Pagi hari dicafe Veronica tengah mengelap meja meja didalam cafe, sudah hampir dua minggu ia bwkerja sebagai pelayan dicafe tersebut.
Saat sedang asik mengelap meja Aberlie sang pemilik cafe datang serentak karyawan lain menghampiri Aberlie tak terkecuali Veronica, ia ikut menghampiri pemilik cafe tersebut.
Setelah duduk dikursi depan meja kasir Aberlie memberikan undangan pernikahan pada Rean untuk dibagikan pada karyawan lainnya, Veronica pun mendapatkannya.
Ashana tampak heboh karena sang bos akan menikahi pria no satu dikota ini, semua karyawan memberi selamat pada Aberlie.
Rean memperkenalkan karyawan baru sebagai barista pada Aberlie yang masuk sehari setelah Veronica, Aberlie tak lupa menanyakan keadaan sang ibu pada Veronica, Veronica senang karena sang bos peduli padanya.
Hari pernikahan Aberlie tiba seluruh karyawan cafe menuju kehotel tempat resepsi pernikahan digelar setelah mereka menutup cafe sore hari sekitar pukul lima.
Dihotel mereka menyalami Aberlie dan Bram secara bergantian, mereka merasa senang bisa bersalaman dengan pengusaha no satu dikotanya, setelah memberikan selamat pada kedua mempelai mereka duduk dikursi yang kosong.
Mereka mengobrol sambil menikmati hidangan yang tersedia dimeja makan, hingga malam menjelang mereka masih betah mengobrol.
Veronica menikmati cake yang ada dimeja tersebut, ia memakan cake tersebut seraya mengingat ibunya, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya dimeja sebelah.
Agam tak hentinya memperhatikan Veronica dari sebelah meja yang kursinya ia duduki, ia memperhatikan wajah Veronica yang sendu namun sesekali dibuat tersenyum paksa.
Malam menjelang mereka memutuskan untuk kembali kekediaman masing-masing.
Beberapa hari kemudian Veronica diminta untuk ketempat administrasi oleh salah seorang perawat, Veronica tahu jika ia harus membayar sebagian biaya pengobatan sang ibu karena ini sudah jatuh waktu yang ia janjikan namun Veronica bingung karena ia belum memegang uangnya.
"Bisa saya minta waktu lagi mba, saya benar-benar belum ada uangnya, jika perawatan ibu saya dihentikan ia bisa meninggal mba saya mohon." Veronika menyatukan kedua tangannya memohon pada penjaga admistrasi meminta keringanan.
"Maaf mba, ini sudah lewat dari waktu yang seharusnya kami tak bisa memberi waktu lagi," ucap sang penjaga admistrasi.
Agam yang baru datang melihat Veronica yang sedang berbicara pada penjaga admistrasi sambil menitikan air mata menghampirinya.
"Ada apa ini?" tanya Agam setelah ia berada didekat Veronica.
Penjaga admistrasi tersebut menjelaskan permasalahannya dan Agam bersedia untuk membayarnya, awalnya Veronica menolak namun akhirnya ia menerima bantuan Agam karena Agam memaksanya.
Setelah biaya rumah sakit dibayar lunas oleh Agam, Agam membawa Veronica keruang prakteknya.
"Duduklah," ucap dokter Agam yang sudah duduk dikursi kebesarannya.
"Apa yang dokter ingin bicarakan pada saya?" tanya Veronica sedikit gugup.
"Jadi wanitaku dan aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit atas nama ibumu," ucap Agam dengan nada yang santai.
"Apa!" Veronica terkejut mendengar penuturan dari dokter yang tak ia kenal tersebut.
"Dokter sedang tidak bercanda kan?" lanjut Veronica bertanya.
"Apa wajahku terlihat sedang bercanda? aku sedang tidak bercanda aku sangat serius, bila kamu mau menjadi wanitaku maka aku akan menanggung seluruh biaya rumah sakit ibumu dan juga biaya hidupmu," jelas Agam.
"Tapi dok, saya tidak ingin berhubungan tanpa ikatan, jika menjadi wanita anda yang dimaksud sebagai simpanan saya tidak mau." Veronica menolak tegas.
"Kamu tenang saja saya akan menikahimu secara siri, kita akan melakukan kontrak tapi kontrak ini akan berakhir jika saya yang mengakhirinya, jadi tidak ada batas sampai kapan konrak ini akan berjalan," jelas Agam.
"Saya akan pikirkan kembali tawaran dokter,"
"Tinggalkan nomermu, sore saya akan menghubungimu untuk meminta jawaban darimu." Agam memberikan ponselnya.
"Baik dok." Veronica menuliskan nomer telfonnya diponsel yang diberikan Agam.
Sore menjelang ponsel Veronica berdering tanda panggilan masuk, ia meraih ponselnya disaku celananya dan melihat nomer baru memanggil dilayar ponselnya.
Pasti dari dokter itu, aku harus jawab apa, apa aku akan menolaknya, tapi bagaimana dengan ibu, ibu membutuhkan biaya yang sangat besar perbulannya aku merasa tak sanggup membayar biaya rumah sakit ibu, apa aku harus menerimanya saja, gumam Veronica dengan fikiran yang sedang bertarung.
"Ha...hallo,"
"Kutunggu dijalan x,"
"Saya belum pulang kerja dok,"
"Oke, jam berapa kamu pulang? dan kamu bekerja dimana?"
"Saya pulang jam delapan malam dok dan saya bekerja di Stay With Me Cafe,"
"Baiklah saya akan menjemputmu jam delapan malam,"
Panggilan terputus membuat Veronica merasa lega, setidaknya ia memiliki waktu untuk berpikir kembali.
"Ada apa Ve?" tanya Ashana yang sudah duduk disamping Veronica.
"Tidak ada apa-apa ko Shan, hanya rindu ibu saja." Veronica menundukan kepalanya.
"Sabar yah Ve, aku yakin kamu perempuan kuat, kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama aku hm." Ashana memeluk Veronica dan mengusap punggungnya.
"Makasih yah Shan."
Malam tiba waktu pulang para karyawan cafe tiba, selesai membereskan cafe mereka bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.
Saat sedang bersiap untuk pulang tiba-tiba ponsel Ashana berdering tanda panggilan masuk.
"Hallo,"
"Di sebrang cafe ada mobil, masuk,"
"Sebentar, saya menunggu semua teman-teman saya pergi terlebih dahulu baru saya akan menuju kemobil,"
"Baiklah." Sambungan telfon dimatikan oleh Agam.
"Ada apa Ve?" tanya Ashana menepuk pundak Veronica.
"Tak ada apa-apa Shan, hanya telfon dari rumah sakit saja menanyakan apa aku datang atau tidak," jawab Veronica berbohong.
"Ya sudah aku pulang dulu yah sama Rean." Ashana melambaikan tangannya dan menggandeng Rean.
Setelah semua karyawan cafe pergi, Veronica berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya, ia masuk dan duduk dikursi samping kemudi.
"Bagaimana jawaban kamu?" tanya Agam setelah Veronica menutup pintu mobilnya.
"Saya bersedia dok asalkan tak ada yang mengetahui hubungan kita," ucap Veronica bernegosiasi.
"Semua tergantung pada keputusanku, jika aku tak ingin mempublikasikannya maka tidak akan ku publikasikan, namun jika aku ingin mempublikasikannya kau tak bisa protes dan menolak, jika kau protes dan menolak maka aku akan menganggap kau melanggar kontrak," jelas Agam.
Gleeeekkkk....
Veronica menelan salivanya bmsusah, dadanya terasa sesak, ia rasa ingin menangis, ia tak sanggup jika ada yang mengetahuinya kalau ia menjadi simpanan seorang dokter untuk kepentingan sang ibu.
"Kapan kau bisa ambil cuti kerjamu? atau lebih baik kau keluar dari pekerjaanmu saja," ucap Agam kembali.
"Saya tak ingin berhenti dari pekerjaan saya dok, untuk masalah cuti mungkin nanti setelah mba Berl selesai dengan bulan madunya," jelas Veronica.
"Siapa Berl?" tanya Agam yang tidak mengetahui nama panggilan Aberlie yang digunakan para karyawannya.
"Istrinya tuan muda Bram Hanoraga, ia pemilik cafe tempat saya bekerja," jelas Veronica.
Oh jadi istrinya Bram adalah pemilik cafe tempat Veronica bekerja, pantas aku melihatnya sewaktu diacara pernikahan Bram kemarin, gumam Agam menganggukan kepala.
"Baiklah jika seperti itu, kita akan menikah saat kamu mengambil cuti, sekarang saya akan mengantarmu pulang, tunjukan dimana alamat tempatmu tinggal."
"Rumah saya dijalan x dok," jawab Veronica memberi tahu alamat rumahnya tinggal
*****
Selamat membaca semua jangan lupa tinggalin like kalian yah🙏😊
Salam hangat dariku untuk kalian semua🙏😊🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
kk isti sukak cerita yg pegawai cafe kl dsini
2023-06-26
1