Liliana POV
Aku mendengar suara berisik ditengah tidur lelapku. Aku perlahan membuka mataku karna merasa terganggu. Dan mendudukkan diriku sambil mengusap mataku.
'Dimana aku?' tanyaku pada diriku sendiri saat menyadari aku berada disebuah ruangan yang tak kukenal. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Aku melihat banyaknya benda-benda kuno yang tertata rapi disetiap sudut ruangan ini.
Setelahnya aku juga menyadari bahwa aku juga memakai baju kuno dan bentuk tanganku berubah menjadi lebih besar dari sebelumnya. Aku memperhatikan tanganku cukup lama. Ini bukan tanganku. Ini terlalu besar dari tanganku.
Lalu sekelebat ingatan menghampiri pikiranku. 'Apa mungkin?' aku segera meraih sebuah kaca di meja sampingku. Dan ini semua bukanlah mimpi.
Aku melihat wajahku pada kaca dan malah menemukan wajah orang lain dalam pantulan kaca ini. 'Jadi semua itu nyata?' tanyaku sedikit shock dengan kenyataan ini.
Kukira apa yang terjadi hanyalah sebuah mimpi yang akan berakhir saat aku membuka mataku. Namun ini semua adalah kenyataan yang entah kapan akan berakhir.
Pikiranku kembali menjadi kalut. Aku meruntuki diriku sendiri tanpa sebab. Ditengah kekalutan yang menyelimutiku, aku menemukan sebuah buku disamping tubuhku.
Buku berwarna hitam dengan ukiran unik serta isinya yang begitu tebal menarik perhatianku. Aku mengambilnya dan membukanya, tapi tak ada satu huruf pun disana.
Aku meletakkan buku itu dipangkuanku dan menggigit jariku. Kuteteskan darah dijariku ke dalam lembar buku itu, dan berucap pelan "Aku ingin tahu tentang tempat yang yang aku tempati saat ini."
Darah yang kuteteskan pada buku itu diserap masuk dan menampilkan tulisan di dalam lembar buku.
Kerajaan Xia
Kerajaan paling besar di benua selatan. Kerajaan yang cukup makmur dengan rajanya yang begitu bijaksana. Memiliki banyak sekutu yang bersahabat baik dengan kerajaan ini.
"Lalu siapa aku atau orang yang aku gantikan ini." Lanjutku.
Xiao Hui
Putra mahkota di kerajaan ini. Putra pertama dari Kaisar. Berumur 17 tahun. Dia memiliki semua elemen kekuatan. Api, angin, air, tanah dan petir. Sifatnya angkuh dan sombong juga pemalas. Dia suka sekali berkencan dengan banyak gadis. Tapi dia paling lemah soal berpikir dan bertarung dengan fisik. Dan kelebihannya bisa mengetahui karakter seseorang dari wajahnya.
'Astaga.. buruk sekali kelakuannya hingga menutupi kelebihannya sendiri.' Pikirku sambil memijit keningku yang berdenyut.
Aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku lagi. Lagipula malam hari masih meyelimuti. Dikala semua rasa sakit yang ada ditubuhku hilang, aku malah mendapatkan kenyataan lain yang membuat pikiranku pusing.
Kupejamkan mataku berharap rasa pusing ini segera berakhir. Namun baru beberapa menit aku mencoba menutup mata, sebuah teriakan mengejutkanku.
"TOLONGGG!!!!." Teriakan seorang wanita.
Saking terkejutnya dengan suara itu, aku bangun dan bergegas keluar dari ruangan ini. Saat aku membuka pintu dan keluar aku tidak melihat siapapun. Ku arahkan pandanganku segala arah tapi nihil, aku tetap tidak melihat seorang pun diluar sini.
Aku meningkatkan kewaspadaanku pada sekitar. Aku berjalan menuju bangunan di samping ruangan ini. Letaknya tidak jauh tapi nampak gelap tanpa penerangan.
Menurut pemikiranku mungkin itu adalah tempat tinggal para pelayan Xiao Hui. 'Apa ada sesuatu didalam sana?' aku yang penasaran pun melangkah dengan waspada.
Sesampainya aku didepan bangunan itu, aku berhenti dan mendengar suara yang berasal dari dalam sana.
'Apa yang harus kita lakukan pada para pelayan yang berani mengganggu rencana kita ini tuan?.'
'Kita bunuh saja mereka semua karna telah menggagalkan rencana kita untuk melenyapkan putra mahkota bodoh itu.'
'Hahaha...'
Terdengar tawa sekelompok orang dari dalam sana. Sekarang ini aku berada tepat di depan pintu. Aku membuka sedikit pintu itu tanpa diketahui siapapun. Aku melihat didalam sana semua pelayan tengah terduduk dan diikat. Juga beberapa orang berbaju hitam yang tengah bersiap dengan pedang masing-masing.
Mereka mengarahkan pedangnya pada para pelayan yang sedang ketakutan. Dan bersiap untuk membunuh mereka semua. Namun sebelum mereka sempat menggoreskan pedangnya, aku lebih dulu membuka pintu dengan kasar.
"Berhenti." Kataku dingin dan menusuk. Kutatap mereka yang sedang membawa pedang dengan pandangan tajam. Tak ada ketakutan sama sekali di dalam benakku.
Para pelayan yang melihatku berdiri dihadapan mereka merasa terkejut dan menatapku tidak percaya.
"Yang Mulia.." Teriak seorang pria paruh baya yang sedang duduk terikat.
Aku melihat ke arahnya. Dan aku menemukan wajah khawatirnya terhadapku. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka semua menatapku cemas bercampur khawatir.
"Yang Mulia pergilah dari sini hamba mohon." Mohon seorang wanita setengah tua sambil menangis.
"Hahaha... Akhirnya kau datang mengantarkan nyawa pada kami Yang Mulia." Salah satu orang berbaju hitam berucap dengan nada mengejek.
Aku menatap orang itu malas. Yang kuinginkan sekarang bukanlah berada disituasi yang seperti ini, aku ingin tidur aku sangat lelah. Tapi sekarang aku seperti tengah berada di dalam film yang tayang di televisi.
Aku menghembuskan nafasku pelan. 'Benar-benar merepotkan' batinku merasa jengkel. Meskipun begitu aku akan menyelamatkan mereka yang tidak sepantasnya diperlakukan seperti ini.
"Jadi kalian menginginkan nyawaku begitu?." Tanyaku dengan mengangkat sebelah alisku.
"Cepat kita bunuh dia. Dasar putra mahkota bodoh!."
Mereka semua mengepung diriku dengan pedang yang diarahkan padaku.
'Huh.. Beraninya mereka mengepung seorang gadis seperti ini!.' dengusku kesal.
"Baiklah jika kalian menginginkan nyawaku maka ambillah." Ucapku tenang.
Dan para pelayan yang mendengar suaraku hanya bisa melotot tidak percaya.
Orang-orang itu segera menyerangku dari berbagai arah. Aku dengan cepat menghindar sekaligus melawan mereka yang ingin mengambil nyawaku. Terjadilah perkelahian antara aku dan orang-orang berbaju hitam.
Perkelahian itu tidak berlangsung lama. Dengan berbekal ilmu bela diri yang kukuasai sebelumnya aku dapat mengalahkan mereka semua hanya dengan tangan kosong tanpa senjata.
Mereka semua tergeletak dilantai sambil merintih. Dan aku berjalan mengambil salah satu pedang yang ada dilantai. Aku menaruh pedang itu dileher salah satu orang berbaju hitam, yang aku pikir itu adalah bos mereka. Karna sejak tadi dia yang memberi perintah.
Dalam hatiku aku merasa bersyukur. Karna aku sejak kecil diajarkan berbagai macam ilmu bela diri. Hingga akhirnya aku menguasai semua ilmu bela diri yang ada. Meskipun begitu aku jarang menggunakannya. Dan hari ini apa yang dulu aku pelajari berguna juga untuk melindungi nyawaku.
Aku diam-diam berterima kasih kepada orang tuaku telah mendidikku dengan baik walaupun begitu keras. Tapi itu tidak masalah bagiku.
"Siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku?." Aku bertanya dengan nada menusuk. Sebenarnya aku hanya kesal, karna tidak bisa mengistirahatkan tubuhku. Aku tidak terlalu peduli mereka ingin membunuhku. Sebab aku percaya hidup mati sudah diatur oleh tuhan.
Sebelum orang itu menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ada seseorang berlari tergopoh-gopoh kearahku.
"Yang.. Mulia.. Hah.. Hah anda tidak apa-apa?" Ucapnya sambil mengatur nafas yang tengah memburu. Namun tak lama dia melototkan matanya ke arahku.
Aku hanya memandangnya sekilas. Dan tatapanku kembali lagi pada orang yang sedang ketakutan karna sebuah pedang berada dilehernya.
Dari luar aku mendengar banyak langkah kaki yang menuju kemari dengan langkah serempak.
"Yang Mulia maafkan hamba yang telat datang kemari." Seorang pria dengan baju seperti jendral mendekat padaku dan menundukkan kepalanya.
'Sepertinya dia seorang jendral dilihat dari penampilannya, huh... Lebih baik aku serahkan saja orang-orang ini padanya. Lagipula rasanya tubuhku sudah sangat lelah' pikirku lalu menurunkan pedangku pada leher orang itu.
"Aku serahkan mereka semua padamu dan juga bebaskan ikatan para pelayan itu." Perintahku padanya.
Padahal dalam hati aku merasa aneh harus bersikap seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi aku harus bisa berakting seperti seorang bangsawan.
Aku berjalan pergi dari sana sambil memberikan pedangku pada jendral itu. Dan aku bergegas kembali ke ruanganku untuk beristirahat. Tanpa menghiraukan tatapan aneh yang ditujukan semua orang disana padaku. Tubuhku sudah meronta-ronta ingin diistirahatkan.
Masa bodoh dengan orang-orang yang ingin membunuh putra mahkota itu. Toh mereka juga sudah ditangkap dan akan dipenjara atau dihukum mungkin, entahlah.
Yang sedang aku ingin lakukan saat ini adalah bisa membaringkan tubuhku. Lalu terlelap dalam tidur yang nyenyak. Yah hanya itu.
Setelah aku sampai di tempat tidurku aku langsung saja menidurkan tubuhku dan memejamkan mataku. Tak lama aku pun telah memasuki alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
senja
adakah mata2?
2020-05-18
2
Jannisa2:gw orang ngeselin
eh ? gw udah vote author belum ya ?
2020-05-18
4
opppppp
Semoga mc nya Jadi kuat Gak lemah kek gua
2020-05-16
8