Pagi ini Ini Davino masih meluapkan kemarahanya pada Resya , itu tidak akan terjadi kalau Omahnya tidak mendesaknya untuk menyuruhnya tinggal dengan Resya dan memberinya seorang cucu.
“Katakan berapa banyak yang kamu inginkan, saya uda bilang kalau loe minta uawang berapapun akan saya berikan, asalkan kamu mengakui semuanya pada Oma”
“Saya tidak bisa melakukan itu pak Davino, maafkan saya, saya sudah berjanji pada Nenek akan tetap di sini,” ucap Aresya.
Danivino mencengkaram lengannya denngan kuat, Aresya yang terlihat mulai kesal hanya diam, bahkan tidak merasakan cengkaraman tangan Davino.
Padahal bibie Arsesya terluka, tidak cukup puas sampai di situ juga Davino kembali menarik tangannya ke bak Mandi menarik kepalanya di dorong ke Bak mandi hingga ia kelagapan tidak bisa bernafas, semakin Aresya bersikap tenang semakin Davino merasa kesal, Aresya tidak ingin menggunakan kekuatannya lagi ia takut mahluk yang mengintainya menemukan keberadaannya, ia akan bersikap pura-pura lemah dan kesakitan di hadapan suaminya agar suaminya bersimpati padanya.
Pak Darma yang berdiri di depan pintu tidak ingin Tuannya itu melakukan kejahatan, ia menerobos masuk dan melerai, ia menarik tubuh Davino dari belakang walau ia juga tidak luput dari kemarahan Davino.
“Sudah hentikan pak nanti bapak terkena masalah,” ucap Pak Darma, mencoba menolong Resya yang mulai hampir lemas.
“Jangan ikut campur , saya harus meleyapkan orang gila ini dari rumahku, saya sudah meminta dengan cara baik-baik tetapi ia tidak mengubrisnya ia membuat saya marah”
“Sudah pak, kita hari ini ada pertemuan penting di pabrik, kita akan kesana?”
Davino melepaskan cekraman tanganya mendorong Resya kelantai, wanita itu terpelanting di lantai dengan luka di sekujur wajahnya, Davino benar-benar marah hari ini.
“Biarkan dia mati kelaparan Bi…, jangan kasih dia makan, saya memberinya dua pilihan, tetap di rumah ini tetapi dia akan mati kelaparan, pilihan kedua ia boleh pergi dari rumah ini dan saya akan memberinya sejumlah uang”
‘Suatu saat aku akan akan membalasmu lelaki sombong, kalau bukan karena adikku di rumah sakit, aku sudah mematahkan lehermu dengan kekuatan ini’ucap Aresya dalam hati.
Lelaki itu meninggalkan Resya yang masih meringkuk di lantai kamar mandi dengan luka di wajah dan di bibir, Bu Darma tidak tega melihatnya saat melihat Tuanya pergi, ia belari menghampii Resya yang sudah tergolek lemas di lantai kamar mandi.
Membopongnya ke ranjang, ia memberanikan diri menelepon Ny, Marisa, karena hanya itu yang bisa menyelamatkan Resya saat ini.
“Apa yang terjadi?” tanya NY. Marisa dengan suara panik.
“Anu-anu Tuan Davino dari tadi malam mengurung Nona Resya Nyonya. Ia juga tidak di beri makan, pagi ini ia juga mendapat kekerasan ”
“Baik, rawat Aresya dengan baik, saya akan pulang ke Indonesia sekarang , bocah tengil itu belum mengerti juga ternyata.”
“Ba-ba-baik Nyonya, tapi jangan katakan saya yang bilang nyonya atau saya akan di pecat nanti”
“Kamu tenang saja BI, saya tidak akan melakukanya”
“Iya ampun … aku tidak tahu apa yang terjadi kalau Tuan muda sampai tahu kalau saya yang melapor pada Nyonya besar, bisa-bisa saya di tendang ke bulan nanti sama Tuan angkuh itu,” ucap Bu Darma, tangannya dengan sigap menganti pakaian Resya yang sudah basa kuyup.
Aresya masih lemas, belum lagi luka di wajahnya dan luka di bibir yang di benturkan Davino sejak dari tadi malam hingga pagi ini, ia memilih tidur, bagi Aresya ittu itu hanya luka kecil bahkan tidak merasakannya, menjadi wanita yang berbeda karena memiliki kekuatan sudah sering terluka bahkan luka yang lebih parah dari yang dialami saat ini, tetapi untuk mendapatkan simpati dari keluarga Davino Aresya harus berpura-pura lemah.
