"Sorry Desy, aku telat yaa.."
Aku cemas duduk di bangku penumpang. Terlebih angkot kan suka ngetem seenaknya. Tentu aja itu semakin ngebuat aku gugup. Di sini, bisa dibilang dia satu-satunya teman yang aku punya. Dan aku udah harus ngecewain?! Yang benar saja Rani.
Desi marah-marah. Ya, aku paham karena ini emang salahku. Tapi, kegiatan hunting bukunya jadi sama sekali ga asik. Dari sini aku baru tau. Bahkan, entah saking keselnya, dia ninggalin aku gitu aja. Hunting bukunya jadi makin ga asik. Aku minta maaf, dan aku benar-benar merasa bersalah. Aku takut dianggap terlalu basa-basi kalau harus merangkai banyak alasan, aku cuma bisa bilang "sorry Desi" setulus mungkin.
***
"Halo..."
Di seberang sana aku mendengar nada gusar dalam nafas ibu. Oh, apakah Mas Bahri ngadu?! Atau ada masalah apa lagi?!
"Rani... Kamu kemanain uang yang selalu ibu sama ayah kirim ke kamu????"
"Apa kamu ga bisa belanja bahan makanan selain mie dan telor???"
"Kalau memang kamu ngerasa gabisa masak, kamu tau, kamu bisa telfon ibu kapan pun kamu butuh"
"Kita ini numpang sama Mas Bahri. Apa kamu lupa sopan santun?!"
Bingung harus jawab apa. Aku diem aja. Kalau aku bilang, aku juga beli ayam dan kadang-kadang udang. Apakah itu terlalu membela diri? Apakah itu bisa diterima? Aku merasa, apapun yang ku jelaskan udah percuma. Karena aku dituduh sebaliknya. Walaupun sudah kubilang padamu, aku memang cukup sering masak indomie dan telor, tapi ini ga setiap hari juga. Gimana caraku buat bilang hal ini? Aku kehilangan kalimat yang memang tak pernah berhasil aku rangkai.
"Hari ini kamu masak apa?"
Akhirnya aku sadar aku masih tersambung sama ibu.
"Ga masak bu"
"Hari ini makan di luar, tadi pagi sekalian ke car free day"
Ibu menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan berat. Ia mengakhiri telfon dengan nasihat aku harus lebih berhati-hati di rumah orang. Dan tentu saja, ibu juga bilang, aku ga boleh malas. Aku hanya mengiyakan.
What a day?
Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menahan air mataku. Rasanya lelah sekali. Aku ingin menangis karena benar-benar merasa lelah. Lelah atas semua himpitan yang tak bisa ku mengerti kenapa semua itu terjadi?
Orang-orang selalu bilang, segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Tentu saja, tapi apa hikmahnya? Bagaimana aku harus menyikapi semua ini? Berubah? Oh biar kuberi tau, jangan mempercayaiku jika kubilang ingin berubah menjadi lebih baik.
Aku sengaja ambil rute angkot yang sedikit memutar. Aku gamau cepet sampai. Aku malas ketemu orang-orang. Lelah dengan semua pikiran yang berputar-putar di kepalaku, ku pasang headset dan memutar playlist lagu yang tidak ku mengerti. Entah lagu dari mana saja. Aku ambil random di playlist mp3 hp-ku. Aku sedang berusaha memaksa otakku untuk berhenti memikirkan hal-hal memusingkan. Ayo cerna lagu itu. Hapalin kalo bisa.
***
Hari ini rasanya terlalu muram untuk dilewatin. Aku memaksakan satu senyum dan aku merasa sedikit membaik. Aku perhatiin kayaknya tidak ada orang di rumah. Aku dan Mas Bahri sama-sama pegang kunci. Mungkin mereka belum pulang.
Tadi pagi, setelah pulang, mereka mandi terus Mas Bahri ngajak Rosi ke Mall Paragon untuk cari makan sama nonton. Saat mereka pergi, aku masih pura-pura tidur. Sesaat aku agak bersyukur mereka belum pulang. Mungkin nanti di dalam aku bisa nangis sebentar? Ah jangan lah. Ngapain?
"Lapar sekaliiii"
Aku teringat, hari ini aku belum makan apapun. Aku ke dapur, makan sereal, cuci muka, gosok gigi, lalu tidur.
Memang aku perginya ga lama, ga sampe 1 jam malahan. Itu juga kebanyakan di jalan. Ke Solo Baru emang agak lumayan jauh. Tapi entah kenapa aku rasanya capek luar biasa. Kayak abis nguli bangun gedung pencakar langit aja. Gak butuh waktu lama, aku tertidur.
***
23.10
Tring...
"Hei Rani, Maaf juga ya. Aku hari ini marah berlebihan sama kamu."
***
Pagi-pagi buta aku sudah bangun. Aku lihat Rosi tidur di ranjang samping. Aku memang sekamar sama Rosi. Sekarang masih jam setengah 4 pagi, tapi aku sudah gabisa tidur. Mungkin juga karena aku tidur terlalu cepat.
"Hai Desi, gapapa. Aku juga yang salah. Thanks ya udah maafin."
Aku ga berharap dibalas. Pasti dia masih tidur.
Tring..
"Rani baca deh, aku lagi lembur nih, pagi ini ada lomba nulis cerpen. Batas pengirimannya jam 10 nanti.."
Aku buka tautan yang Bunga kirim. Dia nulis sebuah kisah cinta. Emm tunggu deh, karakater cowoknya kayak ga asing.
"Aku udah baca. Nice story. Kisah nyata?"
"Yes..."
"Wow aku mencium bau-bau gosip nih.."
Kita ber-hahahihi sampai ga kerasa udah adzan subuh. Kita berhenti chatting dan bersiap mau sholat. Lagian aku harus siapin Rosi sekolah. Mulai hari ini Mas Bahri bakalan balik ke radio. Aku pikir dia akan di rumah aja sampai sore. Biasanya kalau ga ada kuliah, Mas Bahri ke radio sekitar jam 5 sore atau paling cepet juga jam 3.
Selesai setrika ulang baju Rosi karena ada garis-garis bekas lipetan. Aku masak air hangat buat Rosi mandi. Dia memang lebih suka mandi pake air hangat. Aku liat kotak sereal udah kosong. Ah sarapan apa hari ini?
Aku bangunin Rosi saat air hangat siap. Di luar aku mendengar tukang roti. Syukurlah, mungkin roti tawar sama selai coklat kacang enak juga.
"Rani, baju kemeja ku yang warna biru dimana?"
Dari dapur aku dengar suara Mas Bahri. Ah! Kalau tidak salah belum ku, cuci. Kebetulan hari minggu kemarin aku sibuk gogoleran di kamar. Aku lihat ke keranjang cucian. Bener aja, bajunya ada di sana.
"Mana??"
Kaget karena tiba tiba Mas Bahri udah nongol di pintu dapur.
"Belom dicuci Mas"
Takut-takut aku menjawab Mas Bahri. Dia cuma tarik nafas dan kembali ke kamarnya. Sambil nungguin Rosi selesai mandi. Mas Bahri ke dapur sambil bawa kantong gede. Tiba-tiba dia udah masukin semua baju ke kantong itu. Ga berani komen apapun, aku bikin roti tawar oles saus coklat kacang dan teh hangat 3 porsi.
"Rosi, hari ini berangkatnya dianter Mas Bahri ya naik motor"
"Yeaaayyy.. okay Mas Bahri"
Terdengar Rosi bersorak dari dalam kamar.
Aku masuk ke kamar sambil bawa 2 porsi roti dan teh hangat. Rosi udah selesai berpakaian dan sedang memeriksa buku-buku yang harus di bawa hari ini.
"Sarapan dulu Rosi.."
Aku makan roti bagianku. Aku kelaparan setelah puasa seharian kemarin
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments