Bab 2

Seusai melakukan perjalanan sekitar empat puluh lima menit, akhirnya aku bisa sampai juga di rumah tempat dimana ayah dan istri barunya tinggal.

Waktu yang dihabiskan cukup lama karena memang jaraknya juga jauh ditambah lagi tadi sempat terjebak macet karena ada kecelakaan.

Tujuanku mendatangi rumah yang sudah ku tinggalkan selama kurang lebih setahun adalah untuk meminta mereka membawa pulang Melodi.

Jujur saja, apa yang aku lakukan sekarang adalah sesuatu hal yang paling menyebalkan. Sebisa mungkin kucoba untuk tidak terlibat lagi dengan mereka tapi, sekarang aku kembali menginjakkan kaki di rumah ini.

Walau masih ada perasaan segan, aku tetap membunyikan bel yang ada di rumah ini. Tak lama setelah bunyi bel terdengar, seorang pelayan yang juga ku kenal dengan baik membukakan pintu.

Aku tersenyum lebar kepada pelayan itu dan tanpa ragu menyapanya. Dia adalah mbok Minah satu-satunya pelayan yang sudah ku anggap seperti ibu sendiri. Sejak ibuku tiada, Mbok Minah lah orang yang merawat ku dengan begitu baik.

"Nona Nada pulang..." Katanya yang terlihat terkejut bahagia melihat kedatanganku ini.

"Apa ayah ada di rumah ?" Tanyaku langsung akan tujuan.

"Tuan sedang ada di kamarnya dengan nyonya." Ujar Mbok Minah memberitahuku.

Aku pun mengangguk tanda mengerti lalu masuk begitu saja ke dalam rumah ini melewati Mbok Minah yang masih berdiri diam diambang pintu.

Meskipun sudah kurang lebih setahun meninggalkan rumah ini, aku merasa semuanya masih sama. Tidak ada hal berbeda atau yang berubah dari rumah ini.

Dikarenakan kedatanganku kemari adalah sebagai seorang tamu jadi, aku sama sekali tak bisa menyerobot masuk begitu saja untuk menemui ayah yang saat ini sedang ada di kamarnya. Sebagai tamu — orang luar itu bukan hal yang sopan.

"Mbok..." Panggilku yang langsung mendapatkan sebuah sahutan.

"Iya nona ?" Mbok Minah datang menghampiriku yang sekarang sudah ada di ruang tamu dari rumah ini.

"Bisa tolong panggilkan ayah ? Katakan padanya kalau aku datang." Pintaku.

Tanpa membantah, Mbok Minah langsung bergegas menuju ke lantai dua tempat dimana kamar ayahku berada. Selagi dipanggil, aku akan menunggu dengan sabar disini.

Tidak dibuat menunggu terlalu lama, dari tempatku sekarang aku bisa melihat dengan jelas sosok ayahku yang tengah berusaha memakai kembali kaos putih polos sambil melangkah keluar kamar.

Aku tidak perlu menjelaskan apapun tentang hal yang baru saja dilakukan oleh ayahku bersama dengan ibu tiri ku. Mereka sudah dewasa dan juga berada dalam hubungan suami istri yang sah.

"Nada, kamu pulang..." Dia menyambut ku terdengar ramah tapi, menurutku itu hanya seperti sebuah kepura-puraan.

"Aku tidak pulang, hanya datang berkunjung untuk meminta tolong." Ucapku yang sebenarnya enggan berbicara seperti ini kepada ayah.

Bukan ingin menjadi anak yang kurang ajar tapi, keadaannya memang membuatku merasa sedikit risih untuk dekat-dekat. Ayah sangat berantakan dan bau alkohol. Sedari dulu aku sangat membenci bau itu.

"Apa yang bisa ayah bantu untuk kamu ?" Tanya ayahku.

"Tolong bawa Melodi keluar dari apartemen ku." Pintaku sambil menatapnya dengan penuh harap.

"Apa anak itu ada di tempatmu ?" Tanyanya.

"Kalau dia tidak ada di tempatku, maka aku tak akan membuang waktu untuk datang kemari." Ujar ku yang merasa sedikit kesal ketika mengingat hal yang membuatku jadi tak bisa datang ke salon.

"Biarkan dia berada di sana dulu, ayah sedang tak ingin bertemu dengan anak nakal itu !" Kata ayah yang membuatku tak bisa menerima.

