Bagian Empat

Hanya Satu Kekurangan

Seluruh penonton dan kru makin sunyi senyap. Menahan napas, persis seperti saat menunggu nomor undian doorprize yang diumumkan presenter secara perlahan-lahan dan terputus-putus. Banyak di antaranya yang membekap kuat mulutnya masing-masing dengan kedua tangannya. Agar tak terbawa histeris saat hal yang mengejurkan itu datang.

"Tapi apa, Jovaaaaaan?" Angel mulai tak sabar.

Jovan bangkit dari duduknya. Berdiri dengan pandangan tetap tertuju pada kedua manik indah siswa yang sudah setahun terkahir ini ngotot dalam pengejaran cintanya. Bahkan telah masuk kategori ngotot stadium delapan.

"Tapi,  maaf gua gak ngerasa tersanjung! Dan gak butuh sanjungan lu, paham!" tegas Jovan dengan intonasi ujung yang dibentakkan.

“Oh ya?” Angel sedikit memajukan badannya.

“Ya!” tegas Jovan.

Dua siswa beda kelas itu, berdiri hadapan-hadapan dengan jarak yang hampir rapat. Keduanya saling tatap dengan sinar mata penuh kebencian.  Mereka pun dalam posisi siap siaga menyerang atau menangkis jika salah seorang menyerang lebih dulu.

"Oke, gue terima dengan senang hati!" Suara Angel tiba-tiba sedikit melunak dan pasrah, “tapi, tolong jelasin. Apa kekurangan gue? hingga lo gak pernah mau nerima cinta gue!" tantang Angel seraya kembali berkacak pinggang.

"Beneran, lu mau tahu?" Jovan balas menantang.

"Yes!" bentak Angel.

Ruangan kelas 12 IPA-3 kembali senyap. Deru napas Angel dan Jovan bahkan terdengar dengan sangat jelas oleh beberapa penonton yang terdekat. Termasuk cameraman yang sibuk melakukan zoom on dan zoom in pada wajah kedua aktor dadakan yang sedang sengit beradu akting..

Semua mata kembali tak berkedip. Semua telinga terpasang sempurna. Dan semua orang tak rela kehilangan sedetik pun moments paling menegangkan  dari seluruh rangkaian drama pengejaran cinta yang selama ini diperankan artis kawakan versi Garuda,  Angel Cheria Vasty yang didukung segudang barisan pemeran pembantu dan piguran lainnya.

‘Sepertinya ini akan menjadi antiklimaks yang ciamik,” terka hati salah seorang kru pengatur gaya dari stasiun televisi yang matanya terus ditahan agar tak berkedip.

“Seru juga ya, Bu! Gak nyangka Jovan bisa berakting sekeren ini.” Bu Aida berbisik pelan pada Bu Hilda, sesama  guru Bahasa Inggris untuk kelas sepuluh dan kelas dua belas.

"Iya, padahal Angel sama Jovan, buka kelas akting aja ya, Bu." timpal Bu Amira dengan bisakan pula.

"Sebenarnya, kekurangan lu gak banyak, Gel. Cuma satu," ucap Jovan perlahan dengan telunjuk yang mengacung.

Ucapan dan action Jovan yang slow motion, kian membuat semua orang penasaran dan harap harap cemas, tidak terkecuali Angel.

"Apa Jovan? sebutin dong kalau cuma satu. Gak usah berbelit-belit. Sok ikut-ikutan drama segala!" Emosi Angel mulai tersulut kembali.

“Oke gua kasih tahu, tapi lu jangan mewek ya!” Jovan kembali bicara penuh misteri.

“Oh my God!” Angel menarik napas panjang seraya memutar bola matanya yang jengah.

“Cepetan sebutin Jovan! Apa kekurangan gue?” perintah Angel dalam bentakan yang kembali melengking.

Namun sang Arjuna berdarah Sunda-Arab dengan postur tubuh yang tegap dan memiliki nilai kegantengan yang sudah membumi di SMA Garuda itu, hanya tersenyum dan mencibir dengan gaya cool-nya. Gaya yang selalu sukses membuat para ciwi-ciwi seangkatan dan adik kelasnya histeris sampai tak sadar gigit-gigit buku dan pulpen saking gemasnya.

Brak!

Brak!

Brak!

Tiga pukulan bertubi-tubi pada meja kembali dilakukan Angel. Walau tidak sekeras dua pukulan sebelumnya.

“Cepetan Jojo! durasi nih durasi! Apa susahnya sih lu nyebutin kekurangan gue?” Angel mengingatkan sekaligus mengulang pertanyaanya.

"Hanya satu kekurangan lu.” Mata Jovan makin tajam menatap mata indah Angel.

“Iya apa, Jojo yang satu itu? Oh my ghost! Kenapa sih lo jadi cowok ngeselin banget, Jo?” Angel mulai habis kesabarannya.

“Kekurangan lu hanya satu. yaout lu kurang miskin." Jovan menjawab dengan intonasi kalem namun menekankan suaranya pada kalimat ‘kurang miskin’

Seketika semua penonton terperanjat. Namun, mereka tetap menahan diri agar tak bersuara. Beberapa siswi yang biasanya paling berisik dan cerewet, makin kuat membekap mulut dengan kedua telapak tangannya. Tentu saja mata mereka pun melotot.

"What?" Angel memiringkan kepala. Memastikan jika yang baru keluar dari mulut Jovan, tidak salah.

"Lu gak salah ngomong kan, Jo?" Pertanyaan Angel kembali melunak.

"Gak!" balas Jovan tegas. "mungkin karena lu terlalu kaya, hingga attitude lu, jongkok!" Suara Jovan sedikit bergetar. Menahan amarah yang masih tersisa dalam dadanya.

"Maksud lu apa?" Angel mendekatkan wajah sangarnya ke wajah kalem Jovan, "Gue kurang miskin? kurang kaya, kali!” Angel mengkoreksi ucapan Jovan dengan nada keras.

Jovan tak menjawab. Dalam hatinya sedikit terkekeh.

“Jadi, untuk bisa nerima cinta gue, lo minta dibayar, gitu?” Angel kembali bertanya, “Oke, sebutin berapa gue mesti ngebeli cinta lo?" lanjut Angel penuh percaya diri.

Jovan melongo. Lalu menggelengkan kepala. 'Ni, cewek dulunya juara kelas, tapi kenapa sekarang IQ-nya ikut-ikutan jongkok, kaya attiteudenya' tanya batinnya.

"Denger ya..., Angel cantik..." Jovan bersuara lembut. Sudut matanya sekilas menatap seseorang yang tergabung dalam kerumunan penonton samping kanan. setekah mendapat anggukan persetujuan dari seseorang itu, Jovan kembali menatap Angel.

"Angel, lu itu terlalu kaya dan kita gak selevel. Gua hanya anak pedagang sederhana, sedangkan lu, anak saudagar kaya. Gua lebih pantas jadi jongos lu bukan pacar lu..." lanjut Jovan dengan intonasi pelan namun terdengar jelas oleh semua orang dalam ruangan kelas.

"Wooow! pedaaaaas!"

Sejumlah siswa di barisan belakang berseru kompak. Reaksi spontan atau mungkin atas arahan dari kru yang bertugas di sana. Dan memang koor seperti itu hampir telah menjadi koor kebangsaan SMA Garuda.

Ruangan kelas seketika riuh rendah. Ada tawa, cibiran, siulan bhakan sorak sorai yang memekakkan telinga. Entah mendukung siapa.

"DIAM!" Angel berteriak lantang.

Kepalanya mendongak, hingga rambut lurusnya tergerai indah laksana gadis sampo. Sebelah tangan mengacung ke udara, sementara satunya lagi berkacak pinggang.  Selebrasi yang sangat klise dan khas dari para cheers leader yang menutup aksinya.

Semua orang mendadak terdiam. Keadaan kelas kembali hening. Wajah serta sorot mata Angel meningkat 12.54 % horornya. Menghujam tajam penuh amarah, menelanjangi wajah teduh Jovan.

'Ini sih, namanya cantik cantik beruang kutub. Si Angel kenapa jadi nyeremin gini ya? Salah makan obat kali ni anak!’ bisik Jovan dalam hati. Badannya sedikit bergidik, ngeri-ngeri sedap.

"Heh, cowok kampungan!" sergah Angel dengan suara berat. Persis dubbing film-film kolosal dan sinetron zaman old. "Liatin aja! gue bakal bikin lo nyesel seumur hidup. Karena, udah menghina gue kek gini!" geramnya seperti Nyi Kuntil dalam serial Cintaku ditolak Si Pitung.

"Oh ya?" Jovan memasang ekspresi kaget dan takut namun dengan sedikit sapuan senyum manis nan mengejek. Alih-alih menakutkan, justru keimutannya menimbulkan gemas yang tak tertahankan unutk para siswi yang selalu menantikan ekspresi Jovan yang satu itu. Orang ganteng mah bebas, bahkan mencibirnya pun sangat dinantikan.

"Jangan sebut gue Angel, kalau gak bisa bikin lo jomblo abadi di sekolah ini!" balas Angel dengan suara yang masih menggeram bak seekor singa betina yang mendapati seekor kelinci yang pasrah di hutan belantara.

"E.G.P!" Jovan mengeja dan mencibir. Matanya sekilas memandang seorang siswi tanpa kerudung yang kembali  mangangguk. Pertanda bahagia dan mendukung sepenuhnya semua tindakan dan perkataan sang aktor dadakan.

‘Gimana Jojo mo jomblo, nah gue ini dianggap apa? hihihihi.’ Siswi yang manggut-manggut itu membatin seraya menunduk dan menutup mulutnya menahan geli.

"Jovan! tunggu aja! Lo bakal kaget dan gak percaya dengan apa yang gue perbuat!” Angel kembali menaikan nada suaranya. Kedua tanggnya pun kembali berkacak. “dasar cowok kampungan! Sok kegantengan lo!" ancamnya dengan intonasi yang nyaris tak terdengar. Namun Jovan dan beberapa orang yang terdekat, mampu mendengar dengan jelas kata demi kata yang keluar dari mulut Angel itu.

"Up to you!" balas Jovan dengan setengah berbisik pula, sesaat sebelum Angel beranjak meninggalkan kelas yang diikuti hampir seluruh tim pendukungnya.

Sorakan dan teriakan tak jelas, kembali membahana mengiring kepergian sang selebriti dadakan.

‘Hadeuh soulmate gue, kenapa jadi barbar gini, ya. Jangan-jangan diracuni si Alfin? Dasar bedebah lu, Fin!’ Jovan masih sempat membatin.

Acara pun berakhir. Semua penonton bubar dengan perasaan kecewa. Mereka masih belum bisa membedakan secara kasat mata, antara protagonis dan antagonis sejati.

Dan yang pasti, kedua belah pihak sama-sama menanggung malu.

Jovan bahkan tak berani keluar kelas saat istirahat tiba. Apalagi ke kantin, karena sudah bisa dibayangkan bertapa sibuknya dia melayani para fans yang berebut minta tanda tangan.

 

Bersambung -  “Ending Yang Berbeda”

 

 

Terpopuler

Comments

W@rd@h

W@rd@h

yang diliatin Jovan siapa sih,,penasaran guenya🤔🤔🤔

2020-11-07

0

Jo Whylant

Jo Whylant

Ciwi-ciwi sampai gigit pulpen sama buku haha.
Kek ketemu aku aja ya..

2020-05-29

1

penikmatkopi

penikmatkopi

Jongosss wkwkkwwkkwkw kesian amat jo

2020-05-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!