Tidak terasa ternyata waktu memang berlalu begitu cepat. Aku kira baru kemarin mengeluarkan lagu perdana nyatanya, itu sudah terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Iya, tepatnya seminggu lagi aku akan merayakan perayaan tiga tahun debut menjadi seorang penyanyi solo.
Disaat orang sekitarku mengingatnya, aku sendirilah yang memilih untuk melupakan hari sepenting itu. Mungkin ini adalah efek dari jadwal yang padat.
Alasan aku dipanggil ke perusahaan oleh atasan hanya karena beliau ingin membahas soal konser perdana ku dalam rangka merayakan tiga tahun debut. Aku diberikan kesempatan oleh perusahaan untuk bertemu dan menyapa para penggemar secara langsung.
Bisa dibilang ini termasuk dalam kesempatan langka yang jarang ditawarkan oleh perusahaan. Selagi ada kesempatannya, aku tak mungkin menolak dan melewatkan hal bagus ini begitu saja. Apalagi, mengadakan konser selalu menjadi impianku.
Dulu ketika ibuku masih menjadi seorang penyanyi, beliau pernah mengadakan sebuah konser tunggal yang begitu megah. Aku bersama ayah datang ke konser itu dan menonton di bangku paling depan - tempat dimana ibuku sudah mempersiapkannya.
Saat melihat ibuku bernyanyi dengan penuh kepercayaan diri di atas panggung berhasil membuatku terkagum. Aku tidak menampik kenyataan kalau memang diri ini sangat bangga memiliki seorang ibu yang berprofesi sebagai penyanyi.
Setiap kali naik ke atas panggung, ibuku selalu saja terlihat begitu bersinar. Seakan-akan semua kharisma dan aura yang dimiliknya keluar semua. Aku juga merasa kalau ibuku itu lebih sering tersenyum ketika sedang berada di atas panggung. Beginilah kalau orang menjalani suatu pekerjaan yang selaras dengan keinginannya.
Dan kini, aku ingin melakukan konser supaya ibuku yang sedang memantau ku dari atas sana merasa bangga. Jika tak bisa menjadi kebanggaan ayah, aku akan berusaha untuk menjadi kebanggaan ibuku.
"Jadi, bagaimana Nada ? Apa kamu ingin melakukan konser tunggal itu ?" Tanya Atasanku yang sudah mendesak meminta keputusan.
"Tentu saja, aku ingin." Jawabku dengan penuh yakin.
Untuk kesempatan sebagus ini tak mungkin aku menolak. Konser tunggal, aku juga mau merasakan berada di atas panggung besar seperti apa yang dilakukan ibuku dulu.
"Perayaan tiga tahunmu sekitar sebulan lagi. Waktu yang singkat tapi, kita tidak perlu khawatir. Perusahaan sudah mengatur segalanya dan mungkin persiapannya tiga puluh persen telah berjalan. Jadi, kamu hanya perlu menyiapkan diri saja. Tidak perlu terlalu terlibat pada urusan dibalik layar." Kata atasanku yang ternyata sudah menyiapkan segala keperluan untuk konser tunggal pertamaku setelah tiga tahun berkarya di industri ini.
"Akan aku lakukan sesuai dengan perkataan Pak Kepala." Ucapku patuh.
"Baiklah, kalau begitu saya akan meminta Nathan untuk mengosongkan jadwal mu selama sebulan,"
"Kamu harus banyak latihan vokal supaya nanti saat konser bisa lebih siap." Ucapnya.
Setelah membicarakan soal konser tunggal yang akan kulakukan sekitar sebulan lagi, aku pun keluar dari ruangan Pak Kepala. Tidak bisa terlalu banyak berbincang juga karena Atasanku memang orang yang sibuk.
Ketika sudah berada di luar ruangan dan siap untuk kembali ke mobil karena harus segera menghadiri event disalah satu stasiun televisi, langkahku dihentikan oleh seseorang yang mendadak memanggil namaku dengan lantang.
Mendengar namaku dipanggil, aku pun dengan cepat menoleh ke asal suara dan mendapatkan seseorang gadis cantik yang tengah tersenyum kepadaku.
Dia adalah Alana - salah satu dari anggota girl group yang didebutkan oleh perusahaan ini. Aku mengenalnya karena memang gadis itu terkesan ramah. Suka menyapa dan begitu mudah untuk akrab dengan orang baru.
"Oh hai..." Sapa ku balik.
"Kak Nada baru datang ? Aku tadi cariin kakak loh." Ujarnya yang membuatku langsung bertanya-tanya.
"Mencari ku ? Ada apa ?" Aku penasaran.
"Gini, kak..." Dia terdengar gugup untuk menyampaikan maksudnya.
