BAB 3 "DINNER WITH DEVIL"

Key POV

Playboy?

Mungkin itu julukan banyak orang untukku.

Badboy?

Kalian tidak bisa menilaiku dari luar.

Aku memang berpenampilan seperti seorang badboy yang sering bermain dengan banyak gadis, atau lebih tepatnya one night stand.

Sebenarnya aku seorang CEO.

Tapi aku orang yang cepat bosan, sehingga aku lebih senang berjalan-jalan keluar.

Jika kalian pernah menonton film sejarah, aku ibaratkan raja yang selalu bosan dengan suasana istana sehingga mengubah penampilan untuk bisa berjalan-jalan keluar. Sedangkan semua tugas kantor, aku serahkan pada asistenku, Aswin.

Jika kalian menyangka bahwa aku ke universitas ini hanya untuk mencari one night stand, itu salah besar.

Sebenarnya baru minggu lalu aku sering datang ke universitas ini.

Orang tua mereka kebanyakan mengirimkan putrinya yang cantik kepadaku, agar aku bisa menjalin kerja sama dengan mereka. Dan mereka dengan mudah menjatuhkan perusahaanku.

Mereka kira aku sebodoh itu? Hem, itu sebuah kesalahan besar.

Tapi dengan mengirimkan putri mereka padaku, aku bisa dengan mudah mencegah bisnis kotor mereka itu.

Mungkin kalian bisa menyebutku sebagai super hero.

Secara diam-diam, aku juga menjalin kerjasama dengan agen rahasia dan polisi.

Bahkan keluargaku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku kerjakan saat ini.

Saat ini aku tengah duduk dengan mahasiswi tercantik di kampus ini, yang tak lain anak dari Mr. Frankli.

Seorang pengusaha sukses dan terkenal ramah itu. Tapi, dibalik semua sandiwaranya itu, dia menjalani bisnis narkoba. Namun sebelum membongkar itu semua, aku harus mendapatkan bukti yang kuat.

Kalian tahu murid terbaik yang seangkatan dengan Cathrine?

Atau mungkin lebih tepatnya sahabat Cathrine.

Pertemuan yang tidak sengaja di perpustakaan kemarin, membuatku menjadi penasaran.

Bibirnya, manik matanya, bahkan tubuhnya, membuatku tergoda setiap kali aku mengingatnya.

Dan kemarin, dia juga menjadi saksi atas pertempuranku dengan 5 buronan yang beberapa minggu lalu berhasil kabur.

Sekarang ia sudah mencapku sebagai seorang pembunuh berdarah dingin.

Aku sedari tadi sibuk memandanginya dari jarak sekitar 50 meter darinya.

Aku masih menunggunya menoleh ke arahku.

Perlahan ia menoleh ke arahku, dan aku hanya memasang senyum simpul.

Ia membulatkan matanya sempurna ketika kami saling bertukar pandang.

Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang sangat polos sekali.

Cathrine sepertinya tahu, kalau temannya itu sedang bertemu pandang denganku tadi.

Cathrine tersenyum padaku, aku juga membalas senyumannya.

Aku tahu bahwa mereka sedang membicarakanku. Dan itu bisa kulihat dari gerakan mulut mereka yang beberapa kali menyebut namaku.

"Key, pulang nanti tolong temani aku jalan-jalan ke Mall. Karena aku harus membeli dress untuk acara nanti malam." Rengeknya.

'Ahh, lagi-lagi dia mengangguku untuk melihat gadis polos dan cantik itu.'

Kalau bukan karena ingin mendapatkan info penting itu, aku tidak akan pernah mau menjadi pesuruhnya. Aku hanya mengangguk sambil memasang senyum paksa.

Saat aku menoleh lagi ke arah mereka, mereka sudah tidak duduk di sana lagi.

'Kemana ia perginya?'

'Hey Key, jangan pura-pura tidak tahu.' Suara di kepalaku sedang mengomeliku.

Sepertinya, dia mulai takut denganku.

'Miss France, kau tidak akan bisa lari dariku.'

 

Adel POV

Aku sedikit bosan ketika memutuskan pulang ke apartemen.

Tugas sudah aku kerjakan, membersihkan apartemen sudah, lalu sekarang aku menganggur.

Ahh, rasanya bosan sekali.

'Em, kenapa tidak aku hubungi saja Cathrine. Siapa tahu saja aku bisa bermain kerumahnya.'

Aku langsung mencari kontak telfonnya di hpku.

