seperti apa perangai Fahmeeda. Terlalu sembrono sebagai gadis yang berasal dari keluarga kaya.

"Sial! Waktunya mendesak sekali! Kenapa pria itu bahkan tidak bisa dibantah? Apa dia bilang? Dia meminta waktu satu bulan untuk menyiapkan pernikahan megah untukku? Argh! Apa dia tidak peka, jika aku tidak menginginkan pernikahan ini?" Gadis itu menjambak rambutnya dengan kasar.

Napas Fahmeeda tersengal. Kemudian perlahan bangkit dari lantai marmer yang dingin itu. Tidak ingin papa dan mamanya memergoki dirinya tengah merengek seperti anak kecil, Fahmeeda memilih berjalan menuju ke kamarnya. Sepanjang perjalanan menuju kamar, ia terus saja mengingat seberapa berkuasanya pria yang akan menjadi suaminya itu.

"Jika dipikir berulang kali, aku seperti tidak berarti di matanya. Hiiihhh. Ternyata dia IT terbaik di kota ini! Perusahaannya besar dan banyak sekali! Sedangkan aku? Hanya seorang mahasiswi yang tidak memiliki harta apapun. Iihhh! Kenapa dipikir lagi aku jadi tambah kesal?" Fahmeeda menggerutu sambil membuka pintu kamarnya.

"Tunggu, dia IT terbaik? Kudengar-dengar dari film-film seorang IT bisa membobol data pribadi seseorang. Atau bahkan data sebuah perusahaan. Apakah dia juga melakukannya? Rasanya kok semakin dipikir aku semakin merinding?" Fahmeeda bergidik ngeri lalu menutup pintu kamar sekaligus menguncinya dan kemudian gadis itu berlari terakhir ia menjatuhkan tubuhnya begitu saja di ranjang. Sungguh hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya.

Di satu sisi Fahmeeda tengah meratapi nasibnya, namun tidak dengan satu sisi yang lain. Steward, pulang dengan kabar yang membahagiakan kedua orangtuanya.

"Akhirnya! Anak pertamaku akan menikah!" Elena memekik haru sembari memeluk Rendy.

"Ya, Sayang! Astaga! Aku lega sekali. Aku pikir akan susah sekali membujuk anak sulung kita untuk menikah! Oh, ini benar-benar kabar baik! Aku akan berbicara kepada keluarga besar dan lamaran resmi akan segera dilangsungkan!" Rendy melepaskan pelukannya. Pria paruh baya itu menatap Steward penuh haru.

"Anakku, akhirnya kau menyetujui perjodohan ini. Papa bangga padamu, papa pikir kau akan sangat susah sekali untuk dibujuk. Terima kasih, karena sudah bersedia untuk menyambung kembali persahabatan Alm. Opa Ardan Wijaya dengan Tuan Dion Leonardo. Kapan-kapan sepertinya kita harus menjenguk Tuan Dion. Sudah lama sekali ternyata ya? Opa Johan Saputra juga pasti akan ikut bahagia mendengarnya. Ngomong-ngomong, bagaimana Fahmeeda?" Rendy kali ini berbicara sebagai ayah dan anak. 

Sangat jarang sekali melihat Rendy dan Steward akur. Terlebih karena kemandirian Steward yang lebih ngotot untuk mendirikan perusahaan baru dengan modal awal dari yang diberikan Alm. Ardan Wijaya. Memang, perjuangan Steward sendiri tak main-main. Pria berusia dua puluh lima tahun itu telah membuktikan kemampuannya. Inilah mengapa Dion Leonardo mengincar Steward untuk bisa menjadi cucu menantunya. Hal lain yang sangat diharapkannya selain untuk melanggengkan sebuah persahabatan.

"Fahmeeda? Dia gadis yang lucu. Dia terlihat sangat menyukaiku, sehingga aku meminta waktu satu bulan untuk mengurus pernikahan kami. Aku harus menghargai perasaannya kan, Pa," tutur Steward.

"Benar! Anak sulungku ini memiliki pesona yang luar biasa. Memang ya tidak sulit membuat gadis muda bertekuk lutut padamu, Steward. Baiklah, sisanya biar papa yang urus!" Rendy menepuk pelan pundak Steward. Lalu bersama Elena pergi meninggalkan apartemen Steward. Meninggalkan pria yang masih tersenyum tidak jelas mengingat tentang pertemuannya dengan gadis yang menjadi calon istrinya itu.

"Fahmeeda, kita akan segera menikah secepatnya." Steward bergumam bahagia.

Terpopuler

Comments

Sofi Navita

Sofi Navita

ini steward pasti punya rencana lain untuk fahmeeda 🧐

2022-04-02

1

Dwi Pujansih

Dwi Pujansih

lanjut

2022-04-02

0

Hanifah Djawas

Hanifah Djawas

semangat up kaka💪🏻💪🏻

2022-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!