Usai selesai konsultasi dengan Dokter Samuel, Kanaya berniat kembali ke apartemen Darren. Dengan langkah gontai, gadis tambun itu keluar dari Rumah Sakit. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya.
“Nay, kenapa masih berada di Rumah Sakit? Aku kira kamu sudah pulang.” suara yang cukup dikenal oleh Kanaya, dan itu adalah suara Dokter Bisma.
Sontak langkah kaki Kanaya pun berhenti dan gadis itu mencari arah sumber suara. “Oh … Dokter.” ucapnya dengan cukup terkejut lantaran dia kembali bertemu dengan Dokter Bisma.
“Panggil aku Adi saja, Nay … sama saat kita SMA dulu, kamu selalu memanggilku Adi.” kenangnya yang saat SMA, teman-temannya selalu memanggilnya Adi.
Dengan cepat Kanaya menggelengkan kepalanya, ada rasa tidak enak dalam hatinya karena sekarang temannya sudah menjadi seorang Dokter, profesi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. “Bagaimana mungkin aku memanggil kamu dengan namamu seperti dulu. Lihatlah, sekarang kamu bahkan telah menjadi seorang Dokter. Profesi yang sangat mulia, orang yang berdiri di garda terdepan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.” ucap Kanaya dengan menunduk.
Nampak Dokter Bisma pun tersenyum. “Semua profesi itu mulia, Nay … oh, iya kenapa kamu masih berada di sini? Bukannya kamu sudah pulang sejak tadi?” tanyanya.
Kanaya nampak mengangguk pias. “Iya … ada sesuatu yang harus aku selesaikan di sini. Jadi daripada aku bolak-balik, lebih baik aku selesaikan sekalian. Kamu sedang istirahat?” Kanaya bertanya karena teman semasa SMA nya itu telah melepas jubah putih kebesaran seorang Dokter.
“Ya … sedang jam istirahat. Aku berniat membeli kopi di depan Rumah Sakit itu. Kamu mau kopi? Kita bisa sejenak mengobrol, bukan sebagai Dokter dan pasien, tetapi sebagai teman.” ucapnya sembari terkekeh geli.
Merasa sungkan dan tidak enak hati, akhirnya Kanaya mengiyakan ajakan dari Dokter Bisma tersebut. “Euhm, baiklah.” ucapnya dan kemudian berjalan mengikuti Dokter Bisma menuju Coffee shop yang berada di depan Rumah Sakit tersebut.
“Satu Americano ….” pesan Bisma dengan cepat, kemudian pria itu menoleh pada Kanaya. “Kamu pesan apa Nay?”
Nampak Kanaya tengah melihat menu yang ada di depannya, jujur dia merasa enggan hendak memilih minuman yang ada di daftar menu. Semua minuman tersebut pasti mengandung gula yang cukup tinggi. Sementara Dokter Samuel sudah memberitahu supaya Kanaya mengurangi gula.
“Ada teh enggak sih?” tanyanya dengan ragu.
“Ada teh enggak Mbak?” tanya Bisma kepada penjual di Coffee shop itu.
“Ada varian teh juga, Kak.” sahut penjual di tempat itu.
Kanaya lantas memilih berbagai minuman dengan varian teh yang ada di daftar menu, kemudian dia pun menjatuhkan pilihannya. “Euhm, Teh Susu Nusantara gulanya less saja ya Mbak … Es nya juga sedikit saja.” pesan Kanaya.
Bisma yang mendengar pesanan Kanaya sontak tersenyum. “Kamu tidak sedang diet kan Nay?” tanya Bisma dengan mendadak dan spontan.
Gadis itu pun menggelengkan kepalanya. “Eh, enggak … buat apa juga aku diet.” sahutnya cepat.
Kemudian mereka mengambil tempat duduk yang berada di ujung Coffee shop itu. “Aku kira kamu sedang diet karena kamu memilih gulanya less dan juga es nya. Sebenarnya es batu tidak membuat seseorang gemuk kok, Nay … hanya mitos saja yang mengatakan kebanyakan minum es membuat seseorang menjadi gemuk.” ucap pria yang berprofesi sebagai Dokter itu.
“Oh ya, benarkah? Bukannya saat minum es usai makan membuat metabolisme tidak lancar ya?” tanya Kanaya sebagai orang awam kepada Bisma.
“Es asalkan air putih tidak masalah kok karena air dingin ataupun air panas sebenarnya sama-sama 0 (nol) kalorinya. Kandungan air putih itu 0 gram karbohidrat, 0 gram lemak, dan 0 gram protein. Sehingga tidak membuat gemuk. Akan tetapi, jika benar kamu sedang diet lebih baik memang jangan meminum es yang manis. Kurangi kandungan gula.” jelasnya dengan begitu detail kepada Kanaya.
Penjelasan Bisma membuat Kanaya menganggukkan kepalanya, di dalam hatinya Kanaya benar-benar tidak menyangka bahwa teman SMA nya itu begitu pandai dan memiliki wawasan yang luas. Padahal di SMA dulu, Bisma tergolong murid yang tidak menonjol sama seperti Kanaya.
“Terima kasih penjelasannya Dok … akan aku ingat-ingat untuk tidak mengonsumsi es manis setelah makan, asalkan air putih dingin berarti masih aman.” ucap Kanaya dengan tersenyum.
“Panggil nama saja, Nay … tidak perlu menyematkan panggilan profesiku. Kita teman bukan?” pinta Bisma kepada Kanaya.
Kanaya nampak mengeratkan tangannya, merasa tidak enak hati. “Bagaimanapun kamu adalah seorang Dokter … jadi tidak apa-apa, biarkan aku memanggilmu Dokter.” ucap Kanaya.
Mengangguk sembari ibu jari dan jari telunjuknya mengusap dagunya perlahan, Bisma pun mengangguk. “Baiklah … apapun itu asalkan kamu nyaman. Bagaimana kamu akan pulang nanti?”
“Oh, nanti aku akan memesan taksi online saja dari sini. Lagipula tempat tinggalku tidak jauh dari sini.” ucap Kanaya sembari meminum Teh Susu yang dia pesan.
Bisma nampak mendengarkan ucapan Kanaya. “Oh … baiklah. Jadi apa kesibukanmu sekarang Nay?” lagi tanya Bisma yang masih penasaran dengan apa kesibukan teman SMA nya itu.
Bingung. Itulah perasaan Kanaya saat ini. Haruskah dia menjawab bahwa dia adalah seorang pengangguran, atau haruskah dia jujur berkata bahwa dia adalah penulis Novel digital, atau dia berkata bahwa dia adalah seorang istri. Dilema seketika menyerang Kanaya hingga gadis itu tersenyum hambar. “Euhm, aku hanya di rumah saja. Aku bekerja dari rumah maksudnya.” jawab Kanaya dengan cepat.
“Bagaimana kamu bisa menjadi seorang Dokter?” giliran Kanaya yang bertanya mengapa temannya SMA itu bisa menjadi seorang Dokter.
“Ah itu … aku memang senang dengan dunia medis dan kesehatan. Ya, walaupun di SMA dulu kecerdasanku tidak menonjol dan begitu lulus aku hanya coba-coba mendaftar di Fakultas Kedokteran. Ternyata Dewi Fortuna memihak padaku, aku diterima di Fakultas Kedokteran itu. Di sanalah aku belajar giat, dan aku ingin mengambil spesialisasi juga, tetapi aku masih bingung spesialisasi apa yang ingin kuambil. Sekarang aku baru menjadi Dokter Umum saja.” cerita Bisma kepada Kanaya.
Kanaya mendengarkan cerita Bisma itu dengan membuka telinganya lebar-lebar, baginya apa yang dilakukan Bisma benar-benar luar biasa. Kerja kerasnya membuahkan hasil. “Kamu keren, Dok ….” puji Kanaya secara spontanitas.
Bisma pun tertawa sembari meminum Americano yang dia pesan. “Aku biasa saja, Nay … belum ada hal istimewa yang aku capai dalam hidup. Ya, semua masih dalam tahap normal.” ungkapnya.
“Bisa menjadi Dokter saja sudah keren, kamu berhasil mewujudkan cita-cita mayoritas masyarakat Indonesia yang sudah menjadi orang tua. Pernah enggak kamu ingat setiap orang tua pasti menginginkan anaknya saat gede, saat dewasa nanti bisa menjadi Dokter. Susan saja bilang “besok gede mau jadi Dokter.” Berarti kamu keren.” ucap Kanaya yang tiba-tiba teringat dengan lagu anak 90an yang dipopulerkan oleh Susan.
Tergelak, Bisma tertawa mendengarkan penuturan Kanaya. “Kamu lucu sekali, Nay … bisa-bisanya kamu justru mengingat lagu Susan yang itu.” pria itu tertawa hingga wajahnya memerah.
Sementara Kanaya turut tertawa dan menundukkan kepalanya. Tiba-tiba Kanaya merutuki kebodohannya, bagaimana bisa dia justru teringat lagu Susan dan Ria Ernest yang berjudul ‘Cita-Citaku’ itu. Mungkin memang sinapsis dalam otaknya sedang tidak bekerja dengan seimbang, sehingga Kanaya justru terpikirkan lagu itu.
“Maaf … tiba-tiba saja aku terpikirkan lagu itu.” ucap Kanaya yang membuat tawa di wajah Bisma hilang seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
andi hastutty
semangat diet
2023-07-28
0
Lieya
aku pernah diet just mkn nasi tengahari malam jika lapar makan buah sebiji
2023-05-22
0
Bernadeth Meilan
dokter umum
2023-02-10
0