Bab 5 Laura Wedding

Pagi hari yang cerah, sebuah taxi online berhenti di depan sebuah gedung perkantoran yang megah. Hampir 5 menit gadis itu terdiam menganga melihat pemandangan di depannya setelah sebelumnya dia menurunkan jendela kaca mobil yang dipesannya itu.

"Jadi turun mbak?"

"Ah... ya, tidak salah kan pak? Ini gedungnya? " gadis itu seperti ragu.

"Menurut map..ya betul yang ini" mata sang sopir melirik penumpangnya.

"Baiklah.. terimakasih" ucapan itu meluncur setelah gadis itu menutup pintu mobil lalu berbalik menatap kembali bangunan megah di depannya.

"Temui resepsionist, katakan kalau sudah janji dengan Tuan Adrian" gumam Ara sambil membaca ulang pesan Ardi tadi pagi.

Ara melangkahkan kaki jenjangnya menapaki lantai gedung perkantoran itu menuju resepsionist.

"Selamat pagi, bisakah saya bertemu Tuan Adrian?" ucap Ara sopan, mendekati resepsionist yang sejak tadi memperhatikannya namun tak juga menyapanya.

"Maaf, Tuan Adrian sibuk jadi saya tidak berani mengganggu kalau belum ada janji " terangnya sambil tersenyum penuh arti.

"Saya sudah ada janji dengan Tuan Adrian" Ara menerangkan sambil tetap tersenyum.

Yang terjadi kemudian adalah sang resepsionist sedikit membungkuk dan kepalanya tampak maju hingga matanya dapat melihat keseluruhan gadis didepannya itu dari ujung kaki hingga kepala. Menetapnya lekat seakan berkata 'pasti hal yang tak penting'.

"Hemm... mungkin anda salah orang" ucap resepsionist itu. Senyumnya seperti terpaksa.

"Apakah ada dua nama Adrian di sini?" Tanya Ara kemudian, alisnya bertaut. Dia merasa bodoh bertanya demikian.

"Tidak, di gedung ini hanya ada satu nama Tuan Adrian, CEO kami" jawabnya lugas.

Menghembuskan nafas pelan, ya pasti dia yang kumaksud batinnya. "Saya sudah ada janji, bisakah anda menghubunginya" berkata lagi untuk meyakinkan sang resepsionist. Dari tatapannya bermaksud "tolong hubungi Tuan Adrian'.

"Emmm.."

"Dia datang bersama saya"

Belum sempat berlanjut tiba-tiba seorang pria berperawakan tinggi dengan stelan jas hitam muncul di belakang Ara.

Ara mendongak, ah pria 'banyak alasan' ini selalu datang disaat tak diduga. Untunglah, Ara merasa lega karena bertemu dengannya

Dia adalah Ardi, orang yang ditugaskan mengawasi Ara. Setelah mempersilahkan Ara masuk lift kemudian menyuruh Ara mengikutinya menuju ruangan Adrian.

Begitu sampai di depan ruangan, Ardi mengulurkan tangannya membuka pintu kemudian mempersilahkan Ara masuk. Ruangan ini masih kosong.

"Tuan Adrian sampai kurang lebih limabelas menit lagi Nona " menengok arloji di tangan kanannya, kemudian mempersilahkan Ara duduk di sofa dekat meja kerja Adrian.

Sesudahnya pria itu keluar dan membiarkan Ara sendirian.

Lima belas menit, lumayan lama kalau hanya diam saja menunggu. Ara memutuskan untuk melangkah mendekati meja kerja Adrian, dengan langkah pelan sambil melirik arah pintu masuk, memastikan sang empunya ruangan tidak atau lebih tepatnya belum tiba memergokinya. Mengambil pigura yang sejak masuk ruangan tadi membuatnya penasaran, foto siapa yang ada disana.

Gambar anak kecil, kira-kira usia 5 tahun. Apa ini foto pria itu waktu kecil batin Ara. Mirip, rambut hitam gaya mohawk dan tampan. Ya.. wajah kecil itu seperti Adrian dengan gaya rambut yang berbeda. Alis yang tebal, mata coklat yang tajam dan bibir tebal dan penuh dan lihatlah gayanya sangat menggemaskan.

