Hari Rabu pagi ini rasanya sangat tidak semenyenangkan hari hari biasanya.
Terutama untuk Jeje, saat kelas pagi nya selesai dan dia baru keluar dari kelas terus menggerutu sepanjang jalan menuju gerbang depan.
"Astagaa, kenapa dengan pagi ini. Semua orang terasa sangat menyebalkan. Apalagi dosen itu, sepanjang pelajaran terus saja mengomel. Padahal hanya terlambat 3 menit. Dasar tua!" umpat nya agak pelan, takut takut jika nanti dia sudah ada di belakangnya.
"Aarghh benar benar menyebalkan. Apa ini gara gara aku akan bertemu kak Rey yang menyebalkan itu, ya, lalu terbawa ke semua tempat jadi menyebalkan?" pikirnya yang masih kesal.
"Ahh sudah lah. Lagipula semenyebalkan apapun, aku tetap sayang juga rindu padanya." ujarnya lagi berbicara sendiri sudah berada di depan gerbang dan tidak menyadari ada seorang pria yang daritadi terus mengamati gelagat nya itu.
Jeje mengeluarkan ponselnya tanpa memperhatikan sekitar, di mana ada seorang pria terus memperhatikan dengan senyum tipis dari dalam mobil.
Dia masih menunduk sambil memainkan ponselnya. Membuka akun sosial medianya untuk menghilangkan kedongkolannya.
Biasanya moodnya akan sedikit membaik setelah dia melihat aktor favoritnya, karena wajah tampan dengan tubuh jangkung atletis dari luar negeri mampu membuat suasana hati nya lebih baik.
Sebenarnya dia menyukai film film itu karena para pemain prianya yang memiliki wajah sangat tampan.
Sebelum dia membuka satu persatu akun idolanya, tiba tiba pria yang sedari tadi memperhatikannya keluar dari mobil dan berjalan perlahan mendekati Jeje.
Dia terus memperhatikan Jeje dengan wajah serius. Jeje benar benar tidak menyadarinya dan hanya fokus pada ponsel sambil menunduk.
Kemudian terdengar suara dari sebelahnya. Sangat dekat sampai Jeje terkejut mendengarnya.
"Wajah cantikmu kenapa kau tekuk seperti itu, hey, kau jadi kelihatan tidak cantik!" tegur seorang pria yang daritadi diam mengamati setelah berada di samping gadis kecilnya.
Jeje terlonjak mendengar suara bariton yang sudah berada di dekat telinga nya. Karena sedari tadi dia fokus dengan apa yang sedang dilakukannya sambil terus menunduk. Hingga tak menyadari saat seseorang mendekati dirinya.
"Astaga, daddy. Kau mengagetkanku!" ucapnya langsung menengok ke samping.
Dia kemudian memeluk laki-laki kesayangannya itu untuk melepas lelah. Karena hanya dalam pelukan ayah nya lah semua lelah akan hilang.
"Ada apa, sayang, hmm?" tanya Harsen pada putri nya.
"Aku agak kesal pagi ini dadd." jujurnya pada sang daddy.
"Kenapa? Apa dosen memarahimu lagi? Apa kau terlambat masuk kelas lagi?" tanya Harsen memberondong anaknya dengan pertanyaan dan sudah bisa menebak kekesalan putrinya.
"Iyaa dadd. Padahal aku hanya terlambat 3 menit saja, dan dia terus mengomel seperti kereta cepat. Menyebalkan sekali." adu nya lagi.
Harsen hanya tersenyum mendengar gerutuan putrinya. Sambil terus mengusap punggung putrinya dia berkata.
"Itu memang sudah seharusnya, supaya kau lebih disiplin. Mau berapa lama pun kau terlambat, kau tetap terlambat, sayang. Jadi jangan menyalahkan siapa pun, introspeksi diri lah, dan lain kali, jangan keluyuran. Langsung masuk ke kelas, hmm!" jelasnya memberi pengertian.
"Baik dadd." jawabnya sambil mencebikkan bibir di pelukkan daddy nya.
"Okay, honey. Sekarang ayo kita berangkat. Jangan sampai kita juga terlambat ke acara makan siang dan membuat kakakmu menunggu terlalu lama." ajak Harsen melepaskan pelukan dan berjalan menggandeng tangan anak nya, bak menggandeng anak kecil berusia 5 tahun.
Harsen memang selalu menganggap putrinya sebagai anak kecil. Orang tua mana yang bisa melupakan putri kecil mereka yang manis. Yang selalu mereka rawat dan jaga dengan segenap jiwa.
Dia selalu memanjakan putrinya dan berusaha memenuhi segala keinginannya demi selalu membuatnya bahagia.
Karena Jeje adalah sumber kebahagiaannya. Jika Jeje bahagia, dia akan lebih bahagia.
Mereka memasuki mobil dan mulai melaju di jalan raya.
"Ini masih cukup pagi dan belum waktunya makan siang dadd. Kenapa kita buru-buru?" tanyanya.
"Ya, honey. Sekarang kita akan pergi shopping dulu supaya mood mu lebih baik. Bagaimana?" tawar sang daddy.
"Really dadd?" tanya Jeje sumringah.
"Off course." jawab Harsen sambil tersenyum menatap anaknya yang sudah kembali ceria.
