4 tahun kemudian.
"Perhatikan ujung taplaknya."
"Geser sedikit ke kanan."
"Hati-hati meletakkannya."
"Apa makanannya sudah siap?"
Hari yang spesial sudah tiba. Hari ini semua orang di istana sibuk mempersiapkan pesta penyambutan Pangeran Nathaniel, yang tak lain merupakan ide dari pangeran muda, Xavier. Hiruk pikuk semua orang berlalu lalang dari dapur meuju ruang makan. Hanya pesta kecil-kecilan, bisa dibilang lebih seperti jamuan. Tak ada tamu, hanya sang raja, Xavier dan para penasihat istana. Waktu berlalu begitu cepat, 4 tahun sudah Nathaniel mengikuti pelatihan militer angkatan udara.
"Di mana kepala pelayan?" Ucap Elthon yang kini menjabat sebagai kepala staf urusan rumah tangga istana sekaligus asisten pribadi Raja Arthur.
"Di sini tuan." Jawab si kepala pelayan.
"Apa semua persiapannya sudah siap? Sebentar lagi Yang Mulia Pangeran Nathaniel tiba."
"Semuanya sudah siap tuan. Hanya tinggal beberapa saja."
"Baiklah, percepat pekerjaan, dan jangan lupa kejutannya."
"Baik, tuan."
Elthon yang sedari tadi pagi sibuk ke sana kemari pergi dari ruang makan menuju ruang kerja Baginda Raja.
"Permisi Yang Mulia. Persiapan jamuan sudah hampir siap, apa anda ingin bersiap untuk turun ke bawah?"
"Sudah siap ya, baiklah aku juga akan bersiap."
Raja Arthur segera menutup buku yang ia baca, dan sedikit merapihkan mejanya. Ia juga mengenakan jasnya dibantu oleh Elthon.
Suara langkah kaki terdengar dari luar kamar Xavier, tak lama pintu kamarnya diketuk, "Yang Mulia, Pangeran Nathaniel sebentar lagi tiba. Apa anda sudah siap?"
"Sebentar lagi aku turun ke bawah, Liam." Teriak Xavier dari dalam.
"Baik, Yang Mulia."
Tak selang beberapa lama, Xavier ke luar dari kamarnya.
"Apa ayahku sudah turun?"
"Sudah, Yang Mulia."
"Kalo begitu ayo kita ke bawah." Ajak Xavier sambil menarik lengan Liam hingga membuatnya tersentak.
"Hati-hati, Yang Mulia."
"Ayo cepat, aku sudah tidak sabar."
Kini Xavier berhenti di depan pintu masuk ruang makan.
"Apa kakakku sudah datang?"
"Belum, Yang Mulia. Sebentar lagi ia akan tiba."
Liam kini membukakan pintu masuk ruang makan. Terlihat sang raja sudah duduk menunggu kehadiran putra-putranya.
"Oh Xavier! Kemari nak."
"Ayah sudah di sini rupanya. Kapan kakak akan sampai?"
"Sepertinya sebentar lagi, lagipula ini sudah hampir jam makan siang. Kau siap untuk memberikannya kejutan?"
"Tentu saja!"
Tak ada yang tak bahagia hari itu. Semua tak sabar melihat sosok putra mahkota kembali di istana. Para pelayan sudah menunggu di pintu utama. Elthon yang diperintahkan untuk menyambut Nathaniel sudah berdiri menunggu sedari tadi. Tak henti-hentinya ia melihat jam tangannya itu.
Sebuah mobil limusin hitam dengan bendera kebanggaan Zinnia di depannya melaju melewati gerbang kerajaan. Semua pelayan dan penjaga memberi hormat ketika mobil megah itu lewat. Mobil tersebut berhenti di depan pintu utama. Sang bintang utama perayaan hari ini turun dari mobilnya. Ia masih mengenakan seragam militernya lengkap dengan pin bintang sebagai tanda kehormatan.
"Selamat datang kembali, Yang Mulia Pangeran Nathaniel." Elthon mengomandonkan untuk memberi salam.
"Selamat datang kembali, Yang Mulia." Ucap para pelayan mengikuti.
Udara khas istana yang sangat familiar di hidung Nathaniel, ditambah lagi dengan sinar mentari yang tidak menyilaukan mata terpantul dengan jelas dari jendela istana. Ia menghela napasnya dan melihat sekelilingnya sebelum kakinya melangkah masuk. Tanpa ia sadar ia begitu merindukan rumahnya, Istana Cassania yang megah. Kakinya melangkah masuk melewati pintu utama. 4 tahun berlalu dan tak banyak yang berubah menurutnya, hanya beberapa furnitur yang tampak baru, dan sisanya hanya dipugar.
"Biar saya bantu, Yang Mulia." Ucap Elthon sembari mengambil tas ransel khusus tentara yang sedari tadi Nathaniel bawa.
"Yang Mulia, Baginda Raja dan Pangeran Xavier sudah menunggu di ruang makan." Ucap Elthon sembari mengimbangi langkah Nathaniel dari belakang.
