"Memangnya tidak apa-apa kau masuk kelas hari ini?" tanya Sheila. "Lukamu belum sembuh benar."
"Cuma ada bekas cakaran biasa, tenang saja," sahutku sambil mengenakan jubah. Pagi hari setelah kemarin aku terkena serangan dari Adolf, badanku belum pulih sepenuhnya, tapi syukurlah—rasa nyeri sudah hilang. Aku lumayan bisa bergerak bebas.
Derit pintu yang dibuka oleh Fiora sukses memutus percakapan kami. Sambil memasang raut bosan, ia mengingatkan, "Tidak perlu secemas itu, Sheila. Varrel sehat, kok. Ayo berangkat."
Aku mengangkat bahu, memberi gestur 'begitulah' kepada Sheila yang terkekeh malu.
Aku dan Sheila pun segera keluar kamar, sedangkan kuncinya dipegang oleh Fiora. Kami terpisah di perjalanan menuju kelas masing-masing. Fiora dan aku menuju ke kelas telekinesis sementara Sheila pergi ke kelas matematika.
Kalian tahu telekinesis? Kemampuan untuk menggerakan benda mati dengan kekuatan pikiran. Kendati penyihir diwajibkan agar menguasai telekinesis sebagai dasar, manusia tergolong lebih mudah melakukannya ketimbang makhluk manapun. Pikiran mereka jauh lebih mudah untuk fokus.
Aku dan Fiora sudah mencapai setengah perjalanan ketika kurasakan seseorang mencengkram pergelangan tanganku. Menoleh, aku tersentak melihat siapa yang ada di belakang: World Eater. Cepat-cepat aku menarik tanganku dari cengkraman entah siapa salah satu anggota mereka
"Mau apa kau?" Fiora bertanya. Tangannya berpendar kemerahan.
"Jangan sok jadi pahlawan." Suara lembut mematikan milik Nicole terdengar merendahkan Fiora. Lalu, ia melirikku. "Kemarin kau diserang oleh Adolf, ya? Kenapa lama sekali pulihnya? Kalau aku mungkin bisa pulih dalam waktu—"
"Terserah!" potongku kesal. "Aku tidak mau tahu perbandingan kekuatan kita. Jangan repot-repot."
Salah satu anggota World Eater lain menatapku tajam. "Berhentilah menggoda Zack."
"Kau cuma anak baru. Tidak tahu apa-apa," timpal gadis yang kukenal kemarin bernama Claire.
Aku menggeram pelan. Sejak kapan Zack ada kaitannya? "Dia tidak jadi topik. Sudahlah, urus hidupmu sendiri. Oh, apakah kehidupanku terlalu menarik sampai kalian tertarik mengurusnya?"
Fiora menarikku menjauh dari geng itu. Namun, aku merasa ada yang menahan kakiku. Perasaanku tak salah, sebab ada deretan tangan berwarna biru pucat muncul dari permukaan lantai, mencengkram kakiku begitu keras. Aku nyaris saja terjungkal Fiora luput memegangiku.
"Aku belum selesai bicara," tegur Nicole sambil berkacak pinggang. "Jangan coba-coba menentang kami, anak baru."
Fiora melepaskan sihirnya ke arah deretan tangan itu. Mereka musnah dalam sekejap. "Jangan dengarkan mereka, ayo," ajaknya.
Aku mengangguk. Tapi kelihatannya World Eater kelihatan ingin sekali berbicara padaku lagi. Apa, sih, yang mereka inginkan?
Claire dan satu orang anggota World Eater lain, yang kudengar bernama Marie, berlari maju dan segera menahan kedua lenganku. Pemberontakkanku percuma, sebab mereka sama keras kepalanya.
Nicole tiba-tiba sudah berada di hadapanku. Telapaknya memancarkan cahaya keunguan yang menyilaukan ... dan ia mengarahkannya kepadaku. "Kau harus mencoba mileum." Ia menyeringai lebar. "Cocok untuk orang yang disebut-sebut punya kekuatan besar sepertimu."
Aku menelan ludah. Mileum merupakan sihir sederhana bagi penyihir level delapan ke atas. Namun, kekuatan yang dihasilkannya cukup setara dengan granat. Nicole akan bahagia sekali kalau aku kena mileum dan mati mengenaskan. Hore. Hidup World Eater dan semua pengikutnya.
Sayang sekali, aku tidak mau mati. Tidak sekarang. Tidak karena ini. Aku kembali memberontak sampai lenganku sempat lepas dari cengkraman Claire dan Marie. Mereka dengan cepat mendapat bantuan dari kedua antek-anteknya yang lain untuk memegangiku, mendorongku makin gencar melepaskan diri. Perutku bergejolak. Aku merasa aneh. Aku merasa ... kuat. Kuat yang berbahaya.
"Fiora, lari!" Mengikuti insting, aku berseru.
"Apa? Aku tidak akan meninggalkanmu."
"Lari saja! Jangan panggil siapa pun ke sini!" seruku lagi, membantah protesnya. Aura hitam perlahan muncul dari tangan dan kepalaku. Anggota World Eater serta merta melepaskanku begitu saja, mereka tampak kepanasan setelahnya.
Aku bersyukur karena bersamaan dengan itu, Fiora berlari dan tidak berbalik lagi.
***
... Aneh.
