Bab 5 "MY FIRST"

Adel POV

Setelah selesai mandi, aku mengambil hair dryer yang ada di laci terbawah lemari pakaianku.

Aku rasa rambutku sudah kering, dan aku mulai bersiap-siap untuk pergi bekerja. Malam ini aku tidak boleh bolos lagi.

Meskipun aku orang yang berkecukupan, tapi aku tidak ingin membebani orang tuaku di Perancis.

Aku melihat foto family yang tergantung di atas tempat tidurku.

Aku sangat merindukan mereka, karena liburan semester kemarin aku tidak sempat pulang kerumah.

'Lebih baik, aku menelpon mereka.'

Aku mengambil ponselku dan mencari kontak ayahku, lalu menghubunginya.

"Allò."

"Allò Papa."

"Ada apa nak? Tumben kau menghubungi kami jam segini? Apa kau sedang free? Apa kau sudah makan, dan bagaimana kuliahmu? Apa baik-baik saja?"

Rasanya aku tidak kuat menahan airmata ini lagi. Aku sangat merindukan suara ayah.

"Aku merindukan kalian." Jawabku dengan suara sedikit sengau.

"Adel? Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau menangis?"

Kini ibu yang menjawab telfonku dari seberang sana.

"Tidak, aku hanya sedikit flu."

"Apa kau sudah minum obat? Dan jangan lupa makan. Kau selalu saja, tidak memperhatikan kesehatanmu."

Aku rindu dengan omelan ibuku. Yah, meskipun banyak orang yang tidak suka dimarahi, tapi aku sangat senang sekali mendengar omelan darinya.

"...."

 

Tidak terasa sudah satu jam aku bertelfonan dengan orang tuaku.

Aku segera keluar dari apartemen, dan menuju restaurant tempatku berkerja.

Aku melihat ke langit malam dan talapak tanganku menampung rintikkan air hujan yang belum terlalu deras ini.

Aku rasa sebentar lagi hujan, dan aku lupa membawa payung.

Sepertinya tidak mungkin aku pulang kembali, karena jarak dari sini ke apartemen yang lumayan jauh.

Akhirnya aku memutuskan untuk berlari ke depan toko yang sudah tutup yang tak jauh dari pandanganku, untuk berteduh sebentar.

Ah, lagi-lagi aku lupa. Kenapa aku harus lewat jalan sepi ini lagi.

Bahkan baru-baru ini, telah ada 5 kasus pembunuhan di jalan ini.

Aku tau ini masih jam 6 sore, tapi tetap saja aku takut.

Sudah setengah jam aku berteduh disini, tapi hujan tak kunjung reda.

Bahkan taksi pun tidak ada yang lewat.

Aku mulai merasakan bulu kudukku berdiri.

Oh God, help me please.

Indra pendengaranku mulai menangkap suara langkah kaki beberapa orang di tengah-tengah hujan yang deras ini. Aku menelan air liurku, dan lututku pun mulai melemas.

Please, aku tidak mau mati sekarang. Aku masih sayang orang tuaku.

Baiklah, aku rasa aku harus berlari sekarang juga.

1,

2,

3,

Tunggu dulu...

Aku merasakan ada sebuah tangan yang terasa hangat, sedang memegang lenganku yang terasa dingin ini.

'Ayah, Ibu, aku sayang kalian,' batinku.

Mungkin hanya sampai sore ini saja aku diberi kesempatan hidup.

Aku pun memberanikan diriku untuk menoleh ke arah pemilik tangan itu.

'Dia'

Ia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, mengisyaratkanku untuk tidak bersuara.

Tanpa pesetujuan dariku, ia menarik lenganku dan mengajakku berlari di tengah-tengah hujan deras ini.

'Aku tidak ingin menjadi korban selanjutnya, argghhh!'

 

Aku mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan karena berlari tadi.

Aku segera membuka jaeketku yang sangat basah ini, dan meletakkannya di atas kursi yang berada di depanku.

Tunggu dulu..

Ini apartemen siapa?

Ahh, apa aku sebodoh ini sampai tidak sadar dibawa kemana.

Apa aku sedang di sandera?

Kalau iya, biarkan aku menghubungi orang tuaku dulu, untuk mengucapkan salam perpisahan sebelum akhirnya aku akan mati di tangannya.

Aku melangkah mundur menjauh darinya, sambil menatapnya dengan penuh ketakutan.

Apa mungkin vampir di novel fiksi yang sering kubaca kini menjadi kenyataan.

'Sadar Adelaide Rosseau! Jangan terlalu banyak berkhayal!'

Suara di kepalaku sedang membangunkanku dari khayalanku yang aneh.

Aku terus mundur, ia malah mendekat padaku.

'Sial'

Langkahku terhenti karena dinding yang terasa dingin ini.

Aku masih menatap mata indahnya itu.

Ia memang terlihat tampan, tetapi kejadian sore itu membuatku sangat takut melihat binar matanya.

"Berhenti disitu! Aku mohon padamu! Aku masih sayang keluargaku."