"Aku juga tak ingin tinggal dengannya." Protes ku keras.

"Kenapa ? Bukannya dia adikmu ?" Tanya ayahku.

"Dia merepotkan." Jujur ku.

Setelah mendengar ungkapan kejujuran ini, seketika raut wajah ayahku langsung berubah. Dia melemparkan tatapan tajam nan mengintimidasi.

Cara menatapnya membuatku teringat pada suatu momen ketika usiaku baru enam belas tahun. Aku ingat betul, saat itu aku sempat bersitegang dengan Melodi. Aku dituduh mendorong gadis itu ke kolam renang padahal dia jatuh sendiri karena terpeleset. Air yang ada pada pinggiran kolam renang membuat Melodi terjatuh, hampir tenggelam tapi untung saja ada ayah yang sigap untuk membantu.

Aku disalahkan atas keteledoran dari Melodi sendiri. Itu bukan kesalahanku tapi, aku yang harus menerima hukuman. Ketidakadilan yang membuatku perlahan-lahan mulai membenci keluarga sendiri, terutama ayah.

"Ternyata kamu masih sama." Ujar ayahku yang lalu membuang pandangan dari arahku.

"Aku memang selalu seperti ini. Ayah saja yang tidak mengenalku dengan baik." Tutur ku sambil menunjukan sebuah senyuman kecil di ujung bibir.

"Masih membenci adikmu ?" Tanya ayahku penasaran.

"Dia bukan adikku. Aku tak pernah menganggapnya seperti itu." Ungkap ku.

Bukan karena mau bersikap jahat tapi, memang sejak dulu aku tak pernah menganggap Melodi sebagai adik. Kenapa ? Ya, karena aku membencinya. Lebih tepatnya, benci akan sikapnya. Melodi terlalu suka playing victim. Sebisa mungkin aku harus menghindarinya kalau tak mau terlibat dalam sebuah masalah yang berkepanjangan.

"Apapun masalah ayah dengan Melodi, tolong untuk diselesaikan sendiri ! Jangan pernah melibatkan aku !" Pintaku dengan penuh harap.

Ayah menatapku lagi tapi kali ini berbeda. Dia memberikan tatapan yang biasa saja, tak terlalu tajam sampai mengintimidasi seperti tadi.

"Nanti ayah akan menjemputnya." Ucapnya.

Karena tujuanku sudah selesai, aku pun langsung beranjak dari sofa yang ada pada ruang tamu rumah ini. Aku tak ingin terlalu lama berada disini.

"Kalau begitu aku pamit dulu." Kataku namun, ketika akan melangkah menuju ke arah pintu, ayahku menghentikan.

"Secepat ini ?" Dia seakan-akan tak ingin untuk aku pergi.

"Sudah cukup lama aku ada disini. Lagipula tujuanku juga sudah tersampaikan dengan baik. Tak ada lagi alasan untuk tinggal lebih lama."

"Kamu sudah lama tidak pulang dan sekalinya pulang langsung mau pergi." Protes ayahku.

"Aku hanya berkunjung bukan pulang." Aku mengatakan lagi untuk lebih menegaskan tentang hal ini.

"Padahal ayah begitu rindu kepadamu." Ucapnya yang sama sekali tak bisa ku percayai.

"Terima kasih sudah merindukanku tapi sayangnya, aku sama sekali tak merindukan ayah." Kataku yang mungkin bisa menyakiti hatinya.

Tak mau terlibat terlalu panjang dalam obrolan ini, aku pun bergegas melangkahkan kaki keluar dari sini. Kalau bukan karena Melodi, aku juga tak akan berkunjung kemari. Datang ke rumah ayah sama dengan membuka kembali luka lama yang sudah hampir berhasil tertutup.

...---ooOoo---...

Ketika ibuku meninggal, hubungan antar ayah dan anak sebenarnya begitu baik-baik saja. Malah kami kelihatan semakin akrab.

Ayah memberikan semua kasih sayangnya kepadaku. Membuatku merasa baik-baik saja setelah kepergian ibuku. Dia satu-satunya orang yang selalu berusaha untuk membuatku bahagia.

Namun, semua berubah ketika ayah tanpa sengaja mengenal Lydia — nama dari ibu tiri ku. Dia adalah sekertaris yang berhasil mengambil ruang dalam hati ayah menggantikan posisi ibuku.

Ku akui untuk ibu yang memiliki satu anak, Lydia masih bisa dibilang begitu cantik dan terlihat begitu muda. Usianya sekarang juga baru memasuki kepala tiga.

Entah apa yang dilakukan oleh Lydia sampai berhasil membuat ayahku jadi, tergila-gila dan cinta mati terhadapnya.

Mereka menikah setahun kemudian, setelah ibuku meninggal. Sebuah pernikahan yang aku kira akan membuat sebuah keluarga bahagia tapi, nyatanya tak terjadi seperti apa yang aku perkirakan.

Keluarga seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi seseorang untuk bisa tinggal tapi, untukku berada diantara mereka rasanya begitu menyesakkan.

Sungguh, aku sama sekali tak iri kalau Melodi memang berhasil mengambil seluruh kasih sayang dari ayahku hanya saja aku akan merasa iri ketika ayah lebih memilih untuk mempercayai Melodi sepenuhnya.

Sejak ada mereka berdua, ayah dipenuhi oleh prasangka buruk terhadapku. Seakan-akan kepercayaannya terhadapku hilang begitu saja, sirna entah kemana.

Banyak perubahan yang cukup signifikan terjadi ketika mereka berdua datang. Perubahan yang selalu berhasil membuatku terpojokkan dan terasa terasingkan diantara mereka.

Aku berusaha bertahan dalam keluarga itu sampai kelulusan SMA dan akhirnya setelah itu, aku langsung memutuskan untuk hidup mandiri.

Aku keluar dari rumah itu dan tentu saja, ayah sama sekali tak memberikan uang sepeser pun. Aku harus mencarinya sendiri untuk bertahan hidup.

Dikarenakan aku butuh uang dan kondisi ekonomi yang kujalani belum stabil, aku memutuskan untuk melamar pekerjaan di sebuah minimarket. Mereka bisa memperkerjakan seseorang yang baru lulus sekolah. 

Sebelum menjadi penyanyi seperti sekarang ini, aku hanya seorang yang bekerja sebagai kasir. Meskipun gaji yang ku terima dari pekerjaan itu tidak terlalu banyak, setidaknya aku tetap bisa menyewa sebuah kamar kost berukuran kecil yang cocok digunakan sebagai tempat berteduh dan beristirahat.

Walau cukup sulit tapi, aku tetap berusaha membuat semuanya menjadi mudah. Tak mendapatkan uang dari ayah, itu bukan masalah besar untukku. Bisa menghasilkan uang sendiri sudah lebih dari cukup.

Bukan karena merasa tidak puas akan keadaan yang sedang kujalani namun, bukankah seseorang memang harus bergerak maju supaya tidak stuck pada suatu keadaan saja ?

Perlahan-lahan tapi pasti, aku mulai mencoba untuk mengubah nasib ini dengan mencari peruntungan pada dunia tarik suara. Aku ingin mencoba jalur yang sama seperti ibuku.

Dengan menggunakan kamera ponsel — seadanya, aku mulai merekam diriku sendiri yang sedang menyanyikan sebuah lagu sambil bermain gitar. Aku membuat video cover lalu mempostingnya di internet. Berharap kalau video ini akan ada yang menonton setidaknya satu orang saja.

Pencipta memang selalu adil dalam hal berbuat baik. Tidak sesuai dengan apa yang aku ekspetasi kan, video cover buatan ku itu berhasil menarik banyak perhatian dari publik. Mereka suka akan warna vokal yang ku miliki. Aku sempat membaca kolom komentar yang diberikan oleh mereka dan menurutku hampir 90 persen orang menerima baik dan merasa puas akan video cover yang ku buat itu.

Aku sangat senang dan terharu melihat mereka membanjiri video cover ku itu dengan like dan hal paling mengejutkan adalah ketika video ku itu berhasil mencari satu juta penonton hanya dalam waktu dua hari. Untuk seorang pemula sepertiku itu sudah menjadi hasil yang positif.

Setelah videoku itu meledak diantara masyarakat, aku langsung mendapatkan sebuah panggilan dari sebuah label musik. Mereka memintaku datang untuk menjalani interview.

