“Maaf Dok, apa benar Dokter adalah teman saya semasa SMA? Jika benar, kenapa saya tidak mengingatnya?” satu pertanyaan tersebut lolos begitu saja dari mulut Kanaya.
Dokter Bisma pun tersenyum dan menatap Kanaya. “Mungkin karena aku sudah berubah terlalu banyak, hingga teman-teman SMA-ku tidak lagi mengenaliku.” ucap pria yang memiliki profesi mulia sebagai seorang Dokter itu.
Beberapa kali Kanaya masih berusaha mengingat satu per satu teman SMA nya yang bernama Bisma, sayangnya Kanaya tidak mampu lagi untuk mengingat. Lagipula, seingatnya tidak ada temannya yang tampan dan begitu pandainya hingga kini dia bisa menjadi seorang Dokter.
Melihat Kanaya yang masih terus nampak berpikir, Dokter Bisma pun tersenyum. “Euhm, mungkin saja kamu lupa … karena aku sudah banyak berubah.” ucapnya yang menatap Kanaya dengan sorot matanya yang teduh.
“Banyak berubah? Maksud Dokter?” tanya Kanaya yang tidak paham dengan apa yang baru saja diucapkan Dokter Bisma.
Lagi Dokter Bisma menganggukkan kepalanya. “Di SMA, teman-teman biasanya memanggilku Adi. Si gendut dan berkacamata dari kelas XI IPA 3, kamu tidak ingat? B. Adi Pradana?” ucap sang Dokter yang mencoba menceritakan kisah lamanya saat di SMA dulu.
Siapa yang sangka, jika Dokter yang tampan, menawan, dan badannya begitu bagus itu sebelumnya adalah si gendut saat di SMA. Perubahan yang begitu drastis bukan.
“Masih belum ingat? Adi si gendut yang memakai kacamata. Selama dua tahun kita berada dalam satu kelas di kelas IPA.” lagi lanjutnya.
“Adi … Adi si gendut?” Kanaya mengulang perkataan Dokter Bisma guna mendapatkan kembali memorinya yang mungkin saja bisa kembali dia ingat.
Beberapa saat berlalu, nampak mata Kanaya berbinar. “Adi gendut ya? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini? Sungguh, aku tak menyangka kamu berubah sangat drastis. Adi yang selalu berbaris di barisan pertama saat upacara bendera bukan?” tanya Kanaya yang cukup terkejut dengan perubahan temannya itu.
“Ya benar … aku Adi itu. Namaku Bisma Adi Pradana, hanya saja saat SMA, teman-teman memanggilku Adi.” ucapnya sembari tertawa dan memganggukkan kepalanya.
Kanaya nampak berpikir bagaimana seorang Bisma bisa begitu berubah secara penampilan, bahkan teman SMA nya itu juga berhasil menjadi seorang Dokter. Perubahan yang layak diacungi jempol. Dalam hati, Kanaya pun ingin berubah. Jika perubahan fisik membuatmu mendapat penghargaan dan tidak dipandang sebelah mata, maka Kanaya pun ingin berubah. Terlebih lagi saat ini di hadapannya ada seseorang yang dulunya gendut, justru berubah menjadi begitu tampan dan memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Tidak ada yang menyangka bahwa Dokter Bisma sebelumnya adalah Adi gendut, teman SMA nya dulu.
“Kenapa, kamu terlalu terkejut ya? Kaget?” tanya Dokter Bisma dengan tertawa dan tangannya bersidekap di depan dada.
Kanaya menganggukkan kepala dengan lemah. “Tidak ku sangka, kamu menjadi seperti ini. Belasan tahun berlalu, kamu sudah berubah, bahkan kini kamu memiliki profesi yang sangat mulia. Rasa-rasanya aku iri kepadamu.” ucap Kanaya dengan spontan.
Mendengar ucapan Kanaya, Dokter Bisma justru mengernyitkan keningnya. Dalam hatinya, Bisma merasa Kanaya memiliki rasa rendah diri/insecure yang mungkin selama ini selalu dia sembunyikan. “Kalau kamu mau berusaha, pasti bisa berubah. Kuncinya ada di usaha dan kerja keras itu.” sahut Bisma dengan menatap Kanaya yang masih terbaring di atas brankarnya.
“Oh, iya … ngomong-omong kenapa kamu bisa berakhir di Rumah Sakit? Di mana walimu? Kenapa kamu sendirian? Dan, untuk obat pencahar yang kamu minum, tolong hentikan untuk mengonsumsi obat itu, Nay … itu jenis obat berbahaya bila diminum tanpa resep dan pengawasan Dokter. Terlebih lagi, kamu obesitas, tolong tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat.” ucap Dokter Bisma panjang lebar yang membuat Kanaya tertunduk lesu rasanya.
