Setelah rapat Kirana segera meninggalkan rapat yang telah ditutup oleh sang komting. Ia mempercepat langkahnya karena tidak ingin berhadapan lagi dengan lelaki pemaksa itu. Saat sampai di halaman kampus, seseorang memanggilnya.
“Na, Kirana....” teriak orang dari belakang, membuat sang gadis ini menoleh.
“Apa Gar?” tanyanya.
“Ayok pulang,” ucap Tegar.
“Nggak usah, aku mau pulang pakai bus aja,” tolak Rani.
“Tapi Na,” ucap Tegar.
Deheman seseorang menghentikan pembicaraan Tegar, mereka berdua pun menoleh ke arah suara.
“Nana, ayo pulang,” suara bariton yang Kirana rindukan. Mata Kirana pun berbinar saat melihat orang tersebut, sudah setahun lebih mereka tidak bertemu, dan 3 bulan komunikasi mereka terasa sepi.
Nana pun memeluk sang pujaan hatinya di sana, ia tak peduli dengan orang lain. Saat ini yang ada dipikirannya adalah kupu-kupu terbang yang menggelitiki tengkuk lehernya karena sangat bahagia.
“Kak Rian, kapan balik? Kok nggak ngasih kabar?” tanya Kirana merenggangkan pelukannya.
Tegar memang tau, kalau lelaki di depannya ini adalah Rian al-Fattah pacar Kirana, walaupun mereka sudah bertahun pacaran. Akan tetapi, menurut Tegar terlalu banyak luka yang harus di terima oleh Kirana. Lelaki itu terlalu beruntung untuk mendapatkan perempuan sebaik Kirana.
Hatimu terlalu lembut untuk lelaki seperti dia Na. Kenapa dia selalu bisa menempati hatimu, walaupun berulang kali di sakiti.
***
Flashback
Kirana menundukkan kepalanya ke meja gazebo kampus setelah melihat chat di hp nya. Bahu gadis itu tampak naik turun, saat ini sedang jam kosong pelajaran, dan para mahasiswa lainnya memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat ada yang memilih ke kantin kampus, dan ada yang kembali ke rumah masing-masing.
Tegar menatap lama sekretarisnya itu, kenapa gadis ini menangis sendirian disana. Tangisan gadis itu tak kunjung berhenti, Kirana menatap langit untuk menahan air matanya agar tidak keluar lagi. Akan tetapi, air bening tersebut tetap keluar dari matanya. Melihat itu, Tegar pun memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
Ngapain kamu disini sendirian?
Kirana hanya diam dan berusaha mengalihkan wajahnya dari lelaki yang duduk di depannya ini.
Kalo ditanya itu nyaut geblek, ucapnya dan tertawa.
Membuat Kirana sedikit tertawa, tetapi butiran air bertambah deras mengalir dari matanya.
Bukan urusanmu, jawab Kirana ketus.
Wajah udah jelek, mewek gini jadi bikin kamu nambah jelek. Tukasnya.
Bukannya membuat sang gadis diam justru tangisan gadis itu bertambah dari sebelumnya.
Iya aku memang jelek, nggak bisa dandan, nggak punya uang. Bukan apa-apa dibandingkan para cewek di jurusan kedokteran.
Tegar pun menautkan alisnya. Jangan nyuruh orang lain aja yang konsultasi ke kamu, dirimu juga butuh konsultasi ujarnya.
Sebenarnya aku ini kurang apa sih Gar, kenapa dia...dia nggak pernah liat kelebihan yang aku punya. Kenapa apapun yang aku lakuin selalu salah di matanya?? Aku udah berusaha tetap dengannya, walaupun hatinya itu tidak sepenuhnya lagi milikku.
Tegar diam membiarkan gadis itu menceritakan keluh kesahnya. Ia memang sudah tau bahwa sekretarisnya ini memiliki pasangan yang kata orang-orang sangat tampan dan bernilai plus karena kuliah di jurusan Kedokteran di UNPAD. Oleh karena itu, seluruh lelaki yang mencoba untuk mendekati Kirana akan mundur setelah mendengarkan para sahabat Kirana mengancam mereka untuk tidak mendekati gadis itu, karena gadis ini sudah memiliki masa depan yang cerah.
Yaudah, ingat kalau setiap orang itu punya pendapat yang berbeda. Mereka menilai orang lain pun dengan cara yang berbeda. Kalau menurut dia kamu kurang cantik, nggak bisa dandan, nggak punya uang. Itukan pendapatnya, belum tentu semua orang berpikiran sama. Coba kamu tanya ke akau aa yang kamu pikirin, apa yang mengganjal di hatimu.
Aku baik?
Sangat baik
Apa kekuranganku?
Cengeng.
Apa kelebihanku?
Kamu bisa mendengarkan orang lain, kamu bagaikan malaikat yang senantiasa menolong siapapun yang membutuhkan, kamu bagaikan ibu di angkatan kita.
Mana ada, keluh Kirana.
Terserah percaya atau enggak, Itukan pendapatku. Satu lagi Kirana Adinda kamu adalah wanita yang cantik, baik itu wajah ataupun hatimu.
Flashback of
“Kamu siapanya Nana?” tegas Rian pada Tegar yang masih mematung di sana.
Tersadar dari lamunannya, Tegar pun mengulurkan tangannya pada Rian “Tegar kak, komtingnya Kirana” ia pun memaksakan senyumnya.
Uluran tangan tersebut dijabat oleh Rian, tetapi jabatan mereka memperlihatkan kerasnya urat-urat di punggung tangannya. Mereka berdua saling melempar senyum devil. Kirana yang melihat itupun segera menghentikan keduanya.
“Emm, ayo kak antar antar Nana pulang. Gar kita duluan yah,” ucap Kirana. Ia pun tersenyum dan menarik lengan pacarnya itu untuk menuju motor sang pujaan hati.
Mereka bertiga pun berpisah, saat di motor Rian memakaikan helm pada gadisnya itu. Kemudian mereka melaju meninggalkan lingkungan kampus. Motor Ninja merah itu melaju dengan santainya, karena waktu terasa terlalu cepat untuk mereka berdua.
“Kak, kamu kapan pulang? Kok nggak ngasih kabar, kemarin bilangnya sibuk,” ucap Kirana tanpa henti.
Orang yang ditanyai itu hanya diam.
“Kak, kamu marah ya? Dia itu teman sekelasku. Yah komting memang.” Ucap Kirana sambil memajukan wajahnya sedikit ke depan.
“Ngapain juga cemburu, kamu mau sama siapa aja terserah kamu, lagian aku ini apa?” ucap sang lelaki dengan nada membela diri.
“Hahaha, aku nggak bilang cemburu yaa. Uluh uluh lucunya wajah pacarku yang cemburu ini,” ucap Kirana menarik pelan pipi sang kekasih.
“Nggak, ngapain harus cemburu,” ucap Rian.
“Loh, jujur aja. Ye yey Kak Rian cemburu,” ucap Kirana dengan bahagianya.
“Nggak!” ucapnya tegas tetapi kuping dan wajahnya memerah.
“Ishh, jujur aja napa sih kak. Kalau kamu cemburu itu tandanya kamu sayang sama aku,” ucap Kirana.
Rian hanya menahan tawanya melihat ekspresi gadisnya itu dari spion motor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments