Pada pagi hari yang sunyi di sebuah rumah yang terbuat dari kayu akasia terdengar sebuah suara gemericik air.
Byurrrr byurrr
Didalam kesunyian tersebut ternyata terdapat seorang pria yang tengah melakukan rutinitas sehari-harinya. Pria itu bernama Arthur.
"Woww!!! Ini benar-benar gila! Semakin hari tubuhnya semakin indah." gumamnya dalam hati. Ia sedang mengintip seorang gadis yang sedang mandi melalui celah lubang yang ia buat.
Tiba-tiba terbesit dalam benaknya apakah yang ia lakukan itu merupakan hal wajar sebagai pria yang sedang dalam masa pubertas atau hal yang aneh mengingat seorang gadis yang ia intip merupakan kakaknya sendiri.
"apakah yang aku lakukan ini normal ? sementara dia sendiri adalah kakakku."
Karena merasa hal yang ia lakukan adalah hal yang tidak wajar, Ia pun segera memalingkan wajahnya dan jatuh menyender tepat di samping pintu kamar mandi. Namun di satu sisi hasratnya terus membujuk dirinya untuk tetap melakukan hal senonoh tersebut.
"Sial!!! Bodoh, apa yang kulakukan? Mengapa aku berhenti mengintipnya? ini adalah waktu yang tepat untuk mengamati perkembangan tubuh elina, tapi......" ucapnya dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Karena terus sibuk berdebat dengan hasratnya Arthur tidak menyadari suatu hal penting yang ia dapatkan melalui risetnya bertahun-tahun bahwa Elina tidak pernah mandi lebih dari 10 menit.
"Arthur? Apa yang sedang kamu lakukan disitu?" tiba tiba suara seseorang datang memecah kesunyian.
Melihat seorang Elina yang tiba tiba berdiri di sampingnya, Sontak ia pun berteriak dan terjungkal ke belakang.
"Aaaaaaa." Arthur terjungkal sambil memegang dadanya. Rasanya jantungnya seperti ingin copot.
Elina hanya mengenakan sebuah handuk. Ia menatap wajar Arthur dengan sangat curiga.
Lantas Arthur pun langsung sesegera mungkin memutar otaknya untuk mencari sebuah alasan.
"A-anu, Tadi ayah menyuruhku untuk memperbaiki gagang pintu kamar mandi." ucap Arthur dengan terbata bata.
"Hmm, memperbaiki gagang pintu? Aku rasa tidak ada masalah dengan gagang pintu, terlebih lagi mengapa kau duduk disitu?" tanya Elina.
"A-aku duduk disini karena menunggumu selesai menggunakan kamar mandi." jawab Arthur sambil memalingkan wajahnya. Ia berusaha menghindari tatapan yang penuh kecurigaan dari kakaknya itu.
"Benarkah???" tanya Elina sambil mengangkat sebelah alisnya.
"I-iya" jawab arthur dengan gugup.
"Baiklah kalau begitu, Cepat selesaikan pekerjaanmu setelah itu pergi ke ruang makan, ada yang ingin ayah bicarakan dengan kita."
"Apa yang ingin dibicarakan oleh ayah?"
"Entahlah, tapi sepertinya itu mengenai sekolah lanjut kita." jelas Elina sembari pergi menuju kamarnya.
"Baiklah, setelah menyelesaikan tugas ini aku akan segera pergi ke ruang makan."
Elina kemudian berjalan menuju kamarnya meninggalkan Arthur seorang diri. Ia melirik kebelakang memastikan bahwa Elina telah masuk kedalam kamarnya. Setelah Elina masuk kedalam kamarnya.
"Ya ampun, hampir saja aku dibunuh olehnya." Arthur menghela nafas sambil memegang dadanya jantungnya berdegup kencang
.
.
.
.
.
Arthur dan Elina sendiri merupakan kakak beradik yang hanya terpaut umur beberapa bulan saja. Mereka berdua kini telah menginjak usia delapan belas tahun.
Mereka tak pernah akrab sedikitpun, seringkali mereka bertengkar hanya karena masalah kecil. Sifat keduanya pun juga sangat berbeda. Meskipun sering bertengkar, mereka berdua tetap saling peduli satu sama lain karena telah bersama sejak kecil.
Elina adalah perempuan yang selalu melihat orang lain lebih rendah darinya dengan kata lain ia selalu ingin dihormati sedangkan Arthur adalah seorang pria yang baik namun sedikit mesum.
Alasan mengapa elina bersifat demikian adalah karena kecantikan sang ibu yang menurun kepadanya sehingga ia sadar akan kelebihannya. Elina memiliki rambut hitam panjang yang indah serta mata yang berwarna merah seperti permata Ruby(merah delima) dan bentuk tubuh yang ideal.
Sedangkan mengapa arthur sedikit mesum? lantaran ia tak pernah bisa melihat atau menganggap Elina sebagai kakaknya. Meski telah berusaha keras namun otaknya terus menolak. Naluri seorang laki-laki tak pernah bohong. karena memang kenyataannya mereka bukan saudara kandung. Meskipun terkadang mesum, arthur adalah seorang yang baik hati dan sangat peduli terhadap orang lain.
.
.
.
.
.
Setelah dirasa cukup berpura-pura memperbaiki gagang pintu, Arthur kemudian pergi ke ruang makan. Ia melihat Jonathan, Nora, dan Elina tengah duduk disana. Mereka semua terlihat sedang mencicipi hidangan makanan buatan Nora.
Ia pun berjalan menghampiri mereka.
Jonathan menyadari kedatangan putranya. Ia menoleh ke kanan sembari memberikan senyuman hangat dan menarik kursi untuknya.
"Arthur, kemari ada yang ingin kami bicarakan denganmu dan elina." Ucap jonathan.
Ia pun kemudian duduk tepat berhadapan dengan elina. Ia melihat elina sedikit memalingkan wajahnya. Arthur berpikir mungkin ia kesal dan masih mencurigai dirinya telah melakukan hal aneh barusan.
.
.
.
.
.
.
Setelah selesai mencicipi hidangan istri tercinta, Jonathan kemudian mengetuk meja untuk meminta perhatian. Ketiganya pun langsung berhenti makan dan melihatnya.
"Selamat anak anak, kalian telah berhasil menyelesaikan pendidikan umum. Ayah benar benar bangga pada kalian berdua." ucap Jonathan sambil memberi tepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Istrinya.
"Yeeaaaay" Sahut Nora sambil bertepuk tangan.
"Baiklah anak-anak, ayah langsung akan ke intinya saja, kalian berdua telah menyelesaikan pendidikan umum selama 12 tahun di desa ini. Itu berarti sudah waktunya untuk kalian melanjutkan pendidikan lanjut demi menentukan masa depan kalian berdua kelak."
Mendengar penjelasan dari sang ayah mereka hanya diam karena merasa berat harus meninggalkan sesuatu yang sudah sangat berharga bagi mereka. Karena Pendidikan lanjut berbeda dengan pendidikan umum yang dimana mereka bersekolah seperti biasa dari pagi hingga sore dan pulang ke rumah. Sedangkan mereka yang meneruskan pendidikan lanjut tidak akan pulang ke rumah hingga mereka lulus atau dikeluarkan dengan tidak hormat.
.
.
.
.
.
"Iya jonathan benar, kalian tidak perlu khawatir dan takut, lagipula bukankah sejak dulu kalian berdua sangat ingin menjadi Seorang Wizard(penyihir kerajaan) bukan? Oleh karena itu jangan buang-buang kesempatan kalian anak anak. inilah waktunya kalian menunjukan kapasitas kalian berdua." Sambung Nora.
"Ayah, kira kira berapa lama kami harus meninggalkan rumah?" Tanya Elina dengan wajah yang terlihat sedih.
"Biasanya pendidikan lanjut itu memakan waktu kurang lebih tiga tahun waktu studi paling cepat dan enam tahun waktu studi paling lambat. Jangan khawatir, aku percaya kalian bisa menyelesaikannya lebih cepat karena kalian adalah anak anak yang hebat." Jelas Jonathan sambil memegang segelas air.
"Emm, ngomong-ngomong kalian mau masuk ke sekolah apa?" tanya Jonathan untuk memastikan.
"Sekolah Sihir!!!!" ucap Arthur dan Elina serentak.
Mereka berdua sedari dulu memang telah bercita-cita menjadi seorang Wizard. Itu semua tak lain karena sosok sang ayah sendiri yang merupakan seorang mantan wakil kapten di kekaisaran. Selain itu juga Begitu banyak terdapat atribut sihir baik pedang, zirah maupun perlengkapan sihir lainnya di rumah mereka yang juga menjadi sebagai salah satu pemicu munculnya cita-cita tersebut.