Pandanganku mengabur, tapi aku tetap mampu menangkap air muka ketakutan di wajah setiap anggota World Eater.
Siapa di sana? Apa itu aku?
Aku menelan ludah. Itu Varrelisa Arianel dalam versi yang berbeda, dengan tanduk, pentagram, dan segalanya yang terbuat dari mimpi buruk.
Kulitnya memucat tak manusiawi. Rambut panjangnya yang semula hitam berubah abu-abu dan melayang di udara. Sepasang tanduk kecil mencuat di kepalanya. Simbol pentagram muncul membakar dahinya.
Kudengar jeritan Nicole: "Mundur!"
Varrelisa yang Lain menatap bengis ke arahnya seraya mengumpulkan energi hitam di satu tangan. Aku belum pernah melihat sihir semacam itu, energi yang memancarkan aura kesedihan dan ratapan teramat keras, membuatku ingin mati sekarang juga.
Kulihat Varrel yang Lain mengangkat tangan ke atas. Energi itu meledak, melempar Nicole serta teman-temannya sampai menghantam dinding. Ia mengaduh kencang. Ketakutan bercampur kesakitan mencoreng wajah cantiknya. "Varrel, hentikan!"
Itu belum cukup. Varrel yang Lain melempar suatu energi pada mereka. Energi hitam pekat yang bersinar oleh kekuatan yang terasa keji. Akibatnya, tubuh kesemua dari mereka menghantam dinding begitu keras, secara bersamaan.
"Varrel!" Seseorang memanggil. Aku mendapati diriku sedang menoleh. Hadirlah Zack, berdiri dua meter di belakangku. Lensa matanya berubah jadi api yang sedang berkobar, pertanda bahwa dia sedang menggunakan vectors.
"Aku memerintahmu untuk berhenti! Hentikan sihir hitammu!" seru Zack. Lalu, ajaibnya aku merasa aku sudah kembali ke tubuhku.
Letih sekali. Padahal, aku yakin bukan aku yang telah melakukan sihir macam-macam kepada Nicole dan yang lain. Aku terjatuh tepat di tangkapan Zack.
"Kenapa aku melakukan itu pada mereka?" tanyaku pelan.
"Kau tidak sadar?" Zack balas bertanya sambil mengelap peluh. "Bukan kau yang melakukannya?"
Aku menggeleng, mencoba menjawab jujur, "Aku merasa sedang menonton diriku melakukan itu. Barulah setelah vectors diaktifkan, aku kembali lagi ke dalam diriku sendiri."
"Tandanya sihir hitam ingin mengambil alih ragamu," gumam Zack. Sekilas, aku menangkap kepanikan di nada suaranya.
Zack menunduk. Mengisyaratkan agar aku naik ke punggungnya. Kelelahan, aku menurut saja, membiarkannya memapahku di punggung. "Sebaiknya kau membantu Nicole dan teman-temannya. Aku nggak bisa berhenti merasa bersalah," ujarku.
"Salah mereka sendiri," tukas Zack, tanpa disadari ia mendengus. "Kenapa mereka membuat pemilik sihir hitam marah?"
Aku terkekeh. "Jadi, kau mau membawaku ke mana?"
"Ruang Pak Gurdyn, kau bisa meminta penjelasan padanya soal hal ini. Ayo ke sana sebelum sarapan bersama dimulai."
***
Ekspresi Pak Gurdyn sama sekali tak membuatku senang. Ia terlalu serius ketika mendengar penjelasanku. Usai mengakhiri ceritaku, tangannya beralih mengusap-usap janggutnya, berpikir. "Jadi kau merasa sedang menonton, ya?"
Aku mengangguk.
"Syukurlah Zack ada di sana," katanya lega. "Kalau tidak, kau bisa-bisa menghancurkan asrama ini mengingat energi tersebut baru tergolong kecil dalam ukuran sihir hitam. Kalau sudah sangat besar, mungkin dunia yang hancur."
Ia mengatakannya seolah aku berkesempatan melakukan hal tersebut, dan itu membuatku ngeri setengah mati. "Makasih, Zack," ucapku setulus mungkin sebelum berpaling kepada Pak Gurdyn. "Tapi, Pak, apa tandanya aku bisa berubah kapan saja dan dimana saja? Bukankah itu gawat?"
Pak Gurdyn mengembuskan napas panjang, lantas mengangguk mengiyakan. "Tenang saja, aku tak akan menyerah terhadapmu, toh ini kali ke-27 Asrama Xylone mendapat murid pemilik sihir hitam."
Aku mengerjap. "Apa solusinya?"
"Kau akan ditempatkan di kelas khusus guna mempelajari kemampuanmu sendiri." Pak Gurdyn memutuskan.
"Aku menerimanya!" jawabku cepat-cepat. "Kapan aku mulai belajar?"
"Sekarang," sahut Pak Gurdyn tak kalah cepat.
Senyumku mengembang lebar. "Terima kasih, Pak. Di mana kelasnya?" tanyaku tak sabar. "Wali kelasnya? Pelajarannya?"
Pak Gurdyn berdeham. "Sebelum itu." Ia kemudian melirik Zack, yang hampir sepanjang waktu tak terlibat percakapan kami. "Zack, apakah kau bisa menjaga sihir hitam agar tetap dalam kendali Varrelisa?"[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Barakuda Rujakcingur Karetdua~
next thorr
2022-01-25
0