"Katakan saja, aku tidak akan menerkam mu." Candaku.
"Aku mau mengundang kak Nada ke pesta ulang tahun." Ucapnya meski masih gugup.
"Pesta ulang tahun ? Siapa yang berulang tahun ?" Tanyaku lagi.
"Aku, kak." Jawabnya memberitahu.
"Oh, happy birthday buat kamu Alana." Seketika aku memberikannya ucapan selamat meskipun tidak tahu pasti kapan hari ulang tahunnya.
"Bukan sekarang, kak." Katanya yang langsung membuatku sedikit malu.
"Lalu kapan ?"
"Nanti aku akan memberikan undangannya ke Kak Nada." Ucap Alana memberitahu sambil tersenyum.
"Baik, akan ku terima tapi, aku tidak bisa janji karena harus melihat jadwal dulu." Kataku yang tak mau memberikan sebuah kepastian.
Meskipun perkataan ku itu jatuhnya terdengar seperti penolakan halus, Alana tetap saja bisa tersenyum dan dari matanya dia benar-benar berharap kalau aku bisa datang ke pesta ulang tahunnya itu.
"Tolong usahakan ya, kak. Aku sangat ingin supaya kakak datang ke acara ulang tahunku," ucapnya yang hanya mendapat senyuman dariku saja.
"Aku ini penggemar berat Kak Nada. Masuk ke industri musik juga setelah melihat Kak Nada." Tambah Alana.
Mengetahui hal itu berhasil membuatku berpikir lagi soal niat datang ke pesta ulang tahunnya. Sebenarnya aku bisa saja datang tapi, jadwal yang padat selalu berhasil menjadi penghalang. Semua waktu yang ku punya selalu untuk pekerjaan.
"Baiklah, akan aku usahakan." Ucapku.
Dikarenakan waktu yang terus memburu dan membuatku harus bergegas menuju ke salah satu stasiun televisi sesuai jadwal yang ada, aku tak bisa lebih lama lagi berbincang dengan Alana.
"Apa masih ada hal yang ingin kamu katakan ? Kalau tidak, aku harus bergegas pergi." Kataku tetap sopan meskipun kepada Alana.
"Tidak, kak. Sebelumnya terima kasih banyak karena Kak Nada mau mengobrol denganku."
"Santai saja. Aku tak melakukan hal besar sampai harus mendapatkan ucapan seperti itu."
Sebelum benar-benar pergi meninggalkan Alana, ada satu hal yang ingin ku sampaikan. Anggap saja ini sebuah nasihat dari seorang senior.
"Jangan lupa untuk berlatih dan tetap semangat !" Tukas ku yang kemudian langsung melangkah menjauh meninggalkan Alana yang masih berdiri di tempatnya.
...---ooOoo---...
Baru saja managerku - Nathan, menghubungi untuk memberitahu kalau mobil Van yang akan membawa ku ke stasiun televisi sudah menunggu di parkiran dari gedung perusahaan ini.
Aku memang selalu bertingkah ceroboh ketika sedang terburu-buru jadi, tanpa sengaja ketika akan menuju ke arah parkiran aku menabrak seseorang lelaki yang wajahnya masih asing untukku.
Lelaki tampan dengan tinggi kurang lebih sekitar 185 cm, memiliki rambut hitam lebat dengan potongan rapi, rahangnya terlihat tegas, pemilik hidung mancung dan mata sedikit sipit ini benar-benar menarik perhatianku.
Melihatnya, membuatku langsung bertanya-tanya apakah dia adalah artis baru atau memang seorang trainee dari salah satu boy group ?
"Maaf, aku tidak terlalu memperhatikan jalan." Kataku yang langsung menyampaikan permintaan maaf tulus berasal dari hati.
Lelaki itu tak merespon apapun. Dia hanya diam sambil menatapku dengan mata tajam. Pertemuan pertama yang dirasa kurang baik.
"Lain kali hati-hati." Ucapnya memperingati.
Seperti tak mau memperpanjang, lelaki yang masih belum ku ketahui namanya itu pun langsung melenggang pergi melewati ku begitu saja.
Walaupun hanya terlibat dalam obrolan singkat dengan lelaki itu, aku sudah bisa merasakan aura dingin seperti gunung es.
Kalau mau dibandingkan, Danu jauh lebih hangat. Makannya tidak salah aku bisa bertahan sangat lama dalam hubungan sebagai sepasang kekasih. Danu selalu memperlakukanku dengan baik dan membuatku merasa nyaman.
Tak mau terlalu dibuat pusing akan sikap dari lelaki asing itu, aku pun memilih untuk melanjutkan langkahku menuju ke mobil Van yang memang sudah menunggu sejak tadi.
