“Aku merasa bahwa kamu merasa tidak nyaman berada di dalam sana. Karena itulah, aku membawamu ke sini.” ucap Bisma yang kemudian memilih duduk beralaskan lantai yang berada di atas Rooftop itu.
“Duduklah di sini, Nay … karena ini adalah gedung milik Jaya Corp, Rooftop ini pun dijamin bersih. Mereka bahkan membayar petugas kebersihan khusus untuk membersihkannya.” ucap Bisma yang menepuk lantai di sebelahnya.
Kanaya pun mau tidak mau mengikuti apa yang dilakukan Bisma, gadis itu duduk beralaskan lantai dan satu tangannya mengamankan dressnya yang mungkin saja bisa tertiup lantaran angin malam yang berhembus cukup kencang.
Sadar dengan keadaan, Bisma dengan cepat melepas jas hitam yang dia kenakan kemudian menutupkannya ke paha Kanaya.
“Begini lebih aman.” ucap pria itu sembari tersenyum.
Kanaya pun mengangguk dan melihat bagaimana perlakuan Bisma yang begitu baik padanya. Berada di ketinggian dan terpaan angin malam, dengan perlakuan Dokter Bisma justru Kanaya merasakan kehangatan di dalam hatinya. “Terima kasih Dokter ….” ucapnya sungguh-sungguh.
“Ceritakan padaku, Nay … kenapa kamu merasa tidak nyaman berada di dalam sana?” Bisma menatap wajah Kanaya dari samping dengan sangat serius.
Bagaimana bisa dia menilai bahwa aku merasa tidak nyaman? Apakah dia pakar mikro ekspresi yang tahu dengan gerak-gerikku? Apa sekolah kedokteran bisa dengan mudahnya menebak perasaan seseorang?
Berbagai pertanyaan timbul dalam pikiran Kanaya, lantaran temannya itu menebaknya dengan sangat benar. Ya, Kanaya merasa tidak nyaman berada di dalam sana.
“Aa … aku rasa tempatku memang tidak di dalam sana, Dokter.” ucap Kanaya perlahan.
Dokter Bisma pun menatap Kanaya dengan satu alisnya terangkat. “Hmm, bagaimana bisa?” tanyanya dengan cepat merasa bingung dengan jawaban Kanaya.
Kanaya sejenak menatap Dokter Bisma, “Menurut Dokter apa benar penampilan itu segala-galanya? Apakah salah jika seseorang bertubuh gemuk dan sama sekali tidak menarik.” tanya Kanaya perlahan.
“Sebenarnya pandangan tentang kecantikan dan penampilan itu relatif, Nay … di era milineal ini keliatannya tidak ada yang mutlak. Tergantung orang yang menilai sih.” ucap Dokter Bisma perlahan.
Kanaya mendengarkan penjelasan Dokter Bisma dengan penuh perhatian. Memang benar, di dunia ini menganut paham relativisme. Semua serba relatif, tidak yang mutlak rasanya. Namun, apakah memang orang-orang akan sedemikian mengedepankan rupa dan penampilan.
“Memang benar semua sekarang serba relatif, tetapi bukankah miris jika standar kecantikan hanya didasarkan pada mereka yang cantik, langsing, mulus, dan ramping. Kenapa dunia ini begitu jahat rasanya, mengotak-otakan manusia yang hidup di dalamnya berdasarkan fisik dan rupa mereka.” ucap Kanaya.
Kali ini Kanaya tidak hanya sekadar berargumentasi, tetapi dia benar-benar menjadi bagian dari orang yang dipandang sebelah mata karena penampilannya tidak cantik dan menarik.
Bisma menghela napasnya dan tersenyum kepada Kanaya. “Kalau aku sendiri, penampilan dan rupa hanya sebuah cover, Nay … aku lebih suka dengan karakter dan kepribadian seseorang. Karena itu pepatah mengapa “don’t judge a book by it’s cover”. Jangan menghakimi sebuah buku karena sampulnya, terkadang sampul yang tidak menarik dan cantik justru mengandung konten yang begitu bagus. Content is a king. Jadi, rupa dan penampilan hanyalah cover semata, tetapi karakter dan kepribadiannya adalah sesuatu yang sangat berharga.”
Perkataan Dokter Bisma barusan terasa begitu menyegarkan Kanaya, seolah dia mendapati masih ada orang-orang yang berpikiran positif dan tidak mementingkan rupa dan penampilan secara fisik.
“Bagaimana dengan strata sosial? Apakah benar si miskin harus berkelompok dengan mereka yang miskin, dan si kaya harus berkelompok dengan mereka yang kaya?” tanya Kanaya lagi kepada Bisma.
Lagi-lagi pria itu menggelengkan kepalanya. “Tidak … itu terjadi karena pembagian strata atau kelas sosial dalam masyarakat. Menurutku kita bisa dan boleh untuk bergabung dengan siapa saja tanpa melihat strata sosial kita.” ucap Bisma dengan penuh keyakinan.
Andai saja semua orang berpikiran positif seperti Dokter Bisma, pasti aku tidak akan dihina dan dipandang sebelah mata seperti ini. Sayangnya kebanyakan dari mereka menghakimiku dan menjatuhkan penilaian bahwa aku tidak layak untuk menjadi salah satu bagian dari mereka.
Kanaya tersenyum dengan getir. “Andai saja, tidak ada pengaruh filosofis atau pemikiran lain yang mengotak-otakkan manusia. Mereka yang bertubuh gemuk dan tidak menarik pun ingin diterima dengan baik oleh masyarakat. Mereka yang dari kelas sosial rendah juga ingin diperlakukan dengan baik tanpa dilabeli ‘si miskin’. Andai saja dunia berjalan seperti itu, sudah pasti kehidupan ini sangat indah.” ucap Kanaya dengan menghela napasnya.
“Bagaimanapun mereka memandangmu, biarkan saja. Karena siapa dirimu tidak ditentukan oleh ucapan dan penilaian orang. Siapa dirimu ditentukan oleh kamu sendiri. Kecantikan dan penampilan itu sifatnya sementara, tetapi karakter dan kepribadian yang baik itu akan dikenang orang untuk waktu yang lama. So, jangan insecure Nay.”
Kanaya menganggukkan kepala dan dia tersenyum. “Dokter, bagaimana dulu Dokter yang segendut itu sekarang bisa sangat berubah? Bagi dong resepnya.” tanya Kanaya secara tiba-tiba meminta Bisma untuk membagi resep dietnya.
Bisma pun tertawa. “Aku menjalani diet sehat dengan mengurangi asupan garam dan gula dalam setiap makanan, selain itu dalam beberapa waktu yang lama aku benar-benar berhenti makan junkfood dan fastfood. Jika aku lapar, aku memilih biji-bijian. Jangan lupa untuk olahraga, diet akan lebih berhasil jika dibarengi dengan olahraga.”
Ya benar sekali ucapan Dokter Bisma, membakar lemak di dalam tubuh membutuhkan olahraga. Kanaya memang sudah memulai diet sehat yang dia lakukan selama hampir satu minggu, tetapi untuk olahraga dia memang belum menjalankannya. Sontak, Kanaya berpikir dia juga harus melakukan olahraga untuk membakar lemak dalam tubuhnya. Sebab sudah seminggu berlalu dan belum ada tanda-tanda bobot tubuhnya berkurang.
“Ah iya … aku melakukan di bagian olahraga. Mungkin saja pembakaran lemakku belum maksimal.” ucap Kanaya dengan lirih.
Bisma menoleh dan menatap Kanaya. “Jadi, apa kamu sedang menjalani diet?”
“Ya ….” jawab Kanaya sembari menganggukkan kepalanya.
“Diet sehat kan?” tanyanya lagi.
“Iya ….” lagi-lagi Kanaya menjawab dan menganggukkan kepalanya.
Seketika Bisma merasa lega, karena jujur saja menjalani diet ekstrim sangat tidak disarankan dan justru menyebabkan seseorang mengalami sakit karena melakukan diet ekstrim.
“Di bawah pengawasan Dokter?” lagi tanya Bisma.
“Iya … dari Rumah Sakit kemarin, aku konsultasi dengan Dokter Samuel, Spesialis Ahli Gizi.” jawab Kanaya dengan jujur.
“Syukurlah … ku harap, jangan melakukan diet ekstrim, Nay … melakukan diet tanpa konsultasi dengan Dokter terlebih dahulu itu sangat berbahaya. Tidak jarang ada mereka yang meregang nyawa karena menjalankan diet ekstrim tanpa pengawasan Dokter.” Penjelasan Dokter Bisma berdasarkan dengan data dan fakta yang tentu sudah dia ketahui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
andi hastutty
semangat buat cantik Kanaya biar laki2 klepek2 dan tinggalkan
2023-07-28
0
Puji okee
setujuuu
2023-06-12
0
Dewi Srianti Amiruddin
lanjut & semangat thor
2023-05-24
0