"Aaaahh terima kasih dadd. Aku sangat menyayangimu." ujarnya sambil memeluk Harsen dari samping, karena daddy nya sedang menyetir dan dia duduk di sebelahnya.
Harsen tidak membawa Axel, karena ini acara privat antara keluarganya saja, pikirnya.
Namun dia masih membawa beberapa anak buahnya untuk jaga jaga.
Mereka mengikuti mobil Harsen dari belakang.
"Apapun untukmu sayang." jawab sang daddy sembari mencium puncak kepala putri nya.
Harsen sangat menyayangi putri nya. Dialah satu satu nya penyemangat hidup nya. Setelah kepergian istri yang sudah mengkhianatinya itu, dia mendapat semangat baru.
Dia akan memanjakan putri nya, tapi dalam batas wajar. Dia tak ingin putrinya menjadi pribadi keras seperti dirinya. Harsen ingin yang terbaik untuknya.
"Oke, sayang, kita sudah sampai. Ayo!" ajaknya sembari keluar dari mobil.
"Kau ingin apa, honey?" Tanya Harsen setelah memasuki tempat perbelanjaan terbesar di kota nya itu. Sangat megah dan mewah.
"Emmm, seperti nya aku ingin memilih sepatu dulu dadd." jawab Jeje.
"Sepatu ya. Baiklah, ayo cari."
Mereka masuk pada salah satu brand sepatu terkenal dengan harga harga mereka yang selangit.
Itu juga salah satu brand sepatu favorit Jeje. Bukan karena bermerk, tapi sepatu sepatu yang mereka miliki memang cocok dengan selera Jeje. Juga sangat nyaman saat digunakan sehari hari.
Ada sedikit perdebatan di antara mereka ketika sedang memilih sepatu. Jeje yang bingung memilih antara sepatu hitam atau putih kesukaannya.
"Yang ini saja sayang. Ini lebih cocok untuk kulit putihmu!" Harsen mencoba memberi solusi dengan menunjuk sepatu hitam.
"Tapi aku suka yang ini dadd. Ini lebih cocok dengan semua warna pakaianku." jawabnya masih bingung.
Sebenarnya, dia bukan bingung soal warna. Hanya saja model sepatu berwarna hitam itu lebih menarik perhatian Jeje, namun karena warna kesukaannya adalah putih jadi dia sedikit bingung.
"Baiklah, ambil saja keduanya kalau begitu." finalnya karena lelaki tidak suka berlama lama saat belanja. Apalagi kegalauan seperti ini hanya membuang waktu.
Tinggal ambil saja mana yang disukai, lalu bayar, selesai. Kenapa perempuan ribet sekali, batinnya.
"Tapi dadd, itu hanya akan menumpuk di lemari ku saja. Aku juga tidak yakin akan memakainya. Jadi aku pilih yang ini saja deh." ujarnya mengambil keputusan yang sebenarnya dari awal sudah tidak perlu lagi memilih, karena Jeje memang akan tetap mengambil sepatu yang putih saja.
"Astaga, sabar.. sabar.." lirih Harsen menahan gemas.
"Baiklah. Mbak, yang ini saja. Tolong cepat ya!" ucap Harsen cepat pada karyawan toko sebelum putrinya kembali berubah pikiran.
"Baik, tuan." Jawab sang karyawan toko.
"Kau perlu yang lain, sayang?" tanya Harsen menatap putri nya.
"Dadd, ayo kita pilih hadiah untuk kak Rey. Bagaimana?" usulnya.
"Ide bagus, honey. Ayo!"
Setelah selesai dengan urusan berbelanja dan memilih hadiah, waktu makan siang semakin dekat dan mereka segera meluncur ke restoran.
Tak berapa lama mereka sampai dan langsung masuk ke ruangan privat yang sudah dipesannya.
Di sana sudah ada Rey yang sedang menunggu dengan sesuatu dibalik saku mantel nya untuk dia berikan pada adik tercinta.
Dengan senyuman miring dia melihat Jeje masuk bersama daddy nya.
Dia kemudian berjalan mendekat dan memeluk sang daddy.
"Dadd." Sapa nya.
"Son. Sorry, we're late. Kau sudah menunggu lama?" tanya Harsen.
"No dadd. Aku juga belum lama sampai." jawab Rey.
Harsen hanya mengangguk kemudian berjalan dan duduk.
Rey beralih menatap adiknya.
"Hallo gadis kecil." giliran Jeje yang dipeluk dengan sedikit erat, hingga Jeje merasa pengap.
"Hey, lepaskan. Astaga aku tidak bisa bernapas." ucap nya memberontak.
"Aku punya hadiah untukmu." ujar Rey kemudian mengambil sesuatu dari saku jasnya.
Jeje yang akan mendapat hadiah, langsung berbinar menanti seusatu datang pada genggamannya, tanpa rasa curiga sedikit pun.
Dan saat Rey meletakkan sesuatu pada tangan Jeje. Sontak Jeje berteriak histeris dan berlari menuju daddy nya.
"Aaaaaaaaaaaaahh, daddy." Teriaknya sembari berlari dan mengeluarkan air mata.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Shai'er
apaan tuh, hadiah nya 🤔🤔🤔
2023-08-26
0
Shai'er
🤣🤣🤭🤭🤭
2023-08-26
0
Shai'er
kalo ada ribet ngapain milih yang gampang, Dad🤭🤭🤭
2023-08-26
0