SEJAK istirahat pertama hingga jam terahir Sandra belum masuk ke dalam kelasnya ia malah memilih menyendiri di rooftop sekolah, kali ini ia tidak bersama Audi dan Kanaya karena teman temannya sibuk dengan pacarnya masing-masing, hanya puntung rokok di tangannya yang menemani Sandra sejak tadi.
Sandra menghembuskan nafas di iringi kepulan asap yang keluar dari hidung, ada sedikit ketenangan yang ia rasakan ketika berada di tempat itu.
Krrrrring...
Sandra tersenyum mendengar bunyi bel yang sejak tadi ia tunggu. Sandra bangkit dari duduknya seraya menginjak puntung rokok yang tersisa Dua senti lalu bergegas menuruni anak tangga.
Di sela perjalanan menuju kelasnya Sandra bertemu dengan puluhan para siswa yang melewatinya, tak jarang dari mereka melempar rayuan, menggodanya atau sekedar menatapnya penuh birahi namun Sandra sama sekali tidak menanggapi ucapan sampah dari para buaya itu.
Tapi ada satu cowok yang menarik perhatiannya yaitu Alkana, cowok itu berjalan santai dengan tangan kiri dalam saku dan ransel yang ia kaitkan satu di pundak sedangkan tangan kanannya sibuk mengotak atik ponselnya.
Sandra melipat tangannya di dada lalu berhenti tepat di depan Alkana, merasa ada yang menghalangi langkahnya Alkana mengangkat wajahnya melihat siapa orang yang telah mengganggu perjalanannya.
"Eh ada cupu..." sapa Sandra seraya menatap lelaki itu.
Mendengar itu Alkana bergeming melewati Sandra, baginya Sandra hanya orang tidak jelas yang tidak perlu ia layani.
Sandra memutar arahnya menatap punggung cowok itu, "lo jual garam ya?" tanya Sandra.
Alkana berhenti kemudian menyimpan ponselnya dalam saku, "bukan urusan lo" jawabnya tanpa menoleh.
"Jadi bener?" Sandra mendekati Alkana dan berdiri di depannya, "boleh juga ya nyali lo, gue pikir lo cuma cowok cupu yang harus di dongengin sebelum tidur tapi ternyata lo lebih liar dari Srigala."
Alkana menatap malas kearah Sandra, waktunya terlalu berharga untuk ia buang percuma. "Gue lagi nggak waktu, jadi lo minggir"
"Gimana kalau seandainya satu sekolah ini tau apa profesi lo, gue yakin pasti bakal heboh."
Alkana melanjutkan langkahnya, "lakuin aja apa yang lo mau."
Dengan percaya diri Sandra masih mengekori Alkana, ia tidak pernah di abaikan sebelumnya dan sikap dingin lelaki itu membuatnya merasa tertantang.
"Gimana kalau gue laporin lo ke kantor polisi," Sandra seraya menyamai langkah Alkana.
"Terserah" Alkana mempercepat langkahnya.
Sandra berdecak sebal mendengar ucapan cowok itu ia pikir akan mudah menakut-nakuti Alkana ternyata tidak.
"Ok kalau lo emang pasrah sama apa yang gue lakuin tapi semoga aja lo nggak nyesel karena gue nggak pernah main main!" pekik Sandra namun cowok itu tidak perduli.
***
Keesokan harinya.
Alkana baru saja tiba di sekolah namun di sepanjang perjalanan menuju koridor ia di tatap aneh oleh orang orang yang melewatinya.
"Nggak nyangka gue kalau ternyata dia jual kayak gitu," bisik seseorang seraya melirik Alkana.
"Iya kelihatannya aja polos nggak taunya dalamnya busuk" jawab teman di sebelahnya.
Alkana menautkan alisnya ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan cewek itu.
Tak lama kemudian tatapannya tertuju pada orang-orang yang berkerumun di depan papan informasi, tanpa pikir panjang Alkana langsung berlari menuju tempat itu. Dan benar itulah sebabnya mengapa orang orang yang ada di sekelilingnya tadi mencibirnya.
Di papan informasi itu tertempel beberapa foto Alkana yang tengah melakukan transaksi dengan beberapa preman yang sudah menjadi langganannya. Alkana menyelip menepis beberapa temannya yang ada di barisan depan lalu mencopot foto fotonya.
"Itu beneran lo Al...?" tanya salah seorang cewek.
"Jadi lo jualan obat selama ini?" imbuh cowok di sebelahnya.
"Lo pengedar?" tanya cewek itu lagi.
Alkana tak menggubris pertanyaan temannya lalu meninggalkan tempat itu. Alkana berlari menyusuri koridor, mencari dimana letak kelas cewek yang ia yakini adalah penyebab adanya foto foto itu.
Di sela pencariannya Alkana bertemu dengan Jery teman sebangkunya. Saat itu Jery tampak baru saja datang.
"Nyariin siapa lo celingukan gitu?" tanya cowok bertubuh jangkung.
Alkana bukannya menjawab pertanyaan temannya malah balik bertanya. "Kelas Sandra dimana?"
Jery mengerutkan kening, "ada apa lo nyari tu cewek?"
Seorang Alkana sebelumnya tidak pernah perduli dengan gadis seperti Sandra, pasalnya selain pandai membuat masalah Sandra termasuk gadis yang wajib ia hindari, baginya Sandra berbahaya.
"Gue ada perlu, lo tau nggak?"