Baru saja aku ingin menghubunginya, aku teringat ucapan Cathrine tadi siang.

"Dia adalah sepupuku."

"Namanya Key Armstrong Haynsworth"

Lagi-lagi, dia selalu mengusik pikiranku.

Aku mengacak rambutku sendiri, dan menjatuhkan badanku di atas kasur queen size milikku.

Lebih baik aku tidur.

Ketika aku mau masuk ke alam mimpi, handphone ku berdering.

Aku tersentak sedikit, lalu segera mengangkat ponselku.

~Cathrine~

"Hallo Cath?"

"Hallo miss France. Apa kau sibuk nanti malam?"

Aku berpikir sejenak, lalu menjawabnya.

"Iya aku sedang free malam ini. Ada apa?"

Sesekali aku ingin bolos bekerja, karena aku butuh hiburan.

"Oh okey. Nanti malam keluarga ku sedang mengadakan acara, jadi aku mengundangmu."

What?

Itu adalah acara keluarga, berarti dia pasti ada disana.

No! Aku tidak bisa datang.

"Hallo Adel? Apa kau masih disana?"

"Em, Cath aku..."

"No! Aku tidak terima penolakkan lagi. Sudah berapa kali kau menolak ajakanku. Kalau itu masalah pakaian lagi, aku akan menyuruh sopirku mengantarkan dress ke rumahmu. Datang pukul 7 malam, sampai nanti."

Tutt..tutt

Dia memutuskan sambungannya. Aku menggigit bibir bawahku, rasanya aku gugup setengah mati sekarang.

Kalau aku menolaknya, Cathrine pasti akan merajuk.

Terkadang dia bertingkah seperti anak kecil.

Sudah hampir setengah jam aku berbaring sambil memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Kalau saja dia bukan sepupu dari sahabatku, aku pasti melaporkan semua kejadian itu.

Lalu, kenapa harus aku yang ditakdirkan untuk melihat pria tampan sedang membunuh.

Dan bukannya bertemu dengan pria tampan yang memiliki sifat seperti white prince.

Tok...tok...tok

Seseorang mengetuk pintu apartemenku.

Mungkin itu supir Cathrine.

"Excuse me miss, saya ingin mengantarkan dress dari miss Cathrine."

"Oh baiklah, Thank You."

Baru saja aku ingin menutup pintu, seseorang datang membawa sebuah kotak yang lebih besar dari kotak dress yang diberikan oleh Cath.

"Excuse me miss Adelaide. Saya ingin mengantarkan paket untuk anda." Ucapnya sambil mengeluarkan secarik kertas yang berisi tanda terima.

"Maaf, sepertinya kau salah alamat. Aku tidak memesan apapun."

Yah. Seingatku, aku tidak memesan apapun.

"Tapi, paket ini tertulis atas nama Anda."

Aku hanya mengangguk setuju, dan menandatangani kertas bukti tanda terima itu.

Aku segera meletakkan 2 kotak ini di atas tempat tidurku.

Sebenarnya aku ingin sekali membuka kotak ini sekarang juga, tapi aku menahannya sampai aku selesai mandi.

 

Setelah selesai mandi dan mengeringkan badanku, aku duduk di atas kasurku, masih memakai bathrobe.

Pertama, aku membuka kotak dari Cathrine.

Ia memberikan simple dress berwarna hitam yang sangat cantik.

Setelah cukup lama aku mengagumi dress cantik ini, aku membuka kotak yang kedua.

Entah siapa yang memberikan ini padaku.

Warnanya sama dengan yang diberikan oleh Cathrine, tapi dress yang kedua ini berbahan brokat.

Ternyata dress ini tidak sendirian di dalam kotak ini, melainkan ada sepucuk surat beramplop merah hati.

Pakailah dress dariku ini.

Kalau kau tidak memkainya, bisa ku pastikan kau tidak akan pernah hidup tenang lagi.

Jangan lupa berdansa denganku malam ini

~Key Armstrong Haynsworth

Tunggu sebentar...

'Darimana ia tahu tempat tinggalku?'

Oh My God

Aku tidak mau mimpi buruk ini menjadi kenyataan.

'Apa dia bilang tadi? Berdansa?'

Bersentuhan dengannya aku tidak sudih, apalagi harus berdansa dengannya.

Dia itu pembunuh! Pembunuh!

'Papa, Maman, help me please'

 

Setelah cukup lama berdandan, aku segera pergi karena sudah pukul 6 sore.

Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke rumah Cathrine, dan aku merindukan kasih sayang kedua orang tuanya juga.

Bisa dibilang, aku sudah dianggap mereka seperti anak sendiri, dan aku juga menggap mereka seperti orang tua keduaku.

Mereka keluarga yang sangat ramah.

Sebenarnya aku tidak terbiasa dengan pesta. Dan ini pertama kalinya aku datang ke pesta.

B

anyak gadis seumuranku disini yang memakai high heels, sedangkan aku hanya menggunakan flat shoes.

"Hey miss France, kau sudah datang ternyata." Sapa Cathrine menghampiriku.

Cathrine terdiam sejenak, kemudian memperhatikanku dari atas sampai bawah.

Aku bisa menebak reaksi yang ia berikan ketika melihatku memakai dress yang bukan darinya.

"Seingatku, ini bukan dress yang ku berikan padamu." Ia mengerutkan keningnya.

"Em, aku lupa kalau aku mempunyai dress yang dikirim oleh ibuku dari Perancis. Dress darimu akan kukembalikan besok." Aku membual lagi.

"Oh begitu. Ayo sini, ibuku pasti senang melihatmu lagi." Cathrine menarik tanganku dan membawaku menemui aunty Lucy.

Sesekali mataku berkeliling, memastikan dia tidak melihatku.

'Kau bodoh sekali Adel, ini kan acara keluarganya.'

Mustahil sekali kalau ia tidak ada.

"Lihatlah mother, kali ini aku berhasil membujuk Adel."

Aku hanya tersenyum sambil menahan malu. Aunty Lucy tersenyum padaku.

"Hy aunty Lucy." Sapaku sambil tersenyum padanya.

"Hy juga Adel. Kau tambah cantik yah sekarang, lama tidak melihatmu lagi." Ia memelukku.

"Maafkan aku aunty, aku sangat sibuk sehingga tidak bisa bermain di rumahmu."

"Oh begitu. Ohiya, aku jadi teringat pertama kali kau datang kesini dan memanggilku Madame."

"Haha, iya aunty."

Aku memang terbiasa memanggil madame ketika di Perancis dulu. Sampai-sampai aku lupa kalau aku sedang ada di Inggris.

"Aunty mau bertemu dengan tamu yang lain, kau bisa makan sepuasnya. Berhubung ini adalah pertama kalinya kau datang ke acara kami."

Aku hanya mengangguk setuju sambil menampilkan senyum terbaikku.

"Adel, kau tunggu disini sebentar. Aku akan mengambilkan minum untukmu."

"Okey."

Cathrine meninggalkanku sendiri di meja makan berbentuk bundar ini.

Jujur saja, aku sangat was-was sekarang ini.

Aku takut dia akan menemukanku disini.

'Atau mungkin dia sudah melihatku, tapi ia pura-pura tidak melihatku?'

Tidak lama kemudian, Cathrine sudah kembali.

Tapi ia tidak sendiri, melainkan datang bersama pria pemilik manik mata berwarna hazel itu.

Sontak saja aku membulatkan mataku. Aku bisa merasakan aliran darahku yang mengalir lebih cepat dari biasanya.

"Cathrine, ini sepupuku yang kuceritakan tadi siang di kampus."

Aku mencoba bersikap tenang, dan memasang senyum terpaksa.

Ia mengulurkan tangannya padaku. Namun aku tidak menyambut jabatan tangannya.

Aku masih melihat tangan itu. Tangan yang menjadi saksi atas perkelahian kemarin.

"Hey Adele? Are you okey?"

Cathrine membangunkanku dari lamunanku.

"Yeh, I'm okay Cath."

Aku menarik nafas dalam-dalam, sebelum membalas jabatan tangannya.

"Key Armstrong Haynsworth, panggil saja key. Nice to meet you."

Ucapnya dengan nada sedikit sombong.

"I'm Adelaide Rosseau. Panggil saja Adel, nice to meet yo too."

Ia mengeratkan jabatan tangannya sambil menyunggingkan senyum simpul.

"Mau berdansa?" Tawarnya.

'Berdansa dia bilang?'

Demi apa aku harus berdansa dengan pembunuh ini.

Kalau pun orang lain mengajakku berdansa, aku juga tidak mau.

Jujur saja, aku tidak lihai dalam berdansa.

"I'm sorry. Aku tidak bisa berdansa."

Semoga saja ia mengurungkan niatnya itu.

to be continue....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!