"Benarkah? Mereka sekarang ada di ruang makan?"
"Benar, Yang Mulia."
"Baiklah ayo kita lekas ke sana, aku tak sabar melihat mereka!"
Nathaniel mempercepat langkahnya menuju ruang makan. Para pelayan membukakan pintu masuk menuju ruang makan. Baru saja melangkah masuk, betapa terkejutnya Nathaniel ketika mendengar suara tembakan konfeti. Disusul dengan ucapan selamat datang dari kedua orang kesayangannya.
"KEJUTAN!" Ucap Xavier dan Raja Arthur bersamaan.
Nathaniel terkejut bukan main, ia tidak menyangka akan diberi kejutan seperti ini. Ditambah lagi ruangan yang penuh dengan balon, jamuan di meja makan, sebuah kue dan tak lupa spanduk selamat datang yang tergantung di dinding.
"Ayah! Xavier!" Nathaniel langsung berlari memeluk keduanya.
"Selamat datang kembali nak."
"Kak Ashton selamat datang!"
Sebuah pemandangan yang sangat menyejukan mata.
"Kalian semua yang mempersiapkan ini?" Tanya Nathaniel penasaran.
"Ini semua ide adikmu, ayah hanya ikut ikutan saja." Balas Raja Arthur dengan senyum di wajahnya.
"Ini ide mu? Bagus sekali!" Ucap Nathaniel sembari mengacak-acak pelan rambut Xavier.
"Bagaimana kabar kakak? Istana ini sangat sepi tanpa ada kakak?"
"Kau tidak lihat aku sehat bugar begini? Coba lihat ototku ini." Jawab Nathaniel sembari memamerkan otot lengannya yang terlapis baju tentara.
"Wah... Apa di sana kakak harus berolahraga?"
"Tentu saja."
"Sudah sudah nanti lagi ceritanya biarkan kakakmu itu makan terlebih dahulu, Xavier. Hari ini ayah meminta koki istana untuk memasak makanan kesukaanmu, ayo lekas makan." Sela sang raja.
"Benar, sampai tak ada makanan favoritku di sini, huff." Gerutu Xavier.
"Hei lihat, bukankah ini kue krim lemon kesukaanmu, Xavier?"
"Ada kue lemon?!"
"Hidangannya terlalu banyak sampai-sampai kau tak melihat kudapan favoritmu ini." Nathaniel terkekeh melihat tingkah adiknya ini. Meski kini Xavier sudah hendak masuk sekolah menengah, ia tetap saja menggemaskan di matanya.
"Ah ku dengar Xavier masuk ke Sekolah Kerajaan Helling Rosé tak lama setelah aku pergi pelatihan, bagaimana sekolahmu?" Nathaniel kini membuka perbincangaan.
"Semuanya baik-baik saja, tahun depan aku sudah akan masuk SMP kak."
"Benarkah? Wah... Waktu berlalu begitu cepat, kau sudah besar rupanya."
"Tentu saja, sudah empat kali ulang tahun ku lewatkan tanpa kakak." Terlihat wajah Xavier yang sedikit cemberut.
"Begitukah...? Mulai tahun depan kau tak lagi sendiri." Nathaniel tersenyum hangat kepada adiknya.
"Bagaimana pelatihanmu di sana?" Sang raja kini angkat bicara.
"Terbilang sangat menyenangkan, yah. Pada awalnya cukup sulit bagiku menyesuaikan diri di barak militer dan juga orang-orang yang segan mendekatiku karena posisiku sebagai putra mahkota, tapi lama kelamaan suasananya mencair. Tak ku sangka aku akan bertemu banyak anak-anak bangsawan di sana."
"Lantas apa rencanamu ke depannya?"
"...ke depannya?" Nathaniel termenung.
"Ya, tentunya kau takkan menyia-nyiakan pengalamanmu di sana bukan?"
"Tentu saja, ayah. Tapi ku rasa aku belum menentukan rencanaku ke depan."
"Kau tahu, keadaan negara saat ini kembali memanas. Lisbuon berusaha masuk lewat jalur laut, mereka masih berusaha untuk mendapat perjanjian kerjasama untuk ekspor bahan tambang."
"Lisbuon? Negara tidak tahu malu itu?"
"Betul sekali, setelah apa yang mereka lakukan pada negara kita dulu berani-beraninya mereka menginginkan perjanjian kembali."
"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"
"Pasukan ayah berhasil mengusir mereka dan membuat perjanjian, jikalau mereka masuk kembali secara illegal ke perairan kita, tandanya mereka setuju jika kapal mereka diledakkan."
"Ayah.... Bisakah kita tidak membahas hal seperti itu di meja makan?" Celetuk Xavier yang kini sudah lelah mendengarkan.
"Baiklah, makanlah makan. Dan kau Nathaniel, habiskan semua ini, oke? Ini semua untukmu." Ucap Raja Arthur sembari meletakkan potongan ayam kalkun di piring Nathaniel.
"Hahaha baiklah ayah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments