...❗WARNING ❗...
...✓ Cerita ini hanya sebuah karya fiksi yang tidak ada sangkut pautnya pada kehidupan nyata....
...✓ Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun....
...✓ Boleh baper tapi jangan berlebihan....
...✓ Harap memaklumi jikalau ada typo atau kesalahan dalam penulisan....
...✓ Dilarang keras menjiplak karya ini ! Tolong hargai saya sebagai penulis yang sudah susah memikirkan jalan ceritanya !...
...---ooOoo---...
..."Kalau ada kamu, rasanya aku sudah tidak butuh apapun. Semua bisa terlengkapi dan aku selalu bahagia."...
...- Nada....
.......
.......
.......
Malam ini, disaat bulan purnama bersinar begitu terang menyinari langit yang dipenuhi oleh banyak sekali bintang berkelipan, aku duduk seorang diri di dekat jendela yang sengaja kubuka, membiarkan udara malam yang begitu menenangkan menyapa tubuh ini.
Aku duduk disini dengan ditemani oleh secangkir susu hangat. Berharap setelah ini bisa mengistirahatkan tubuh dan tidur nyenyak.
Menderita insomnia akut sangat membuatku kesulitan. Apalagi ditambah dengan masalah yang tengah aku hadapi sekarang. Bagaimana aku mau beristirahat jika overthinking ini selalu menyerang ku ?
"Bisakah aku beristirahat sebelum tengah malam ?" Tanyaku kepada diri ini dengan penuh harap.
Dalam beberapa hari kebelakang, waktu istirahat malam ku selalu berantakan. Aku tidak akan bisa tidur kalau bulan belum menyembunyikan dirinya.
Dokter juga telah memberikanku beberapa resep obat untuk di konsumsi, namun semua itu sia-sia. Tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Insomnia ku masih ada dan malah menjadi makin parah.
Disaat diri ini masih setia terjaga, aku bisa mendengar dengan jelas suara bel apartemen yang ku tempati berbunyi. Siapa ? Kenapa aku mendapatkan tamu ditengah malam begitu ? Apa dia tak bisa melihat waktu ?
Aku sebenarnya ingin mengabaikannya, tapi entah mengapa firasat ini mengatakan kalau itu adalah tamu penting. Oleh karenanya, dengan cepat, aku keluar dari kamar lalu mendekat ke arah pintu.
Karena muncul keraguan, aku memutuskan untuk mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu apartemen. Aku hanya ingin memastikan kalau orang yang datang berkunjung kemari berasal dari kalangan yang ku kenal.
Aku mengintipnya dan mendapati seorang lelaki yang tengah berdiri di luar sana sambil membelakangi pintu apartemen ku.
Tak tahu pasti siapa yang datang, aku rasanya seperti pernah bertemu dengan lelaki itu. Tampak belakangnya sama sekali terlihat tidak asing di mataku. Aku bisa memastikan kalau lelaki yang datang itu bukan manajerku — Nathan.
Jujur, kini aku dibuat sangat bertanya-tanya. Ingin segera membuka pintu, tapi keberanian secara kebetulan menjauh dariku.
Sampai akhirnya, lelaki itu membalikkan badannya kemudian membunyikan kembali bel apartemenku.
Waktu melihat wajahnya yang terpampang dengan jelas dari lubang kecil, aku teringat pada kejadian itu. Sebuah kejadian yang menjadi alasan bertambah buruknya insomnia ku.
Lelaki itu datang bukan untuk mencari masalah baru kan ? Itulah yang aku pertanyakan dalam benak saat melihatnya.
Walau merasa enggan, aku tetap saja membuka pintu apartemen. Aku pikir lelaki itu datang di jam seperti ini karena ingin membicarakan sesuatu yang penting.
Pintu terbuka dan aku bisa melihat wajahnya yang selalu menampilkan ekspresi dingin. Aku sangat penasaran, apakah lelaki itu tak bisa tersenyum atau memang malas untuk tersenyum ? Padahal kalau ada senyuman di wajah itu, dia pasti akan terlihat begitu manis.
"K-kenapa kamu datang kemari ?" Tanyaku dengan tergagap. Melihatnya ada di depanku membuat perasaan gugup hadir.
"Bisa kita bicara sebentar ?" Dia masih kelihatan begitu serius.
Aku menatapnya dan berpikir bimbang. Apakah harus ku izinkan dia masuk ? Di apartemen hanya ada aku sendiri. Apa pantas membawa seorang lelaki masuk di jam seperti ini ?
"Kita bisa bicara seperti ini." Kataku yang sama sekali tidak mengizinkan nya masuk.
Bukan bermaksud tak sopan, namun aku hanya tidak mau menambah masalah yang memang sudah ada. Takut, nanti ada salah paham lagi yang timbul karena hal seperti ini.
"Mari kita menikah !" Ajaknya secara tiba-tiba dan langsung membuatku terkejut.
Lelaki itu datang diwaktu yang tidak tepat lalu mengajakku untuk menikah ? Apa dia masih waras ?
"Kamu sedang bercanda ?" Aku menolak untuk menganggapnya serius ya, meskipun dari cara bicaranya terdengar tak main-main.
"Dalam hidup, aku sama sekali tak pernah berpikir untuk bercanda." Ucapnya tegas.
Aku menelan saliva lalu menatapnya heran. Aku tahu kalau kami saat ini sedang terlibat dalam masalah, tapi apakah harus dengan cara menikah untuk menyelesaikannya ? Bukankah pernikahan bukan untuk dibuat mainan ?
"Aku hanya berpikir kalau kita akan bisa mendapatkan win win solution dengan pernikahan." Katanya lagi.
"Aku tidak mau menikah denganmu." Hanya memberikan penolakan yang bisa kulakukan.
"Beritahu aku alasannya ?" Dia mendesak ku.
"Pernikahan itu sakral. Aku tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan." Tutur ku yang berusaha tegas.
Perasaan tidak ada yang lucu dengan penuturan ku, tapi kenapa lelaki itu malah terkekeh ? Apa aku salah bicara ?
"Tidak mau mempermainkan pernikahan tapi, memilih untuk melanjutkan acara pernikahan tanpa calon mempelai pria." Sindirnya.
"I-itu k-karena aku tak mau rugi. Aku sudah mempertaruhkan banyak hal untuk mempersiapkan acara itu." Kataku yang berusaha mencari alasan.
Dia menatapku dengan ekspresi yang terlihat sama. Suasananya mendadak menjadi serius.
"Ayo kita menikah ! Aku akan menanggung semua kerugian mu dan akhiri semua masalah yang terjadi." Dia begitu keras kepala akan keinginannya untuk menikahi ku.
Pernikahan, kurasa bukan penyelesaian yang tepat. Jika, aku menikah dengan lelaki itu sama berarti aku membenarkan semua berita yang tengah ramai beredar di masyarakat. Bisa jadi, karirku akan semakin meredup setelah pernikahan itu.
Aku tidak mungkin mempertaruhkan karir bernyanyi ku. Perusahaan juga telah melarang ku untuk tidak melakukan apapun yang bisa memperkeruh permasalahan ini.
Menurutku, akan lebih baik dianggap seperti orang tidak waras karena melakukan pernikahan tanpa mempelai pria dibanding harus menikah dan memperumit masalah lagi.
"Tidak." Tolak ku dengan keputusan yang mungkin sudah bulat.
"Aku benar-benar akan membantumu menangani semua situasi. Jangan dikira pernikahan yang aku tawarkan ini akan membuat dampak negatif lebih banyak. Percaya aku, semuanya pasti bisa berubah." Ucap lelaki ini mencoba untuk meyakinkan diriku.
Aku kembali menatapnya lalu tersenyum cukup lebar. Tidak akan ada kata 'ya' untuk tawarannya itu.
"Kamu boleh pergi, aku ingin istirahat." Usir ku.
Tanpa menunggunya pergi, aku langsung saja menutup pintu tepat di depan matanya. Aku tak mau menerima dia sebagai tamu lagi.
Akun media sosial author :
Instagram : just.human___
.
.
.
Catatan kecil :
- jangan lupa untuk memberikan like, komentar dan vote. Jadikan cerita ini sebagai favorit supaya tidak ketinggalan akan kelanjutannya.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Yani
Nyimak
2023-02-03
0
Laelatul Inayah Inayah
👍
2022-09-09
0
Mar doank
Mampir, Thor.
2022-07-17
0