Aku tahu, itu adalah kalimat paling bodoh yang pernah aku ucapkan. 'Mana mungkin seorang pembunuh akan memberikan ampun padamu Adelaide!' Kalimat itu seolah sedang mengetuk kepalaku.

"Hahaha."

Aku tidak salah lihat dan mendengar kan?

Dia baru saja tertawa, dan itu malah membuatku seperti orang bodoh.

"Tenanglah, aku bukan pembunuh ataupun vampire." Ucapnya sambil tersenyum miring.

"Kalau kau bukan pembunuh, mengapa kau menghabisi buronan itu sendirian? Bukannya masih ada polisi yang bisa menangani mereka? Dan tadi, pasti kau akan membunuh lagi kan!" Tanyaku bertubi-tubi padanya.

"Mereka itu adalah segerombolan preman yang sering berada di ruas jalan itu. Dan kebetulan, aku juga sedang lewat di jalan itu." Jelasnya.

"Lalu, untuk apa kau menarikku kesini?"

'Adelaide, seharusnya kau bersyukur ada orang yang masih bisa menyelamatkan nyawamu,' omelku pada diriku sendiri.

"Kalau begitu, lain kali kau tidak akan aku tolong. Dan bisa-bisa, kau tidak akan bisa bertemu dengan keluargamu lagi." Ucapnya sambil seringai.

"No! Bukan itu maksudku. Tapi terima kasih sudah menolongku, jadi biarkan aku pergi sekarang." Ucapku, lalu aku mengambil jaketku yang tadi ku sampirkan di kursi. Aku sangat takut ketika mengingat lagi yang ia lakukan kemarin sore.

"Apa kau berpikir kalau aku akan membiarkanmu lepas begitu saja?" Ia memasang seringai lagi.

Aku hanya menaikkan alisku sebelah, sambil mencerna maksud perkataannya tadi.

"Kau harus membayarnya.

'Membayar? Membayar apa?'

Aku rasa aku tidak punya hutang padanya.

"Maaf, sepertinya aku tidak punya hutang padamu?" Tanyaku

memastikan.

"Perpustakaan," jawabnya sembari berjalan mendekatiku.

Aku masih menggeleng tidak tahu.

"Bagaimana kau bisa lupa secepat itu? Bukannya kau mahasiswa terbaik di angkatanmu yah? Seharusnya daya pikirmu lebih kuat."

'Bagimana ia bisa tahu tentang semua itu? Apa semua hal tentangku sudah berada di kepalanya?' batinku.

Wait!

Jangan bilang tentang yang di perpustakaan waktu itu?

'Hah!'

Aku segera menuju pintu untuk keluar.

Baru saja aku ingin membuka kenop pintu, dia sudah secepat kilat membalik badanku. Sehingga saat ini posisiku sedang bersandar di pintu, dan ia sedikit menindihku.

"Bagaimana bisa kau begitu menggoda, Miss France?"

Lagi-lagi manik matanya berhasil membuatku terpesona. Lututku rasanya sangat lemas.

Ia mulai mendekatkan wajahnya padaku, dan aku hanya sibuk menahan nafasku.

Selagi tangan kirinya menahan tangan kananku yang tadi mendorong dadanya, tangan kanannya menarik pinggangku untuk mendekat ke perutnya.

Saat ini hanya tangan kiriku yang terbebas. Aku pun berusaha untuk mendorong dadanya dengan semua tenaga yang aku punya.

'Haruskah aku merelakan begitu saja my first kiss dengan pembunuh seperti dia?'

Dengan perlahan, ia mulai memberikan ciuman lembut ke leherku, di sepanjang tulang leherku, lalu menghirup kulitku. Aku tersentak sedikit karena rasanya geli. Rambutnya menyapu telingaku, dan aku bisa merasakan bulu kudukku berdiri.

Aku menahan mulutku untuk tidak mendesah sedikitpun. Nafasku mulai menggetar ketika ia menghirup daguku.

Tanganku rasanya tidak sanggup lagi mendorongnya. Akhirnya aku memutuskan untuk menyerah.

Bibirnya mulai menuju bawah bibirku, lalu mulai menciumku lembut.

Aku tersentak sedikit, kemudian berusaha bergeser tapi ia menahan tubuhku untuk kembali ke posisi semula.

Aku memejamkan mataku perlahan.

Bibirku terasa panas sekali. Aku sama sekali tidak membalas ciumannya, namun aku seolah menikmatinya.

Setelah cukup lama, ia melepaskan ciuman ini.

Aku menarik nafas dalam-dalam kemudian membuka mataku perlahan.

"Bibirmu rasanya seperti buah cherry."

Ia baru saja membuat pipiku merona, tapi aku mencoba untuk stay cool.

Aku mendorong badannya, dan aku mulai membuka kenop pintu dan berlari secepat mungkin.

Setelah berhasil keluar dari apartemen sederhana ini, aku memustuskan untuk mencari taksi dan pulang ke apartemen karena sudah jam 9 malam.

'Ah, lagi-lagi aku bolos bekerja.'

to be continue....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!