Melihat raut wajah temannya tampak dalam masalah Jery langsung memberi tau dimana letak kelas cewek cantik itu.
"Ips Satu."
"Thanks ya bro" Alkana menepuk pundak temannya lalu bergegas menuju tempat yang di maksud Jery.
Sesampainya di kelas Ips Satu Alkana langsung menghampiri Audi yang tengah duduk di kelas itu.
"Mana Sandra?" tanya Alkana dengan raut wajah serius.
Audi menatap heran kearah cowok itu, namun beberapa saat kemudian ia berkata "lo penggemar barunya?" Audi memperhatikan cowok itu dari ujung kaki hingga ujung rambut, "udah siap lo buat patah hati? aduh mubazir deh kayaknya kalau cowok kayak lo cuma di jadiin kacung" lanjutnya.
Alkana menatap sebal kearah cewek itu, ia fikir mentang mentang Alkana mencari Sandra berarti Alkana menyukainya, tidak dan tidak akan pernah.
"Gue ada perlu" jawab Alkana dingin.
Belum sempat Audi menjawab pertanyaan cowok itu Audi melihat Sandra memasuki ruang kelasnya.
"Tuh..." Audi melirik kearah cewek yang baru saja selesai memenuhi panggilan alamnya.
"Kenapa nyari gue? kangen" kata Sandra penuh percaya diri.
Alkana memutar arahnya menatap cewek itu, "ikut gue."
Alkana menarik lengan Sandra lalu membawanya keluar dari kelas, sedangkan Audi hanya menatap bingung kearah dua orang itu.
"Lepasin..." Sandra meronta tidak ingin menuruti keinginan cowok itu, namun Alkana tidak perduli sampai pada ahirnya mereka tiba di tempat yang di tuju.
Alkana melepaskan cengraman tangannya ketika sudah berada di gudang belakang sekolah.
"Ini apa!" Alkana melempar kertas yang sedari tadi ia bawa.
"Foto" jawab Sandra tanpa rasa takut.
Semalam Sandra memang sengaja datang ke diskotik untuk mencari informasi tentang profesi cowok itu dan ternyata malam itu Alkana juga ada di sana bersama beberapa orang yang Sandra yakin adalah langganan Alkana.
"Jangan pernah ikut campur urusan gue atau lo tanggung sendiri akibatnya!" kecam Alkana.
"Gue nggak ikut campur Al, gue cuma mau buktiin apa yang gue bilang sama lo, kan lo sendiri yang nyuruh gue nglakuin apa yang gue mau."
Alkana melangkah menyempitkan jaraknya, Sandra yang melihat itu lalu berjalan mundur sampai pada ahirnya langkahnya mentok pada sebuah dinding.
"Mau lo apa sekarang?" Alkana menatap intens lawan bicaranya hingga jarak mereka tinggal beberapa senti.
"Gue nggak yakin lo punya tujuan khusus, atau selama ini lo cuma penasaran sama gue karena gue nggak tetarik sama lo kayak cowok cowok yang lain?" tebak Alkana.
"Buang jauh jauh rasa penasaran lo tentang gue, karena semua itu nggak ada gunanya buat lo, NGERTI!" imbuhnya.
"Ada, lo bisa jadi mainan buat gue, karena gue yakin nggak ada cewek yang berani nglakuin ini sama lo" jawab Sandra percaya diri seraya menatap Alkana.
"Dengan gue cari tau tentang lo semua orang bakal tau siapa lo sebenarnya dan lo nggak bisa jadiin kecupuan lo di sekolah sebagai topeng. Gue tau Al banyak yang lo lakuin di luar sekolah dan itu yang menarik perhatian gue, jadi jangan salahin gue kalau gue nggak akan berhenti cari tau siapa lo sebenarnya."
Alkana menghela nafasnya, ia tak habis pikir apa isi otak gadis itu yang sengaja menjadikannya mainan.
"Jadi lo cuma mau jadiin gue mainan?"
Sandra mengangguk yakin, Alkana menarik pinggang cewek itu sampai tidak ada jarak di antara mereka. Jika cara kasar tidak bisa menghentikan Sandra apa salahnya jika Alkana menggunakan cara halus.
Alkana mengembangkan senyuman mautnya yang mematikan lalu menyelipkan rambut nakal yang menghalangi pandangannya, jemarinya kemudian menyentuh dadu gadis itu dan mengusap bibirnya dengan lembut.
"Kalau gue jadi pacar lo, lo nggak akan tega kan jadiin gue mainan," kata Alkana dengan suaranya beratnya yang lemah lembut Sandra sampai merinding mendengarnya.
Sandra tidak mampu berkata kata lagi ia lebih memilih fokus menatap cowok tampan yang sedang merayunya.
"Sebenarnya gue suka sama lo Ra, lo mau kan jadi pacar gue?" Alkana menatap intens gadis yang tengah terpesona itu.
Ada yang berdesir di hati Sandra saat merasakan jemari itu mengusap lembut bibirnya, sampai ia merasa tidak waras karena berharap lebih dari sentuhan itu.
Alkana mengeratkan lengannya di pinggang cewek itu lalu menyempitkan jarak bibirnya, kemudian.
***
To be continue...
Alkana & Jery
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
_rus
Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁
2020-11-29
1
Nienol
udah vote kk tapi nyicil yah hhhee
salam takdir cahaya cinta
2020-08-02
1
Candy Tohru
sandra main api..
2020-07-05
1