Matahari yang tadinya masih mengintip malu-malu, kini sudah bersinar menderang tepatnya di atas kepala, tepatnya jam 12: 00 Resya baru membuka matanya, ia meringis kesakitan karena kepalany yang terbentur sisi meja tadi malam masih terasa sakit,
“Non, sudah bangun?” tanya Bu Darma dengan tatapan iba.
“ Ah, leherku terasa sakit sekali Bu”
“Bibi sudah membungkusnya dibalur juga dengan obat rempah-rempah agar sakitnya berkurang, ini Non buka mulutnya, saya sudah masak bubur untuk, Non Resya”
“Makasi iya Bu, entah apa jadinya kalau ibu tidak ada bersamaku saat seperti ini, mungkin aku sudah mati kali,” ucap Resya.
“Jangan ngomong seperti itu Non, itu sudah tugasku, wanita paru baya itu dengan lemah-lembut. “ Tapi kenapa Non Resya tidak berusaha keras untuk menjelaskan pada Tuan Muda kalau apa yang yang di tuduhkannya pada Non itu semua tidak benar, Non punya bukti juga, jangan biarkan tertuduh seperti itu”
“Percuma Bu sebesar apapun aku menjelaskanya kalau hatinya sudah penuhi kebencian sampai kapanpun dia akan benci, apapun yang kita jelaskan padanya akan selalu salah di matanya”
“Baiklah Non istirahatlah, ibu mau memberbenah dulu”
“Apa Ibu tidak takut nanti dapat masalah karena membantu aku?”
“Mudah-mudahan tidak Non, karena saya tidak akan tahan melihat Non kesakitan tapi tidak menolong”
Bu Darma meninggalkan kamar Aresya, membiarkan wanita itu istrirahat dan memulihkan tenaganya.
Ah…aku tidak masuk kerja lagi pasti aku dapat teguran lagi dari pak Usman, Marta juga pasti sangat khawatir, Aresya meraih tas kerja miliknya mengeluarkan ponsel bututnya.
Ia tahu Marta pasti memegang ponsel saat ini, karena sudah makan siang, kalau biasanya karyawan pabrik di larang memegang ponsel saat bekerja, setiap harinya akan di simpan di Loker, setelah pulang dan jam istirahat baru bisa memegang ponsel.
Ia menekan nomor Marta.
“Sya, kamu tidak apa-apa? kenapa tidak masuk?”
Suara Aresya tertahan, ia menahan suara agar tetap tenang, ia butuh seorang teman seperti Marta tempatnya membagi cerita. “Apa ia menyakitimu lagi?” tanya Marta di ujung telepon.
“Hmm, ia mengurungku di kamar, tidak memperbolehkanku keluar,” ucap Resya dengan suara pelan.
“Sya, apa yang bisa aku lakukan untukmu, sampai kapan kamu menderita dan tertuduh seperti itu,apa perlu aku menjelasknnya pada pak Davino. Dengar Sya kenapa kamu tidak hajar saja dia sampai patah tulang,” ujar Marta geram.
“Jangan Ta, aku butuh uang untuk pengobatan adikku, aku hanya minta tolong izinkan aku pada Pak Usman agar aku tidak kena marah lagi besok Ta”
“Aku sudah melakukanya tadi pagi Sya,aku bilang kamu sakit karena kehujanan kemarin,” ucap Marta.
“Makasih iya Ta, aku tutup teleponya kamu makan banyak agar tenaganya kuat, maaf… kamu jadi double kerjanya karena aku tidak masuk kerja,” ucap Aresya me pada Marta, ia tahu kalau Marta pasti sangat capek karena ia tidak masuk karena melakukan pekerjaanya juga.
Resya dan Marta bekerja di bagian gudang mencatat barang masuk dan mencatat barang keluar dan menghitung sisa stok barang setiap hari.
Kerja di pabrik bagian gudang memang sangat menguras tenaga, tetapi gaji Aresya tidka cukup untuk biaya keluarganya.
Karena itulah, walau ia tahu faktanya kalau Davino lelaki yang sudah menikah dengannya lelaki kasar, kejam, bahkan memiliki kelainan di ranjang, Aresya akan tetap bertahan demi keluarganya
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Kaisar Tampan
semangat kak.
singgah juga ke novelku ya, simpanan brondong tampan
2022-07-06
1