.
.
.
.
.
Mendengar Arthur yang begitu semangat mengatakan kalau ia juga ingin masuk ke sekolah sihir tentu saja membuat Elina benar-benar ingin tertawa karena ia tahu hingga kini Arthur belum bisa menggunakan sihir.
"Pfffttt." Elina mencoba untuk menahan tawa.
Menyadari kalau dirinya sedang direndahkan oleh kakaknya, Arthur pun menatap kakaknya dengan wajah kesal dan berkata dalam hatinya "lihat saja wanita j*lang, suatu saat nanti aku pasti akan melampauimu."
.
.
.
"Hebat!! aku percaya kedua anak anak ku ini nantinya bisa menjadi seorang Wizard yang hebat dan jauh melampaui diriku." ucap Jonathan mencoba menenangkan suasana.
"Baiklah kalau begitu, 2 hari lagi pendaftaran sekolah sihir di pusat kota(Verona) akan segera dibuka, aku harap kalian bisa mempersiapkan diri sematang mungkin." Lanjut Jonathan.
Dua hari bukanlah waktu yang banyak bagi Arthur untuk mempersiapkan dirinya terlebih hingga kini ia masih belum bisa sedikitpun menggunakan sihir.
Sebuah tembok besar berdiri menghalangi jalannya untuk meraih impian yang sudah ia dambakan sejak kecil. Namun, semua itu tak mematahkan semangat nya. Ia akan tetap maju.
Meskipun ia tak bisa menggunakan sihir, Arthur termasuk hebat dalam seni bela diri Pedang walaupun kemampuan pedangnya masih jauh dibawah Elina dan tidak sempurna dalam menggunakan teknik pedangnya. Beladiri tersebut akan sempurna jika dapat digunakan dengan Mana. Seni bela diri tersebut diturunkan tentu oleh leluhur keluarga mereka. Bela diri ini bernama teknik pedang Nemea.
.
.
.
Mana sendiri adalah sebuah energi untuk menciptakan sihir. Menurut asalnya Mana terbagi menjadi dua. Mana yang berasal dari Alam dan Mana yang berasal dari tubuh.
.
.
.
.
.
Selama dua hari ini Arthur terus melatih fisiknya dan merapalkan mantra berharap agar dapat segera menggunakan sihir. Namun sayang Mana miliknya tak kunjung mengeluarkan sihir.
Ia berlatih di hutan dekat rumahnya. Disana ia juga menyempurnakan teknik pedang Nemea. Satu persatu pohon di hutan ia tumbangkan hanya dengan sekali tebas oleh pedang yang diberikan ayahnya.
Ia berfikir jika kelak ia tidak bisa menggunakan sihir maka jalan satu-satunya adalah dengan menggunakan bela diri pedang ini dan membuat fisiknya sekuat mungkin. Arthur sendiri tidak menyadari bahwa kekuatan fisiknya sudah diluar nalar bagi manusia. Namun, ia tetap merasa bahwa itu semua belum cukup.
Disisi lain Elina hanya sibuk membaca buku yang berisi tentang kisah-kisah romantis. Ia tak peduli dengan tesnya.
Menurutnya, kemampuan yang ia miliki sudah cukup untuk bisa masuk ke pendidikan lanjut khususnya sekolah sihir. Bagaimana tidak? Elina adalah seorang jenius dalam sihir bahkan bela diri pedang Nemea dan hampir menyempurnakan teknik pedang nemea.
Ia mahir menggunakan pedang sejak berusia 5 tahun dimana saat itu Arthur sendiri masih sibuk bermain dengan tanah. Selain menguasai teknik berpedang, Elina juga dapat menggunakan sihir dengan hebat dan skala yang cukup besar. Oleh karena itu ia benar-benar tak sedikitpun memikirkan ataupun khawatir dengan tes untuk masuk sekolah sihir.
.
.
.
.
.
Akhirnya hari pendaftaran yang ditunggu-tunggu pun telah tiba.
Bersambung.
jangan lupa likenya biar authornya semangat nulisnya.
terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Queen Rizky
kekuatan Arthur tersegel nih....
2022-06-13
2
Meva
terlalu sombong itu ga baik lo
2022-05-28
5
Daniel Rumahorbo
hebat
2022-05-14
3