Kanker Otak.

"Kak Putra sakit apa?" Linda memandang iba kepada anaknya sebut.

"Putra sakit kanker otak stadium akhir," ujar Atala meremas rambutnya.

Linda terdiam mendengarkannya kakinya terasa lemas, tak mampu menopang berat tubuhnya. Linda memilih berjongkok di samping tempat tidur putra yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Linda menutup mulutnya menahan tangis yang akan keluar.

Atala juga melakukan hal yang sama, laki laki itu bersender di dinding rumah sakit sembari memandangi anaknya yang terbaring lemah. Rasanya semua dunianya hancur, terlebih ketika guru Putra menyampaikan duka citanya, bahwa anaknya kemungkinan hanya bertahan beberapa bulan lagi. Atala benar benar terpuruk.

Atala segera mengambil ponselnya hendak menelfon istrinya, setidaknya mungkin ini mengembalikan kesadaran istrinya. Atala keluar sebentar dari ruang rawat inap anaknya menelfon istrinya, namun kembali tak di angkat. Atala tak putus asa, laki laki itu kembali menefon Yanti namun pada akhirnya panggilannya di putus. Atala masih tidak mau menyerah kemudian mengirimkan pesan kepada Yanti.

📨Kau di mana? Putra masuk ke rumah sakit. Kalau kau membaca pesan ini datang lah ke rumah sakit xxx

Pesannya terkirm kini tergantung Yanti yang mau membukanya tau tidak. Atala kembali masuk ke dalam ruangan anaknya, melihat Linda masih di posisi yang sama, dengan mengusap air matanya. Atala menghampirinya, laki laki itu mensejajarkan tubuhnya menghadap ke arah Linda.

"Sudah ya jangan sedih lagi, nanti kalau Putra melihatnya menjadi lebih sedih. Kalau kita di hadapannya kita harus terlihat ceria, bahagia dan jangan menampakkan kesedihan. Biar dia memiliki semangat yang tinggi untuk sembuh, biar Putra kita tidak sedih dan semakin terpuruk.

"Iya kak," Linda mengangguk mengerti, sekalipun Putra bukan anaknya, namun Linda sangat menyayangi Linda.

"Emh..." Atala dan Linda serentak memandang ke arah bangker Putra mereka serentak berdiri dengan Atala menghapus sisa air mata Linda.

"Sayang..." Linda tersenyum ke arah Putra, membuat anak itu ikut tersenyum.

"Putra kenapa ya tante, pa?" Putra memandang keduanya dengan wajah lesu, dan tampak lemah.

"Kamu tidak apa apa kok, hanya kelelahan. Makanya jangan banyak main, biar lebih sehat," ujar Atala membuat Linda tersenyum. "Kamu mau apa sayang? Biar papa belikan, kebetulan papa hendak keluar, ada yang ingin papa urus sebentar."

"Hm..." Putra hanya menggeleng lemah. "Papa cepat pulang aja ya."

"Iya sayang," Atala mengecup lembut kening Putra. "Linda tolong jagain ya."

"Iya kak, tenang saja," ujar Linda tersenyum meyakinkan ke arah Atala.

Atala keluar menyisahkan Linda dan Putra. Linda segera mengambil tempat duduk yang tersedia kemudian mulai menggenggam tangan Putra. "Sayang mau apa sekarang?" Linda menahan tangisnya ketika melihat wajah lemah Putra, yang biasanya terlihat sangat bersemangat.

"Tante nangis ya?" Putra yang peka segera mengulurkan tangan lemahnya ke arah Linda. "Tante kenapa nangis? Putra buat tante sedih ya?"

Linda segera menggenggam tangan putra yang menghapus air matanya, kini ia kembali tak dapat menghapus air matanya. Linda menggeleng mengecup tangan Putra. "Tante senang ternyata Putra tidak apa apa, tante tadi sudah berfikir yang tidak tidak. Makanya tante sangat bahagia ketika dokter bilang Putranya tante ini cuman kelelahan, cuman harus di istirahat," ujar Linda mengecup tangan Putra berkali kali.

"Kalau istirahat nanti Putra belajarnya gimana?"

"Putra, kan tante nanti di rumah aja, tante sudah libur, jadi tante bisa bantu Putra belajar. Tante Nisa juga bakal ngajarin Putra kok," ujar Linda tersenyum menatap Putra.

Tiba tiba Linda teringat Anisa, pasti sahabatnya itu tak tahu jika keponakannya masuk ke rumah sakit, Linda juga tak ingin konsentrasi sahabatnya terpecah ketika sedang bimbingan. Linda kemudian melirik ponselnya, dan melihat panggilan telfon dari sahabatnya.

"Halo," Linda berusaha menahan tangisnya agar tak kembali pecah. Katakanlah dirinya cengeng, namun Linda juga tak dapat membayangkan jika dirinya yang ada di posisi putra dengan di vonis kanker otak stadium akhir, terlebih dokter juga mengatakan bahwa Putra kemungkinan hanya mampu bertahan beberapa bulan lagi.

"Halo Lin kamu di mana? Aku udah pulang, kata teman kamu tadi kamu udah pulang setelah selesai ujian, Tapi kok kamu ga ada di rumah," Anisa bertanya dari ujung sana.

"Aku di rumah sakit xxx, kamu tolong bawain baju aku ya, aku berangkat dari rumah sakit nanti sore ke tempat kerja, kebetulan ga jauh, cuman lima menit kalau jalan kaki," ujar Linda terus menggenggam tangan Putra.

"Siapa yang sakit Lin?" Anisa terdengar panik di ujung sana.

"Putra Nis, datang aja ke sini ya, nanti aku ceritain," ujar Linda tak ingin bercerita di hadapan Putra.

"Iya aku ke sana, sekalian bawa baju kamu ya," ujar Anisa segera mematikan sambungan telfonnya.

......................

Sementara itu di tempat lain, Atala tengah melajukan mobilnya ke tempat dirinya tadi memergoki istrinya dengan kekasihnya. Namun setelah sampai tampak mereka tak di sana. Atala menghela nafasnya, kemudian membawa mobil mereka ke dalam apartemen.

Atala lagi lagi menghela nafasnya kasar, karena lagi lagi gak menemukan istrinya di sana. "Semoga setelah ini kamu sadar Yan. Anak kita tengah mempertaruhkan nyawanya saat ini," gumam Atala segera mengambil beberapa pakaiannya, dirinya juga membersihkan diri dan mengenakan jas hitam miliknya. Atala bersiap untuk me Kantor meminta izin bahwa dirinya tak bisa pergi keluar negri, pasalnya anaknya sedang sakit.

Atala mengemudikan mobilnya ke arah perusahaan, dan memarkirkan mobilnya di sana. Beberapa wanita berbisik melihat ketampanan Atala yang memang sangat mempesona. Atala segera menuju ruang CEO mereka.

"Permisi, pak El di dalam?" Atala segera bertanya kepada sekertaris El Barack.

"Bapak sedang di luar, namun tuan Chris di dalam, anda ingin menemuinya?" sekertaris tersebut tersenyum ke arah Atala.

"Iya aku ingin bertemu dengan tuan Chris," ujar Atala. Jika tidak bertemu dengan CEO mereka, maka ia akan menemui ayah dari CEO mereka saja. Atala yakin sebagai seorang ayah tuan Chris pasti akan mengerti akan posisinya.

"Silahkan masuk tuan," ujar sekertaris tersebut.

"Terimakasih," Atala segera masuk dan tersenyum hormat kepada tuan Chris. "Selamat siang tuan," ujar Atala.

"Siang, ah kau pasti Atala, salah satu staf yang sangat berbakat dari perusahaan ini, aku senang bertemu dengan mu," sapa tuan Chris tersenyum hangat. "Ada apa? Apa ada sesuatu yang mendesak?"

"Terimakasih sebelumnya atas pujian tuan, namun saya ingin meminta keringanan," ujar Atala memandang tuan Chris dengan tatapan memohon.

"Ada apa? Jika ada sesuatu yang bisa aku bantu, aku akan membantu mu," ujar tuan Chris merasa iba.

"Anak ku masuk ke rumah sakit tadi pagi, dokter memvonisnya kanker otak stadium emoat, Sementara dokter mengatakan bahwa hidupnya kemungkinan hanya bertahan selama beberapa bulan kedepan. Bisa kah saya meminta agar kepergian saya keluar negri di batalkan? Saya sangat mengkhawatirkan putra saya, saya telah kehilangan banyak momen selama ini dengannya."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LIAT AZA, NNTI YANTI PSTI DI CAMPAKKN OLEH BARAK SETELAH LAKI2 ITU PUAS,,

ATALA CERAIKN SAJA SI YANTI ISTRI MATRE PEZINAH, KYK SI WENI MMA NYA DOKTER JUWITA NI KLAKUAN YANTI....
ATALA NIKAH SAJA MA LINDA.. LO SAMA2 BLASTERAN, SAMA2, YATIM PIATU..

2022-11-15

0

Grande

Grande

sabar Atala

2022-02-21

1

Ika Sartika

Ika Sartika

😢😢😢

2022-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!