Terlebih mendengar kata “obesitas” seakan Kanaya diingatkan pada kondisi sekarang yang memang gendut dan besar. Tanpa orang lain mengatakan, Kanaya sadar betul dengan size tubuhnya yang memang besar, tetapi saat orang lain mengatakan fakta bahwa dia obesitas kenapa rasanya membuat dia malu, dan sedih di saat yang bersamaan.
Kanaya menggigit bibir bagian dalamnya. “Ya, aku memang obesitas … tetapi, aku masih punya akal yang sehat bahwa aku tidak akan sembarang mengonsumsi obat. Bisa saja seseorang yang membenciku memasukkan obat itu ke dalam makananku.” jawab Kanaya dengan mata yang nampak berkaca-kaca.
Obesitas …
Akal sehat …
Obat pencahar …
Seseorang memasukkannya …
Dokter Bisma mulai mencerna dari apa yang diucapkan oleh Kanaya. Apakah mungkin seseorang memang menaruh atau mencampurkan obat pencahar ke dalam makanan Kanaya hingga sekarang Kanaya berakhir di Rumah Sakit seperti sekarang ini?
“Maksudmu, apakah ada orang yang mencampurkan obat itu ke dalam makananmu? Siapa? Kenapa bisa terjadi dan kamu tidak mengetahuinya?” tanya Dokter Bisma dengan sorot mata yang tajam. Baginya di mana rasa perikemanusiaan seseorang hingga tega mencampurkan obat pencahar ke dalam makanan, padahal dampak yang dihasilkan bukan sekadar mencuci perut seseorang, bisa mengakibatkan dehidrasi, detak jantung tidak normal, dan berbagai indikasi lainnya.
“Mungkin saja ….” sahut Kanaya dengan kepalanya yang menunduk. Hatinya begitu bersedih dengan praduga yang dia kumpulkan dalam otaknya.
“Jika benar, kamu harus melaporkan orang itu karena menyangkut keselamatan nyawamu.” sahut Dokter Bisma.
Kanaya pun menggeleng lemah. “Sayangnya ini hanya pradugaku saja. Seingatku, aku tidak pernah mengonsumsi jenis obat apapun. Bisa saja seseorang yang membenciku atau menaruh dendam padaku yang mencampurkan obat itu ke dalam makananku.” cerita Kanaya dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia bercerita bukan untuk dikasihani, tetapi dia begitu sedih kenapa ada seseorang yang tega memperlakukannya hingga sedemikian rupa. Padahal Kanaya sama sekali tidak mengusik orang tersebut, tetapi mengapa orang itu justru begitu liciknya ingin menghancurkan Kanaya.
“Baiklah Nay … istirahatlah. Sebaiknya kamu menghubungi keluargamu. Supaya ada yang membantumu jika kamu membutuhkan sesuatu. Oh, iya … jika memerlukan bantuan, silakan pencet tombol yang berada di atas brankarmu. Ada perawat yang berjaga selama 24 jam dan siap menolongmu. Aku keluar ya, semoga segera sehat.” ucap Dokter Bisma sembari tersenyum kepada Kanaya dan perlahan Dokter itu berjalan dan meninggalkan ruangan tempat Kanaya dirawat.
Sepeninggal Dokter Bisma, Kanaya kembali memikirkan bagaimana mungkin temannya, Adi si gendut bisa berubah dengan begitu drastisnya. Waktu benar-benar mengubahnya. Terlebih temannya itu kini berprofesi sebagai Dokter. Dalam hati, Kanaya sungguh ingin berubah. Sapa tau jika dia berubah cantik dan langsing, sekali saja Darren akan melihatnya sebagai seorang istri yang harus dihargai, bukan untuk dirundung atau dibully. Dengan menjadi cantik, siapa tahu stigma buruk tentang orang gendut yang selama ini disandangnya akan berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
andi hastutty
semangat kurus dan cantik hehhehe
2023-07-28
1
Hayati Yati
ayo semangat !!!
2023-07-04
0
Theresya
Plizzz adi itu haus nikah sama naya baru biar tau nyesalnya seorang darren yg melihat naya ideal menikah dengan teman smanya psti seru, soalnya bosan habis jahat berujung bucin bosan baca novel kek gitu mulu, mending dinaya mintak cerai yg tau cuman sinaya dan daren jadi naya bebas dari jeratan darren dan mulai membalas dendam pada darren dan menikah dengan adi
2023-05-26
0