Setelah rapat usai, Rasti menghampiri Nayra. Dia terlihat lesu dan tidak bersemangat di meja kerjanya.
"Sssttt!" Nayra hanya melirik sekilas.
"Loo ... lihatkan, ternyata anaknya bos kita ganteng banget! Huh ... kalau saja belum ada Leon, dia pasti sudah aku
gaet!" Rasti mulai bergosip. Namun, Nayra masih saja cuek.
"Lo dengar gue, 'kan? Gue ngomong apa barusan?" Rasti mulai kesal merasa dicuekin oleh temannya.
"Eh, iya."
"Eh, apa Ras, barusan lo ngomong apa?"
"Ish, kenapa sih lo? Tumben, lo sakit? Muka lo pucat banget."
"Gue nggak apa-apa, cuma kayaknya kecapekan menyusun laporan semalam."
"Benaran Nay? Lo, nggak lagi cari alasan doang, 'kan? Soalnya gue ngerasa ada yang lo sembunyikan." Rasti melirikan mata, masih penasaran.
"Benar Ras, gue nggak apa-apa. Nanti juga kalau sudah makan siang, it was be better." Menyakinkan Rasti yang terlihat khawatir. Akhirnya, walau setengah tidak percaya Rasti pun pergi dari meja kerjanya.
Hati Nayra masih tak tenang. Dia memutuskan beranjak dari duduknya. Masuk ke dalam pantry.
“Sepertinya coklat hangat bikin aku rileks.” Nayra meraih gelas dan menyeduh coklat kemasan siap seduh.
Tring! Tring! Tring! Dia mengaduk perlahan gelas yang berisi coklat panas.
Berdiri mematung, pikirannya melayang entah kemana. Hingga, dia tak menyadari kehadiran seseorang dihadapannya. Menatapnya sambil melipat kedua tangan didada.
‘Gadis ini? Apa yang sedang dia lamunkan?’ Dia menatapnya yang tak bergeming atau pun terusik oleh
kehadirannya. Dia kesal. Merasa seperti hantu kasat mata yang tak terlihat.
“Ehem.” Dia berdeham.
Tak ada reaksi apapun. Nayra masih fokus mengaduk gelas berisi coklat panasnya.
“Ehem. Ehem.” Suaranya tambah kesal. Entah telinga Nayra sedang bermasalah atau memang dia sedang berada dalam dunia lain, dia tetap tak bergeming.
“Jika memang kau memiliki banyak waktu, kau bisa membantu office girl kantor untuk membersihkan toilet wanita, sekarang!” bisiknya, Nayra mengangguk. Matanya mendadak membulat lebar.
“To-toilet?”
“Iya. Bersihkan hingga mengkilap sampai seekor lalat pun tak bisa masuk!” perintahnya penuh tekanan. Marah dan mendelikkan matanya pada Nayra yang melonggo seperti sapi ompong.
Nayra mengkrejapkan kedua matanya, “Ish, itu kan bukan tugas sa-“ bibir Nayra menciut ketika delikan berubah menjadi kacak pinggang padanya.
“Waktumu, hanya satu jam dari sekarang. Aku akan mengeceknya.”
Pemilik suara bariton dengan wajah tampan. Tubuh atletisnya berdiri tegap bagai seorang model. Mata hitamnya menatap Nayra, seolah menelannya hidup hidup.
Jiwanya kembali tersadar sepenuhnya, "Ah, ba-baik, saya kerjakan sekarang!" Nayra tersentak. Memberikan gelas berisi coklat hangat yang dia buat ke tangan orang tadi. Bergegas keluar dari pantry.
Itu hanya hukuman kecil dariku. Di wilayahku, kau masih berani memikirkan hal lain.
Dia meneguk coklat hangat yang diberikan Nayra sambil memberikan senyuman smirknya.
Bisa bisanya kepergok melamun sama bos. Haduh, Nay ... untung saja hanya disuruh membersihkan toilet, bagaimana kalau sampai kau tadi dipecat. Dia meremas kasar wajahnya sambil berjalan kearah toilet wanita.
Saat makan siang, Nayra duduk menyendiri, "Lo tadi kemana, Nay? Gue samper ke meja nggak ada?" Rasti menepuk pundaknya.
"Sstttt, jangan berisik." Nayra celingak celinguk melihat sekitar. Menarik tangan Rasti duduk disebelahnya.
“Apaan sih, Nay? Eh, bau apa ini?” Rasti mengendus tubuh temannya. Dia mencium seperti bau air comberan.
“Ish, di bilang jangan berisik. Pinjamkan aku baju ganti, kau bawa ‘kan?” ujar Nayra kasak kusuk setengah berbisik di telinga Rasti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-02-27
1