"Maaf karena membuat kalian menunggu terlalu lama." Tutur ku kepada seluruh anggota staf yang ada dalam mobil Van itu.
Karena memang waktunya sudah tidak terlalu banyak, aku pun bergegas masuk ke dalam mobil Van itu. Aku menempatkan diriku di kursi tengah yang memang sudah dikhususkan oleh para staf untukku.
Setelah semua dirasa siap, sopir yang ada di kursi pengemudi pun melajukan mobil ini meninggalkan parkiran basement dari gedung perusahaan.
Dalam perjalanan menuju ke stasiun televisi, entah mengapa pikiranku kembali teringat akan lelaki yang tadi sempat tanpa sengaja ku tabrak. Aku merasa penasaran dan ingin tahu mengenai lelaki itu. Bukan dengan maksud buruk tapi, hanya karena aku memang tak pernah melihatnya ada di gedung perusahaan.
Daripada terus berada dalam rasa penasaran, aku pun memutuskan untuk bertanya kepada salah satu staf yang duduk berada tepat disebelah ku.
"Kak Kiki ?" Panggilku.
"Iya ? Ada apa Nada ?" Sahutnya langsung.
"Bolehkah aku bertanya ?"
"Tentu saja."
Meskipun ada keraguan, aku tetap akan bertanya.
"Apa Kak Kikir mengenal lelaki yang tanpa sengaja ku tabrak ?" Tanyaku to the point.
"Siapa ?" Kak Kiki terlihat seperti sedang berpikir untuk mengingat.
"Yang tadi, diparkiran. Aku tahu kalau Kak Kiki melihatnya."
"Sebentar." Dia meminta waktu lebih.
"Oh, maksud kamu Pak Raga ?" Rupanya Kak Kiki berhasil mengingatnya.
"Pak Raga ? Apa dia petinggi baru di perusahaan ? Aku baru mendengar namanya." Kalau seperti ini, rasa penasaranku akan lelaki bernama Raga semakin memuncak.
"Dia bukan petinggi baru."
"Lalu ?"
"Dia kerabat jauh dari Pak Kepala." Ujar Kak Kiki yang langsung bisa dimengerti.
Karena sudah mendapatkan jawaban, aku tak lagi penasaran. Sudah tahu namanya dan tujuannya datang, sepertinya tidak ada yang perlu ditanyakan lagi.
Aku pun memilih memejamkan mataku, bermaksud menggunakan waktu yang memang sudah sedikit ini untuk istirahat.
Baru saja akan tidur, Kak Kiki yang sekarang sedang dilanda oleh rasa penasaran kembali bertanya kepadaku.
"Kenapa kamu menanyakan soal dia ?"
"Aku hanya penasaran karena memang tak pernah melihat wajahnya di perusahaan." Jawabku dengan mata yang masih terpejam.
"Pak Raga memang tampan tapi sayangnya, sikapnya begitu dingin. Tidak salah kalau para gadis memilih untuk menjauhinya." Ucap Kak Kiki.
Mendengarnya mengatakan itu membuatku terkekeh kecil. Tanpa dikatakan pun aku juga sudah bisa merasakan hal itu.
"I know about it !" Tutur ku.
"Kalau boleh aku memberitahu, katanya seluruh keluarganya berniat untuk mencarikan dia jodoh."
"Di zaman seperti sekarang ini ? Dia mau ikut perjodohan ?"
"Pak Raga sudah masuk usia menikah. Keluarganya sangat berharap bisa memiliki cucu untuk meneruskan bisnisnya."
"Apa dia tidak suka dengan wanita ?" Tanyaku asal dan berhasil membuat Kak Kiki bereaksi berlebihan.
Kak Kiki tampak terkejut dengan pertanyaan ku itu sampai menutup mulutnya yang terbuka lebar. Mungkin sekarang pikirannya tengah membenarkan soal pertanyaan ku.
"Jangan-jangan memang Pak Raga penyuka sesama jenis ?! Sekarang kan zamannya banyak yang seperti itu."
Aku tidak bermaksud membuat Kak Kiki berpikir ke arah situ. Pertanyaan barusan yang terlontar dari mulut hanya sebuah candaan.
Daripada pembicaraan ini semakin jauh, aku memutuskan untuk menghentikannya dengan cara tak menjawab lagi. Aku sengaja membiarkan Kak Kiki berpikir sesukanya mengenai lelaki bernama Raga itu.
"Bangunkan aku ketika sudah sampai." Pintaku.
.
.
.
Kenapa ? Setiap diri ini ingin istirahat selalu saja hal yang menganggu. Kali ini apa lagi ? Aku yang belum ada lima belas menit menutup mata, harus dibangunkan karena ponselku tiba-tiba berbunyi.
