Alesya duduk setelah memperkenalkan diri. "Aku Winda." Kata seorang gadis yang duduk di sebelah. Alesya tersenyum kemudian menjabat tangan teman barunya. "Bukan asli sini ya?" Tanyanya penasaran. "Asli sini kok. Aku lahir disini. Lalu di besarkan di negara lain dan kembali lagi." Jawabnya membuat Winda mengangguk paham. "Aku pikir bukan Asli sini. Kamu lebih seperti orang asing. Karena mata birumu yang indah." Puji gadis itu jujur sementara Alesya hanya tersenyum.
Perkuliahan hari ini telah usai. Alesya bergegas keluar dari gedung untuk segera pulang. Karena jika mampir mampir maka Daddynya akan mengomel. Padahal Ia ingin sekali berkeliling kampus sebentar. Gadis itu berjalan cepat ketika melihat mobil mewah berwarna hitam sudah terparkir mulus disana. Alesya masuk kemudian menyapa Sekertaris Daddynya. Ia sengaja duduk di belakang karana ingin merebahkan tubuhnya sebentar. "Lelah?" Tanya Bram mengamati tingkah lucu anak Bos sekaligus sahabatnya itu. "Lumayan Om. Al lapar." Keluhnya. "Om punya coklat?" gadis itu lanjut bertanya. Bram tersenyum kemudian memasukkan tangan ke saku jasnya. Tiba tiba saja sebatang coklat keluar dari sana. "Om terbaik. Jangan bilang Daddy ya Om " Kata Gadis itu langsung makan dengan semangat. "Sudah berapa kali. Ini sudah sering Al. Dan seperti biasanya Om akan bungkam. Sesuai permintaan Tuan Puteri." Tutur pria itu sambil terkekeh. Bram tau bagaimana kehidupan gadis itu. Alesya benar bagai seorang putri. Dimanja sekaligus terkekang dengan aturan aturan dari Ayahnya. Ia dekat dengan Alesya. Sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Sudah berkali kali Bram menyuruh gadis itu memanggil Ayah. Namun Alex melarangnya. "Bayu dan Bima apa kabar Om? Sudah tiga hari nggak hubungi aku. Apa mereka sakit?" Tanya Alesya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. "Mereka baik. Sengaja Om sita ponselnya. Mereka suka main Game sampai lewat tengah malam." Jawab Bram dan Al mengangguk paham.
Lima belas menit perjalanan akhirnya Mereka sampai di perusahaan. Bram langsung mengajak Alesya masuk ke dalam. Para karyawan menyambut mereka dengan ramah. "Daddy masih Meeting?" Tanya Al sambil melangkah memasuki lift tanpa memudarkan senyumnya. "Iya. Dia masih meeting. Kamu tunggu di ruangannya ya. Om mau susul Daddy kamu dulu." Kata Bram dan Al mengangguk patuh.
Seorang gadis tengah memainkan ponselnya sambil tiduran di sofa. Beberapa saat kemudian rasa kantuk menerpa. Mata Alesya semakin memberat. Ia kemudian terlelap begitu tenang dengan ponsel yang masih berada di tangannya.
Alex baru saja selesai Meeting. Ia tersenyum melihat Alesya yang tertidur pulas di sofa. Pria itu melangkahkan kaki mendekat kemudian berjongkok memperhatikan tidur malaikat kecilnya yang begitu lelap dan damai. Alex mengambil ponsel Alesya dan meletakkannya di meja. Mengecup kening gadis itu dan menggendongnya untuk dipindahkan ke ruang istirahat.
Diletakkannya tubuh Alesya dengan lembut di atas ranjang besar. Alex tau putrinya jika sudah tidur seperti orang mati. Tidak akan terusik sama sekali. Bahkan kini bibir Alex sudah menempel pada bibir mungil itu namun Alesya tidak beringsut sama sekali. Suasana menjadi sedikit panas. Alex mulai menaiki ranjang. Mengungkung tubuh indah itu di bawahnya. Ia mencium bibir Alesya hingga turun ke leher sambil membuka kancing baju gadis itu dan....."Alex." Panggilan itu membuatnya berhenti. Ia dengan cepat berlari menuju kamar mandi. Menuntaskan sesuatu. Sesuatu yang setiap hari begitu menyiksanya karena berdekatan dengan Alesya.
Dua orang pria tengah duduk saling berhadapan. Bram menatap sahabatnya dengan tajam. Ia sudah tau sejak lama namun bungkam. Tidak menyangka jika orang di depannya akan bertindak senekat ini. Bram sudah mencium gelagat aneh Alex pada anak angkatnya. Pria itu selain over protective juga posessive parah pada Alesya. Bukan posesif Ayah ke anak. Namun lebih ke seorang pria pada pasangannya. "Aku mencintainya." Kata Alex tak membuat Bram terkejut. "Kau gila. Dia anakmu." Ia tidak terima dengan penuturan sahabatnya itu. "Kami tidak ada ikatan darah. Dan kau tau itu bukan?" Kata Alex membuat Bram menghembuskan napasnya kasar. "Iya. Aku tau. Tapi bagaimana dengan Alesya. Dia tidak mungkin terima. Meskipun suatu saat nanti dia tau kau bukan Ayahnya. Tapi gadis itu akan mengenalmu sebagai orang tua yang telah merawatnya sejak bayi. Tepis rasa itu Lex. Ada banyak wanita di luar sana." Tuturnya menasihati. "Tidak bisa. Aku sudah mencobanya berkali kali tetapi selalu membuatku menyerah. Rasa ini hadir tanpa aku mau. Aku tidak bisa." Jawabnya. "Lalu kau mau apa?" Tanya Bram. Ia tau pria di depannya itu begitu ambisius. Akan melakukan segala cara untuk memiliki sesuatu. "Aku akan membuatnya tetap bersamaku. Sebagai wanita yang akan menemani hidupku. Bukan putri ku." Jawab Alex mantap tentu saja mendapat pertentangan dari Bram.
"Sudah bangun sayang?" Tanya Alex mengecup kening putrinya. "Ini dimana Dad?" Alesya begitu asing dengan ruangan yang ditempati saat ini. "Ini ruang istirahat Daddy Sayang." Jawab Alex sambil tersenyum. "Al lapar." keluhnya sambil mendudukkan diri. "Iya Sayang. Ayo kita makan." Alex menarik tangan anaknya pelan untuk membantu gadis itu turun dari ranjang.
Keduanya makan di ruang tengah tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Rencananya mereka akan makan di restoran namun Alex pikir lebih baik makan di rumah. Ia hanya memesan makanan untuk Al dan dirinya untuk dibawa pulang. Alex menyuapi anaknya dengan telaten. Gadis itu makan dengan lahap karena benar benar lapar. Uhukkk...Uhukkk.. Alesya tersedak membuat Alex panik. Pria itu dengan cepat memberinya minum. "Duh...Pelan pelan sayang." Katanya sambil mengusap punggung Al Dangan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Putri Nazwa
alex menjaga dan membesarkan jodoh nya dari bayi, cinta yg rumit, semangat up thor
2022-04-09
1
Syafikaa Rozali
lanjut Thor.... terbaik la,mantap...up secepat nye yer
2022-04-09
1