Singkatnya, aku datang ke label musik itu dan melakukan interview singkat sesuai dengan apa yang mereka minta. Produser dari label musik itu memang sudah suka dengan tipe suaraku makanya, tidak heran kalau aku langsung diterima menjadi salah satu penyanyi yang berada dalam naungan label mereka.

Ketika usiaku delapan belas tahun, aku mengeluarkan lagu pertama dan itu juga menjadi hadiah terindah yang kudapatkan saat usiaku bertambah.

Semua berjalan baik dan lancar, nasibku berubah dan aku bangga akan diri sendiri. Aku bertahan dengan sangat baik dan kesuksesan ini terjadi karena aku sendiri.

Aku berhasil menghidupi diriku sendiri dan tentunya berhasil keluar dari keluarga yang menyesakkan itu. Tinggal sendiri terasa jauh lebih nyaman dibandingkan bersama mereka. Tidak ada rasa kesepian sama sekali karena memang aku selalu disibukan oleh pekerjaan sebagai seorang penyanyi sekaligus penulis lagu.

...---ooOoo---...

Aku yang kini telah kembali mengendarai mobil melewati jalanan kota siang ini dengan sangat terburu-buru. Waktu berlalu begitu cepat, sebelum pukul dua siang aku harus sudah berada di mall untuk menghabiskan sisa waktu santai yang masih ku punya. Setidaknya kalau tidak jadi ke salon, aku masih bisa menghabiskan dua jam berharga untuk berbelanja.

Sepertinya langit memang sangat tak mengizinkan ku untuk sedikit bersantai, baru saja sampai di parkiran mall dan siap untuk turun aku mendapatkan panggilan mendesak dari Nathan — manajerku.

Karena memang panggilan dari Nathan selalu penting, aku pun tanpa ragu menjawabnya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mall. Mungkin, seharusnya aku masuk dulu baru berbincang dengan Nathan.

"Iya Nathan, ada apa ?" Tanyaku yang mau langsung ke intinya.

"Kamu dimana sekarang ? Masih di salon atau sudah pergi ?" Tanyanya balik dari seberang panggilan ini.

"Aku tidak jadi ke salon. Sekarang, aku ada di parkiran mall. Kenapa ?"

"Bisakah kamu datang ke perusahaan sekarang ? Pak Kepala ingin menemui mu, katanya ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan mu." Pinta Nathan.

"Tidak bisakah kamu saja yang menemuinya ? Aku harus sedikit bersantai hari ini." Kataku meminta kelonggaran.

"Maaf tapi, Pak Kepala hanya ingin membicarakan hal ini denganmu."

"Jadi, aku memang tak punya waktu kosong untuk diri sendiri ?"

"Kamu harus menemui Pak Kepala, Nada. Lain kali pasti akan kuberikan banyak waktu kosong untukmu."

Aku menghela napas lalu memandang ke arah pintu masuk mall yang saat ini terlihat banyak orang berlalu lalang.

Aku ingin masuk ke mall itu, menghabiskan waktu untuk berbelanja. Memanjakan diri dengan melihat barang bagus tapi sayangnya, harus tertunda karena urusan pekerjaan.

"Baik, aku akan ke sana sekarang." Ucapku yang memang tak memiliki pilihan lain.

"Oh ya, aku juga ingin memberitahumu kalau Melodi masih ada di apartemen. Dia belum pergi dari sini." Kata Nathan memberitahu kabar yang sebenarnya untuk sekarang tak terlalu penting.

"Sebentar lagi dia akan pergi. Ayahnya akan menjemput. Tenang saja, dia tak akan begitu lama berada di sana." Ucapku sambil kembali menggerakkan tuas transmisi lalu menginjak pedal gas.

Pergi dari mall tanpa masuk dan berbelanja karena harus kembali ke perusahaan dan mengurus pekerjaan, ini adalah hal paling menyedihkan. Tak tahu lagi kapan aku bisa mendapatkan waktu kosong ditengah padatnya jadwal manggung.

Akun media sosial author :

Instagram : just.human___

.

.

.

Catatan kecil :

- jangan lupa untuk memberikan like, komentar dan vote. Jadikan cerita ini sebagai favorit supaya tidak ketinggalan akan kelanjutannya.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

3C

3C

seperti nya cerita nya bagus, kalimat2nya juga enak di baca...keren lah

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!