Ternyata, aku mendapatkan panggilan dari Danu - kekasihku. Untung gangguan itu berasal dari Danu kalau yang lain mungkin aku sudah merasa kesal.
Tidak mau membuat Danu menunggu, aku pun bergegas untuk menjawab panggilan itu.
"Selamat siang, by... Dengan Nada disini, apa ada yang bisa dibantu ?" Tanyaku dengan begitu semangat.
"Hari ini, kamu sedang melakukan apa ?" Tanyanya dari seberang panggilan itu.
Sudah kukatakan tadi, kalau Danu adalah lelaki yang begitu hangat. Hampir setiap hari, dia tak pernah absen untuk menanyakan hal ini. Danu selalu berhasil membuatku seperti diperhatikan dan dipedulikan.
"Aku sedang dalam perjalanan ke stasiun televisi." Jawabku.
"Apa aku perlu ke sana untuk menemanimu ?" Tanyanya seperti sebuah penawaran.
"Silahkan saja, kalau kamu tidak sibuk." Balasku yang dengan cepat menyetujui penawaran itu.
"Pekerjaanku sudah selesai dan aku punya banyak waktu untuk menemani mu." Katanya.
"Baiklah, then I'll be waiting for you." Ucapku yang benar-benar merasa tidak sabar akan hal itu.
Meskipun Danu terlihat santai karena bisa menemaniku kapan saja, dia bukan seorang pengangguran. Danu berada di bidang fotografi dan dia itu pemilik dari sebuah studio foto.
Bakat memotret Danu selalu diakui memiliki kualitas yang bagus maka dari itu, tak heran banyak artis atau publik figur yang memilih jasanya saat melakukan photoshoot.
Danu itu definisi dari lelaki yang sempurna. Dia memiliki banyak sekali kelebihan yang patut dibanggakan. Mungkin, saat itu Tuhan menciptakannya dengan perasaan bahagia ?
"Danu akan datang jadi, aku minta tolong untuk memberikan kami lebih banyak privasi." Ucapku kepada para staf yang ada.
...---ooOoo---...
Perjalanan yang cukup jauh dan hampir memakan waktu sekitar satu jam akhirnya bisa dilalui. Mobil Van yang ku tumpangi bersama para staf sudah tiba di stasiun televisi yang mengundangku untuk mengisi acara mereka.
Aku pun turun dari mobil dan mulai mengekor di belakang Kak Kiki, masuk ke dalam gedung dari stasiun televisi itu.
Jangan dikira kalau setelah tiba, aku akan langsung menyanyi di atas panggung ! Aku masih harus menjalani banyak sekali proses persiapan yang bisa dibilang cukup menguras energi.
Awal datang, aku langsung diarahkan menuju ke ruang rias. Di sana sudah ada beberapa MUA yang siap mengambil perannya untuk membuatku tampil cantik. Tidak hanya MUA, hairstylist juga sudah disiapkan untukku.
Mengubah penampilan, juga tak sebentar. Mereka membutuhkan banyak waktu untuk membuatku supaya tampil cantik di atas panggung.
Aku tak masalah dengan semua proses persiapannya. Walaupun akan melelahkan kalau ada pacar kesayangan yang menemani rasa itu bisa pergi begitu saja.
Danu baru saja tiba dan ketika melihatnya aku merasa begitu senang dan semangatku kembali memuncak. Apalagi ditambah dengan dia membawakan sebuket coklat untukku.
"Hai, semangat ya..." Katanya sembari memberikan buket coklat itu kepadaku.
Aku yang masih tersenyum sumringah pun tak ragu untuk menerima buket coklat itu.
"Ah, terima kasih by." Ucapku.
Setelah buket coklat itu berada di tanganku, Danu yang tak memiliki keraguan sedikitpun memilih untuk memberikan sebuah kecupan hangat di pipiku.
"Aku akan menemanimu jadi, kamu bisa terus semangat seperti ini." Ujar Danu yang kemudian melangkah menuju ke arah sofa yang tersedia di ruangan itu.
Dari cermin panjang yang tersedia, aku bisa melihat dengan jelas sosok Danu yang terus saja memperhatikanku. Sudahlah, sepertinya aku tak perlu lagi memakai blush on karena memang sekarang pipiku sudah memerah. Salting banget ketika dilihatin seperti ini sama mas pacar kesayangan.
Akun media sosial author :
Instagram : just.human___
.
.
.
Catatan kecil :
- jangan lupa untuk memberikan like, komentar dan vote. Jadikan cerita ini sebagai favorit supaya tidak ketinggalan akan kelanjutannya.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments