"Cupp! "
" Apa? "
Mata Alleta terbelalak ketika menyadari jika dia baru saja mencium seorang kakek tua.
"Maaf Paman! Aku salah orang! "
Alleta langsung berlari pergi sambil mengutuk teman-temannya yang telah membuatnya mencium pria tua tadi.
"Gadis sekarang sudah hilang rasa malunya," ucap kakek itu ketika melihat Alleta tiba-tiba mencium seseorang yang baru saja datang.
Setelah mencium, Alleta membuka matanya. Betapa terkejutnya dia manakala yang diciumnya barusan bukanlah seorang kakek tua. Melainkan seorang laki-laki yang bewajah kaku. Lebih terkejut lagi Alleta ketika laki-laki itu nampak geram dengan apa yang dilakukannya barusan.
"Ma ... maaf, Paman," ucap Alleta lalu kabur dari tempat itu.
Baru saja laki-laki itu hendak mengejar, sekertarisnya sudah lebih dulu menghentikannya. Sebab, akan ada pertemuan dengan rekan bisnis. Sedangkan Alleta berlari dan meraih tasnya, meninggalkan cafe itu. Terlebih lagi dia baru saja mendapat sebuah panggilan telepon dari rumah sakit. Laki-laki itu terus mencari keberadaan Alleta di sekitar cafe. Namun, pandangannya tidak menemukan sosok gadis yang sudah lancang menciumnya.
"Ada apa, Presdir Gavano?" tanya rekan bisnisnya.
"Ah! Maaf, Pak. Tidak ada. Jadi sampai di mana kita tadi," tanya Gavano kembali fokus pada berkas di tangannya. 'Kurang ajar sekali gadis itu. Dia bahkan berani memanggilku paman. Ack! Setua itu kah diriku?' kata Gavano kesal dalam hati.
***
Di rumah sakit Alleta berlari menghampiri seorang dokter yang merawat ibunya.
"Bagaimna keadaan ibuku, Dokter?"
"Penyakitnya semakin parah. Dia harus segera menjalani oprasi. Jika tidak segera dilakukan, maka sewaktu-waktu ibumu akan meninggal."
"Berapa biayanya?"
"Karena penyakit ibumu terbilang begitu langka, kami membutuhkan peralatan yang mahal. Biaya yang di butuhkan Sekitar dua ratus tujuh puluh lima juta."
Alleta langsung terkejut mendengar penuturan Dokter yang merawat ibunya. Gadis itu begitu terpukul. Lebih terpukul lagi ketika tadi dokter menyebutkan nominal jumlah biaya. Dari mana dia harus mendapatkan uang untuk biaya oprasi ibunya? Sedangkan dirinya tidak punya uang. Jikapun dia menggunakan seluruh tabungan yang ayahnya tinggalkan, tetap saja itu masih belum cukup dan masih kurang banyak.
"Baiklah, Dokter. Saya akan berusaha mendapatkannya."
"Tapi jika bisa harus secepatnya. Ibumu tidak bisa menunggu lama lagi, Nona Alleta."
"Baik, Dokter. Terimah kasih."
Alleta dengan berurai air mata berjalan ke kamar inap ibunya. Dia mendapati ibunya sedang tertidur. Gadis itu mengengam tangan sang ibu dengan pelan, berharap tidak membangunkan wanita tua yang sedang terlelap. 'Ibu, Alleta akan berusaha mendapatkan biaya itu. Bagaimanapun caranya. Ibu, ibu harus bertahan ya?' batin Alleta dalam isak tangisnya.
Puas menagisi ibunya, Alleta bangkit meninggalkan rumah sakit. Di perjalanan pulang, gadis itu berjalan dengan tatapan yang kosong di tengah malam dan di bawah guyuran hujan yang lebat. Hingga sebuah mobil hampir saja menabraknya. Lalu seorang pria yang keluar dari dalam mobil dengan payung di tangannya menghampiri Alleta.
"Kau tidak apa-apa, Nona?" tanya pria itu. Yang, mendapati Alleta sedang tersungkur di depan mobil lantaran begitu terkejut mobil itu hampir menabraknya.
"Tidak, maafkan saya, Pak," ucap Alleta.
"Kau mau ke mana? Biarkan saya mengantarmu."
"Tidak perlu, Pak. Rumahku sudah dekat," kata Alleta menolak. Dia langsung berdiri lalu meninggalkan tempat itu.
"Apa nona itu tidak apa-apa, Riko?" tanya Gavano yang sejak tadi memerhatikan Alleta.
"Tidak apa-apa. Dia hanya terkejut. Ah, aku lupa memberitahumukanmu sesuatu.
"Apa itu?" tanya Gavano dengan nda datar.
"Tuan dan Nyonya besar mengingatkan untuk anda segera mencari wanita dan menikahinya."
"Oh ..."
Gavano hanya menangapinya dengan 'Oh'. Sampai-sampai Riko menjadi kesal dengan perwatakan sahabatnya itu. Tentunya jika Gavano tidak segera mencari wanita untuk dinikahi, maka Riko yang akan terkena imbasnya. Seperti yang lalu-lalu.
Seperti saat itu ketika Gavano sedang menghadiri kencan buta yang diatur oleh kedua orangtuanya Namun, Gavano membuat keributan. Dia menolak wanita yang kencan buta dengannya. Dan pada akhirnya Rikolah yang menjadi sasaran kemarahan wanita tersebut.
Sejak melihat Alleta tadi, Gavano berfikir keras. Di mana ia pernah melihat gadis itu. Lalu dia mengingat-ingat kembali. Rupanya gadis itu adalah gadis yang sama. Gadis yang telah menciumnya dan bahkan memanggilnya dengan sebutan 'Paman'.
Esok hari Gavano sedang bersantai di sebuah cafe sambil menunggu pesanannya, tentunya ditemani oleh sekertaris sekaligus sahabat dekatnya yaiitu, Riko.
Riko memberi tahu Gavano kalau Revandra kembali meneleponnya. Dia menelepon hanya untuk memerintahkan Gavano agar segera menikah hari itu juga. Bahkan jika Gavano tidak menemukan wanita, maka dengan wariya sekalipun, Gavano tetap harus menikah. Namun, ocehan-ocehan Riko tidak diperdulikan oleh Gavano. Sampai Riko kesal sendiri jadinya.
Tidak lama kemudian, pesanan Gavano sudah datang. Pelayan itu menyodorkannya pada Gavano. Gavano menatap wajah yang sedikit familiar milik pelayan itu. Membuat pelayan itu menjadi kikuk dan sedikit salah tingkah. Pelayan itu berbalik hendak meninggalkan Gavano. Yang, menatapnya dengan tatapan dingin. Namun, langkahnya terhenti, manakala Gavano langsung menangkap dan mengenggam tangannya.
"Menikahlah denganku."
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Yesi Triyanto
hadeh dikira nikah kaya orng yg mau kewarung tuk beli garam gak msuk akal bngt klu dah begini malas bngt dah
2022-06-07
1
Donna
gila, to the point 🤣🤣
Aku juga sudah mampir y kk'e.
Karya kakak sangat bagus.
Aku like sebagian, ntar aku baca smpai hbis
2022-06-05
0
Abimanyu Rara Mpuzz
😳
2022-05-24
0