"Tak ada hal yang mudah dalam memutuskan. Dalam membuat keputusan kita harus rela berkorban''
- Soraya Rihadatus Sholihah -
Hari ini adalah hari khitbahku dengan Dani. Aku tak menyangka jika hari ini cepat terjadi padaku. Selama penantianku tak henti ku ucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan padaku. Segala penatku menunggu jodohku akhirnya telah berbuah manis. Tentu semua karena kuasa illahi dan doa dari kedua orang tuaku.
Dani dan keluarganya datang. Kami sekeluarga menyambut keluarga Dani dengan tersenyum manis. Seserahan dari keluarga dari Dani kami terima. Abah kyai dan Bu nyai juga datang bersamaan dengan keluarga Dani.
Acara pertama diawali dengan doa dan sholawat. Kemudian, dilanjut dengan acara inti yaitu mengkhitbahku. Dani berdiri di hadapan tamu undangan. Ia terlihat tinggi dan sangat tampan. Setelan baju kokoh dan jas abu-abunya membuat Dani semakin terlihat kharismatik.
Dani mulai berucap salam dan memulai pembicaraan di hadapan kami semua. Jujur aku tampak sangat gugup melihatnya. Mata kami saling bertemu kemudian kembali ku tundukkan pandanganku.
''Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu, pada hari ini tepat di hadapan kalian semua yang berbahagia izinkan saya melakukan sesuatu. Sesuatu itu adalah mengkhitbah seorang wanita yang sangat saya cintai. Dia adalah wanita terhebat nan penuh kelembutan seperti sutra. Dia adalah putri dari bapak Jauhari dan ibu Lani Fajriha yang bernama Soraya Aisyah Rihadatus Sholihah. Namanya yang sederhana nan memiliki makna membuat saya jatuh hati padanya." Dani telah memulai pembicaraan dengan sederhana namun menyentuh hatiku. Hatiku semakin merasa gugup dan gemetar. Entah baru pertama kali ini ku rasakan jantungku berdebar hebat
"Soraya aku bukanlah seorang pemuda yang memiliki segala hal yang sempurna. Akan tetapi aku hanyalah seorang pemuda yang ingin melengkapi hidupmu. Melengkapi kekuranganmu dan menjadikan kelengkapan dari bilik hidupku." Dani mengatakan hal manis lagi padaku dan membuat gelak tawa pada tamu yang hadir. bunda dan ayahku juga ikut tersenyum begitu juga abah Kyai dan bu Nyai.
Bunda menyenggolku dan aku hanya bisa tersenyum malu. Sungguh aku merasa malu dan bagaimana mungkin Dani bisa berucap seperti itu di hadapan kami semua?
Dia sungguh tak memiliki rasa malu hm.
"Soraya ada sebuah lagu untukmu. Bolehkah aku menyanyikannya?" Dani meminta persetujuan padaku
Bunda kembali menyenggol tanganku. Aku hanya bisa mengangguk dan kembali menundukkan pandanganku.
"Di ujung cerita ini ... di ujung kegelisahanmu ... ku pandang tajam bola matamu ... cantik dengarkanlah aku ...."
"Aku tak setampan Don Juan ... tak ada yang lebih dari cintaku ... tapi saat ini ku tak ragu.. ku sungguh memintamu ...."
"Jadilah pasangan hidupku ... jadilah ibu dari anak-anakku ... membuka mata dan tertidur di sampingku ...."
"Aku tak main-main ... seperti lelaki yang lain .... satu yang ku mau ... ku ingin melamarmu ...."
Sebait lagu ringan yang dinyanyikan oleh Dani membuatku terharu. Suara Dani sangat merdu. Para undangan bertepuk riuh setelah Dani bernyanyi. Aku tertegun dan merasakan air mataku yang menetes karena terharu. Hari ini Dani benar-benar mampu menyihirku dengan suara merdunya.
"Soraya Aisyah Rihadatus Sholihah, maukah kau menjadi bagian dari hidupku dan pasangan di hidupku? Menemaniku hingga akhir hayatku dan melengkapiku." Dani mulai melamarku dan meminta izinku
Bunda memberikan mic padaku. Dengan lirih ku jawab, "Dengan restu Bunda dan Ayah aku menerima khitbahmu calon suamiku Danial Eka Abdillah."
"Alhamdulillahi Robbi alamin Khitbah dari Mas Danial Eka telah diterima oleh Mbak Soraya Aisyah. Mari kita beri selamat dan tepukan tangan." Seorang MC memberikan respon yang antusias setelah aku menjawabnya
Tepukan tangan para tamu undangan berikan. Ku lihat Dani menangis dan mungkin karena merasa terharu. Setelah itu seorang penabuh rebana mulai membunyikan rebananya. Suara sholawat mulai didengungkan. Ibunda Dani mulai mendekati dengan membawa sebuah kotak yang berisi cincin. Ku cium kedua tangannya kemudian ibunda Dani memasangkan cincin ke jari manisku. Ku rangkul ibunda Dani dan menangis di pelukannya.
Ibunda Dani berkata lirih, "Selamat ya nduk, alhamdulillah kamu akan jadi calon mantu Umik."
"Terima kasih Umik."
"Umik jangan bilang aneh-aneh pada calon istri Dani," gurau Dani menggoda umiknya.
"Hust Le suudzon Mulu kamu sama Umik," balas umik Dani disambut gelak tawa dari kami semua.
Ya, itulah tentang Danial Eka Abdillah. Seorang laki-laki sederhana yang mampu membuat gelak tawa diantara kami semua. Dan hari ini aku sangat bersyukur bertemu dengannya.
Hari khitbahku berjalan dengan lancar. Banyak doa aku dapatkan dari kedua keluarga kami dan keluarga abah kyai. Lengkungan senyum dari sudut bibir ayah ku lihat dan aku merasa sangat bahagia. Awalnya aku merasa sangat bersyukur dan bahagia dengan hal yang diberikan oleh Tuhan kepadaku. Masa penantianku tentang jodoh telah berakhir. Tak akan ada orang yang akan menggunjingku lagi.
Jika dulu aku selalu mendapat omongan tak enak dari para tetangga sekarang aku tak perlu cemas lagi. Takdir jodoh tak pernah kita tau kapan datangnya. Semua akan datang pada izin Tuhan. Kau perlu cemas jika jodoh masih belum datang padamu. Cukup perbaiki diri menjadi insan yang lebih baik lagi dan perbanyak berbuat kebaikan serta berdoa. Tak usah kau dengarkan ocehan orang lain. Memilih mengabaikan adalah hal yang benar daripada meladeninya.
Mereka akan terus menuntut kita sesuai perkataannya dan tuntutan itu tak akan tiada hentinya jika kau meladeninya. Cukup menjadi pribadi yang diam tanpa mengikuti kemauan mereka. Kita yang hidup dan bukan mereka. Sesungguhnya pilihan hidup yang menentukan itu kita sendiri dan bukan mereka.
Ayah selalu berpesan padaku, "Nduk, hidup memang memiliki tuntutan dari masyarakat. Kita hanya perlu hidup sebagaimana pribadi kita. Cukup diam dan dengarkan saja. Jangan menjadi orang yang masuk ke dalam api ocehan mereka. Semua tidak akan ada hentinya. Jadilah pribadi yang selalu sabar dan tawakal. Jika semua sudah pada waktunya maka takdirmu akan datang sendiri."
"Yakinlah nduk pada suatu saat kau akan memetik buah dari kesabaranmu."
Dan sekarang aku merasakan apa yang Ayah katakan padaku. Sebuah penatnya rasa sabarku kini berbuah manis. Semanis apapun makanan tak akan bisa menandinginya. Jika dulu aku selalu dirundung rasa penat kini rasa bahagialah yang ku rasakan.
Takdir hidup memang tak ada seorangpun yang tau. Tentang takdir jodoh, Rezeki dan maut hanya Tuhanlah yang maha kuasa yang tau. Kita hanya perlu menjalani hari dengan Lillah maka rasa penat yang kau rasakan akan menjadi ladang pahala untukmu.
Tak perlu berfikiran buruk cukup berkhusnudzon di setiap langkahmu. Tuhan akan suka seorang hamba yang berbaik sangka daripada berburuk sangka. Karena sebuah prasangka akan menjadi doa untukmu. Tentang bagaimana takdir hidupmu biar Tuhan yang atur.
Inilah sekilas kisahku hari ini.
Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta Soraya dan Danial?
Akankah niat ibadah mereka akan berjalan dengan baik?
Nantikan di chapter selanjutnya~^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments