Saat-saat menunggu bantuan datang seakan menjadi momen hidup dan mati bagi Kanaya. Jujur dia ketakutan saat ini, dirinya yang semula sehat mendadak harus bolak-balik ke kamar mandi dan perutnya terasa begitu sakit. Badannya juga seakan terhempas, tetapi Kanaya mencoba bertahan.
Ketika terdengar ketukan suara dari pintu Kanaya meraih mengangkat kepalanya dan sedikit berjalan untuk meraih gagang pintu apartemen itu. Namun sialnya, Kanaya justru pingsan saat dia telah berhasil membuka pintu. Pihak security apertemen pun kaget melihat Kanaya yang mendadak pingsan. Tidak langsung menolong, rupanya security ini menghubungi rekan securitynya yang lain untuk menolong Kanaya. Itu terjadi karena bobot Kanaya yang besar, dan seorang security tidak sanggup mengangkatnya.
Dengan sigap pihak apartemen juga memanggil ambulance untuk membawa Kanaya ke Rumah Sakit. Mengangkat bobot tubuh Kanaya benar-benar sebuah perjuangan.
“Yuk angkat … satu … dua … stop-stop.” ucap salah seorang security yang sudah kelelahan padahal belum berhasil mengangkat tubuh Kanaya.
Para security yang mengenakan seragam cokelat susu sebagai warna kemeja, dan cokelat tua sebagai warna celananya itu tampak bermandikan keringat. Mengangkat beban sebesar 89 kilogram terasa begitu berat, ditambah keadaan Kanaya yang tidak sadarkan diri membuat bobot tubuhnya seakan semakin berat saja.
Hampir 15 menit dan bertepatan sambil pihak Rumah Sakit barulah Kanaya berhasil diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam ambulance.
Apartemen mewah yang dekat dengan salah satu Rumah Sakit Swasta di daerah Ibukota itu dengan cepat melakukan tindakan medis kepada Kanaya. Begitu terkejutnya Dokter yang memeriksa keadaannya Kanaya, saat mendapati kondisi tubuh Kanaya di mana terjadi ketidakseimbangan elektrolit, detak jantung yang tidak normal, dan kondisi Kanaya yang sangat lemas. Dengan cepat jarum infus dipasang supaya pasien tidak mengalami dehidrasi dan beberapa obat juga langsung disuntikkan melalui infus tersebut.
Begitu mendapat data diri pasien yang disebutkan oleh salah satu pihak apartemen, Dokter yang tengah menangani Kanaya pun mengerjap. Wajah pasien yang sedang terbaring lemah itu nampak sangat familiar.
“Kanaya Salsabila?” gumam Dokter muda itu sembari mengamati wajah Kanaya yang terlihat pucat.
Setelah Kanaya berhasil mendapat perawatan, tetapi gadis itu masih tidak sadarkan diri, sang Dokter memilih untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun, Dokter itu bertanya-tanya jika benar itu Kanaya Salsabila bagaimana mungkin gadis itu bisa berada di dalam Rumah Sakit dengan kondisi yang lemah yang disinyalir efek dari obat pencahar yang dikonsumsinya. Juga mengapa gadis itu hanya seorang diri tidak ada pihak keluarga yang turut mendampingi dan menemaninya. Kondisi Kanaya memang lemah, untung pertolongan datang tidak terlambat. Sebab kondisinya yang lemah dan detak jantungnya yang tidak normal, ditambah obesitas yang dialami Kanaya bisa sangat membahayakan keselamatannya.
Dokter muda itu meninggalkan ruangan Kanaya dengan berbagai pikiran yang memenuhi isi kepalanya. Berharap kondisi Kanaya segera membaik, dan dia akan melakukan visiting kembali dua jam ke depan.
2 Jam setelahnya
Di dalam kamar perawatannya, Kanaya mulai sadar. Sekalipun tubuhnya masih terasa lemah dan tangannya sakit lantaran dipasangi infus, tetapi Kanaya bersyukur karena dia masih tertolong dan selamat. Andai saja dia tidak berinisiatif menekan tombol bantuan yang berada di apartemen itu mungkin saja kini gadis itu hanya tinggal nama.
Buliran air mata kembali membasahi kedua pipinya, gadis itu berpikir apalagi yang kini tengah dia alami. Kanaya semakin sedih karena dirinya hanya sendirian terbaring di ranjang kesakitan ini. Dirinya benar-benar seperti seseorang yang terbuang. Dalam keadaan sakit pun tidak ada yang menghiraukannya. Rasa dibuang sendirian membuat Kanaya terisak dengan pilu.
Namun isakan itu terhenti, saat dia mendengar ada derap langkah yang mendekat ke arah kamarnya dan juga suara pintu terbuka. Dengan cepat Kanaya menyeka air mata yang di pipinya.
“Apa benar kamu Kanaya Salsabila?” tanya seorang Dokter yang terlihat begitu tampan dengan jas ala Dokter berwarna putih yang membuat sosok pria itu terlihat semakin tampan.
Dengan cepat Kanaya pun menganggukkan kepalanya. “I … iya Dok. Saya Kanaya Salsabila.” sahut Kanaya dengan memerhatikan sosok Dokter muda nan tampan yang kini berdiri tidak jauh dari brankarnya.
“Tebakanku benar. Wajahmu sangat familiar. Kamu lupa denganku, Nay?” lalu Dokter itu bertanya sembari tersenyum.
Kanaya belum bisa mengingat siapa pria yang kini berdiri di hadapannya. Namun hanya orang-orang yang benar-benar mengenalnya dan dekat dengannya yang akan memanggilnya, “Nay”.
Merasa Kanaya tidak mengingat dan mengenalnya, Dokter itu pun lantas tersenyum. “Aku Bisma, Nay … Bisma Adi Pradana. Kita satu SMA dulu.” ucap Dokter muda bernama Bisma yang mengaku sebagai teman SMA Kanaya dulu.
“Bisma Adi Pradana?” Kanaya bertanya sembari mengingat-ingat sosok temannya di masa putih abu-abu yang bernama Bisma itu.
“Ya … aku Bisma. Apa kamu lupa denganku? Apa aku yang terlalu berubah, hingga kamu tidak lagi mengenaliku?” tanya Bisma sembari terkekeh geli melihat raut wajah Kanaya.
Mencoba terus mengingat, sayangnya Kanaya masih belum bisa mengingat teman SMA nya bernama Bisma yang kini telah menjadi seorang Dokter itu.
“Aku Bisma, Nay … Tidak disangka kita akan kembali bertemu dalam keadaan seperti ini. Bagaimana bisa kamu dilarikan ke Rumah Sakit dengan keadaan seperti tadi. Sebaiknya jangan mengonsumsi obat pencahar, Nay. Efeknya bisa fatal jika meminumnya tanpa resep dari Dokter.” ucap Bisma yang menuturkan bahwa Kanaya telah mengonsumsi obat pencahar dengan dosis yang berlebihan.
Wajah Kanaya nampak bingung. Seingatnya dia sama sekali tidak mengonsumsi obat pencahar. “Obat pencahar? Setahuku aku tidak ….” ucapan Kanaya berhenti, kemudian dia menaruh curiga pada seseorang yang mungkin saja telah mencampurkan obat pencahar ke dalam makanannya.
“Ya, kamu mengonsumsi obat pencahar dengan dosis yang berlebihan. Sebaiknya konsumsi serat dan biji-bijian yang baik untuk saluran pencernaan, perbanyak minum air putih untuk mencegah sembelit (susah buang air besar). Obat pencahar hanya boleh dikonsumsi dengan resep Dokter.” ucap Bisma yang menjelaskan kepada Kanaya cara sehat untuk mengatasi sembelit. Menurut diagnosis Bisma, mungkin saja Kanaya mengonsumsi obat pencahar untuk mengatasi sembelit.
Dokter Bisma tidak tahu jika seseorang telah mencampurkan obat pencahar ke dalam makanan Kanaya yang membuat teman SMA nya itu berakhir di Rumah Sakit. Sebab Dokter membuat diagnosis hanya berdasarkan kondisi pasien, latar belakang bagaimana hal itu terjadi tidak diketahui oleh seorang Dokter.
Kanaya pun hanya menganggukkan kepala mendengar saran yang diberikan Dokter Bisma, tetapi otaknya masih berpikir siapakah Bisma yang mengaku sebagai teman masa SMA itu. Memberanikan dirinya sendiri, Kanaya mencoba untuk bertanya lagi kepada Bisma. “Maaf Dok, apa benar Dokter teman SMA saya? Jika benar, kenapa saya tidak mengingatnya.” tanya Kanaya dengan jujur yang membuat Dokter muda nan tampan itu tersenyum penuh arti kepada Kanaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Michelle Ardina
asyik ada dokter ganteng
2023-10-27
0
andi hastutty
ini yg akan menolong Kanaya
2023-07-28
0
Qhalil Alkaffi
sepertinya seru nih😂😂🤭
2023-06-12
0