Episode 5 - Target

Waktu memang berlalu dengan cepat, dan seiring berjalannya waktu, akan ada banyak yang berubah di dunia ini. Dan orang bilang, waktu akan menyembuhkan luka. Namun, itu tidak berlaku pada Varian Castanov.

Ia masih menyimpan luka lama, tak membiarkannya kering sedikitpun. Dan setiap hari, ia terus mencari siapa penyebab luka itu. Selama bertahun-tahun ia mencari ke berbagai penjuru dunia, namun sepertinya kedua orang yang telah membunuh orang tuanya itu memang memiliki tempat persembunyian yang tak terjamah. Berkali-kali juga Varian mendapatkan petunjuk, namun kemudian petunjuk itu menguap begitu saja.

Namun tidak kali ini, Varian tidak akan membiarkan targetnya lepas lagi ini.

Varian mempersiapkan senjatanya, rahangnya mengetat, tatapan matanya begitu tajam, menyiratkan api kebencian yang membara dalam jiwanya.

Saat ini, ia dan Peter sedang dalam perjalanan, menuju target yang sedang menunggu untuk di eksekusi.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah bordil yang sudah di kelilingi oleh beberapa anak buah Varian, para wanita penghibur yang berpakaian setengah jadi juga di sandera, mereka semua di suruh tiarap di lantai, tanpa terkecuali. Raut ketakutan tampak jelas di mata mereka, bercak darah ada dimana-mana, bahkan beberapa mayat pria tergelatak di sana.

Varain berjalan masuk, melewati mayat, dan para sandera yang tak berdaya. Hingga ia sampai di salah satu ruangan, Varian mendorong pintu ruangan itu dengan kakinya, dan disana terlihat seorang pria yang sedang duduk di sofa, dengan segelas wine di tangannya, bibir pria itu tertarik, membentuk senyum miring, sinis dan mengejek, namun apa yang terlihat di matanya sangat berbeda. Ia terlihat ketakutan, apalagi ada setidaknya 10 orang yang menodongkan senjata padanya.

"Siapa kau?" tanya pria itu dengan suara beratnya, Varian tersenyum sinis, ia duduk di depan pria itu dengan anggun, kemudian ia mengambil sebotol wine dan meminumnnya dengan tenang, setelah beberapa tegukan....

Pllaakkkkk

"Aggghhhhh" Varian memukul kan botol itu ke pelipis pria tersebut, membuat ia sampai terjatuh dan pelipisnya bercucuran darah. Ia terkesiap, serangan Varian sangat cepat dan terduga.

Varian berdiri dengan tenang, kemudian menginjak pelipis pria itu, membuat sepatu Varian terkena darahnya.

Pria itu mengerang kesakitan, ia mencoba melawan, namun.

Doooorrrr

Dorrrrr...

Varian menembak kedua lengannya, membuat pria itu menjerit kesakitan.

"Ini hanya salam pembuka, dari putra Adrian Castanov!" desis Varian tajam yang membuat kedua bola mata pria itu melotot sempurna.

"Apa kabarmu, Don Dominic?" tanya Varian kemudian ia berjongkok, menatap tepat kedua mata Dominic yang memerah bahkan seolah akan menangis darah.

"Adrian Castanov?" tanyanya lirih.

"Kau lupa? Si pecuri berlian? Kau juga membunuh istrinya, Merry Castanov," ucap Varian dengan tatapan yang penuh amarah, ia mengambil pecahan botol wine, kemudian ia menyusuri pipi Dominic dengan ujung beling itu, hingga berhenti di nadinya "Kau ingat? Atau haruskah ku ingatkan?" tanya Varian kemudian ia menekan ujung beling yang runcing itu leher Dominic, membuat ia kembali menjerit merasakan perih yang teramat sangat.

"Katakan padaku, Don. Kau ingat atau harus ku ingatkan?" tanya Varian lagi, kini ia menjalankan beling yang ujungnya sudah berdarah itu ke pipi Dominic dan Varian menayayat pipi Dominic, Dominic kembali menjerit hingga suaranya seolah akan hilang.

Varian berseringai puas bak iblis yang sudah kenyang setelah meminum darah, ia puas melihat Dominic yang tersiksa, tatapan matanya seolah memohon kematian pada Varian, darah terus mengucur di kepala, leher, pipi dan kedua lengannya.

"Karena kau tidak ingat pada mereka, maka temuilah mereka, di alam kematian!" desis Varian kemudian ia kembali melepaskan tembakan di kedua pahaku Dominic.

"Bunuh saja aku!" teriak Dominic frustasi "Lagi pula, bukan aku yang memerintahkan pembunuhan pada keluargamu, tapi Don Massimo!" Varian tersenyum miring mendengar hal itu, karena ia pun memang mengincar Don Massimo.

"Teruslah memohon kematianmu, Don Dominic!" geram Varian kemudian ia melangkah angkuh meninggalkan ruangan yang pasti akan menjadi kuburan Don Dominic.

"Bakar ruangan itu!" perintah Varian pada Peter.

Seluruh anak buah Varian pun meninggalkan ruangan itu sebelum akhirnya Peter benar-benar membakar ruangan itu, yang pasti juga akan membakar Dominic hidup-hidup.

Setiap melangkah, Varian meninggalkan jejak darah dari sepatutnya. Dan Varian terus melangkah, seiring dengan api yang berkobar di ruangan itu, di iringi jeritan histeris Dominic.

"Satu, tinggal satu lagi..."

Tbc...

Terpopuler

Comments

Santi Rahma

Santi Rahma

woooooiw pkknya bnr2 woooowwww

2022-10-31

0

Vita Zhao

Vita Zhao

wah varian Sudah menjadi pria dewasa yg sangat hebat Dan kejam terhadap musuh☺

2022-05-16

0

Een Rohaeni

Een Rohaeni

Rp

2022-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!