Tokk.. Tokk..
Terdengar suara ketukan pintu, namun Nina masih enggan untuk berbicara. Hingga terdengar suara yang tak asing di balik pintu tersebut meminta izin untuk masuk ke dalam.
"Apa mamah boleh masuk?"
"Hmm, masuk aja. Ngga di kunci ko," jawab Nina datar.
"Kamu kenapa?" Ibu Mirna pun masuk dan duduk di tepi ranjang anaknya.
"Mamah yang harusnya kenapa? Nina masih terlalu muda Mah! Nina masih ingin kuliah, menikmati masa mudaku! Perjalanan Nina masih panjang, kenapa kalian menyuruh Nina untuk menikah?!" tanya Nina dengan nada yang sedikit meninggi dan air mata yang terus bercucuran.
Ibu Mirna hanya menghela nafas, sebenarnya apa yang di ucapkan anaknya memang benar.
"Sayang, maafkan Mamah dan Papah nak. Mamah tidak bisa membatalkan perjodohan ini. Karena ini adalah perjodohan yang di lakukan oleh Almarhum kakek mu nak. Dengan kata lain, ini adalah wasiat terakhirnya. Sebenarnya perjodohan ini di lakukan untuk anaknya, yaitu papahmu dan anak teman almarhum kakek. Mereka bersepakat akan menikahkan anak-anak mereka ketika berumur 18 tahun. Namun karena anak mereka sama laki-laki, jadi perjodohan ini di turunkan kepada cucunya mereka. Yaitu kepadamu dan calon suamimu sayang," jelas Ibu Mirna kepada anaknya sambil membelai kepala anak semata wayangnya itu.
Nina yang mendengar hal itu hanya bisa menangis tersedu sedu, Ibu Mirna hanya bisa menahan tangisnya karena ia tak bisa melakukan apa apa untuk anak semata wayangnya.
"Apa tidak ada cara lain untuk membatalkan perjodohan ini?" tanya Nina dengan air mata yang terus keluar dari kelopak matanya.
Ibu Mirna hanya menggelengkan kepalanya, "Tidak ada nak."
Nina hanya menangis mendengar hal itu, hingga akhirnya ia pun terlelap kembali.
* * * *
Kicauan burung dan sinar mentari pagi itu memaksa Nina untuk membuka matanya. Dan dengan berat, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia pun terkejut dengan penampilannya, apa lagi matanya. Matanya semakin mengecil karena efek menangis seharian kemarin.
Dengan tubuh yang lunglai, ia pun menuju meja makan. Ia sudah melihat ayah dan ibunya sedang duduk di meja makan.
"Selamat pagi sayang," sapa Ibunya dengan senyuman secerah mentari.
"Iyaa selamat pagi," jawab Nina dengan nada yang sangat lemas.
"Ayoo sarapan dulu nak." pinta Ibu Mirna kepada anaknya.
"Hmm," jawab Nina singkat.
Di Ruang Keluarga
"Nanti siang kita akan bertemu calon suamimu. Dan dia bersekolah di SMA dengan mu."
Uhukk... Uhukk...
Nina yang saat itu sedang meminum teh nya tiba-tiba saja tersedak saat mendengar perkataan ayahnya karena terlalu kaget. Ia memang belum setuju atas perjodohan itu. Namun saat mendengar tak ada cara untuk membatalkannya, ia hanya bisa berpasrah.
"Apa tidak terlalu buru buru pah?" tanya Nina sambil menyeka mulutnya.
"Tidak, karena rencananya minggu depan akan kita akan melangsungkan repsesi."
Nina yang mendengar hal itu hanya diam, tatapan matanya kosong, fikirannya buyar. Wajar, karena
mengingat Nina yang masih terlalu muda untuk menikah.
"Tenang saja, kamu masih bisa kuliah kok." Hibur Pak Herman kepada putri semata wayangnya saat ia melihat ada kesedihan di raut wajah putrinya itu.
"Haa, benarkah pah?" tanya nya dengan antusias.
"Iyaa," jawab Pak Herman sambil tersenyum.
Nina yang mendengar hal itu bagaikan mendapat angin sejuk, ia pun akhirnya tersenyum. Karena setidaknya ia masih bisa menggapai apa yang ia cita citakan.
Di Hotel
"Mah pah, duluan aja. Nina mau ke toilet dulu." izin Nina kepada orang tuanya.
"Ohh baiklah. Hangan lupa, reservasinya di lantai 5 ya nak," jawab Ibu Mirna sambil melangkahkan kakinya menuju lift.
"Iyaa mah." lalu Nina pun menuju toilet, karena ia merasa sedikit gugup.
Setelah ia merasa sedikit tenang, ia pun keluar. Dan berjalan menuju lift. Namun saat ia akan menekan tombol nya, ia tak sengaja menyentuh tangan seseorang.
"Ahh maaf," ucap mereka serempak
Nina yang mendengar suara tak asing pria tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara, dan benar saja. Pria tersebut adalah Aldo! Musuh bebuyutannya Nina!
"Lhoo, ko lo ada di sini?" tanya Nina dengan keheranan.
"Haa, harusnya gw yang nanya. Kenapa lo ada di hotel keluarga gw?"
Nina yang mendengar hal itu hanya menyipitkan matanya, ia jadi teringat kembali perkataan ayahnya. Yang katanya calon suaminya itu bersekolah di SMA yang sama dengan nya!
"Ahh, tak mungkin dia kan? Iyaa, tentu saja. Mana mungkin aku di jodohkan dengan bocah tengik itu! Iyaa, ini pasti kebetulan kan. Mungkin saja ia kemari karena ada urusan perusahaan." Nina pun menghela nafas untuk menenangkan dirinya, sampai ia tak sadar bahwa lift yang ia tunggu sudah tiba.
"Kau takkan naik?" tanya Aldo dengan nada dingin.
"Ahh iyaa, tunggu sebentar." Nina pun melangkahkan kakinya.
"Lantai berapa?" tanya Aldo dengan malas.
"Lima" sahut Nina dengan ketus.
"Kebetulankah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Kadek
waoo keren kk
2020-08-05
0
Sugianti Bisri
Lanjut Thor, keren nih ceritanya 👍👍👍
" Temani aku, Ken! " udah update loh😊😊😊
2020-07-20
2
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
mampir kertia.....jangan lupa ke rahasia hati....👌
2020-07-15
0