"Ehem.. "

Spontan menengok ke sumber suara, Ara tersenyum kikuk. Diletakkannya benda pipih lonjong dengan sandaran itu pada tempatnya.

"Maaf " Ara merasa harus mengucapkannya karena telah lancang mendekati meja kerja Adrian tanpa izin.

"Duduklah " ucap Adrian berlalu di depan Ara menuju mejanya. Diikuti sang asisten_ Elang. "Hari ini tugasmu hanya menemaniku menghadiri pesta pernikahan seseorang".

Pesta pernikahan? Apa hubungannya dengan pekerjaan kantor. Mengapa menghadiri pesta pernikahan saja harus mengajaknya. Ahh mungkin yang menikah rekan bisnis Adrian.

"Lang, antar Ara ke tante Melisa, setelah selesai tak usah naik ke atas, tunggu di bawah aku yang turun" perintah Adrian.

"Baik Tuan " Elang membungkuk dan berkata pada Ara untuk mengikutinya.

Sepeninggal mereka berdua, ditempelkannya sebagian beban tubuhnya di meja. Menatap jauh ke luar ruangan lewat kaca bening transparan di depannya. Mencoba membuang asa. Asa yang sempat membumbung karena perasaan kosong yang sekian lama di biarkannya.

Empat tahun bukan waktu sebentar untuk saling mengenal. Dan meskipun akhirnya bukan happy ending untuk dirinya dan mungkin juga Laura. Meski kehadiran gadis itu belum mampu mengisi seluruh ruang kosong dihatinya dua belas tahun ini, namun Adrian mulai terbiasa dengan kehadirannya, keposesifannya dan ingin menyempurnakan cintanya.

Apa dikata, putra semata wayangnya menolak memiliki ibu seperti Laura. Dia tak menolak ataupun mengiyakan sang ayah yang hendak menikahi kekasihnya. Namun, Adrian dapat melihat jika sang putra tak menginginkan hubungannya dengan Laura berlanjut.

Menarik kemudian menghembuskan nafas kasar dilakukannya untuk menenangkan jiwanya. Merutuki Laura yang begitu saja menerima lamaran Tony_pria setengah psikopat yang menderita thantophobia. Seorang Tony yang akan berjuang mati-matian untuk mendapatkan dan mempertahankan apa yang dicintainya.

Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku kemudian bangkit berdiri lebih mendekat ke jendela kaca besar di depannya. Semoga aku baik-baik saja seperti tahun-tahun sebelum bertemu Laura.

Drrrt.. drrtt

Ponselnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja bergetar. Sebuah panggilan masuk, digesernya tombol hijau kemudian mode speaker.

"Tuan saya sudah menunggu di lobby bawah"

"Ok.."

Dengan langkah gontai dilangkahkannya kaki keluar ruangan. Menuju lantai dasar tempat Ara dan Elang menunggu.

Sampai di bawah, ia langkahkan kakinya menuju mobil melewati Elang yang membungkuk hormat menyambutnya.

Kemudian sedan hitam itu melaju setelah Elang masuk ke dalam mobil dan memegang kendali kemudi. Di dalam mobil tampak hening, Ara mencuri mata memandang Adrian yang bergeming menatap ke depan. Sama sekali tak menoleh, seperti tak ada orang disampingnya saat ini. Menatap jengah suasana yang hening, Ara pun membuang muka, asik menatapi pohon-pohon pinggir jalan yang dilaluinya.

Sungguh, sebenarnya Adrian bukan tak memperhatikan gadis ayu yang duduk di sampingnya. Ia sesekali melirik melalui ekor matanya. Cantik, dress warna pastel yang senada dengan kulitnya yang kuning langsat. Dengan aksen renda transparan yang membungkus belahan dada bentuk V tanpa lengan dan bagian bawah menjuntai sampai lutut.

Semuanya tampak sempurna membungkus tubuh gadis itu dengan elegan. Ada sedikit kesan seksi tanpa menjual sensualitas. Laura dan Ara, dua kecantikan dengan aura yang berbeda. Hufft.. Adrian membuang mukanya ke samping kanan, mengapa juga harus membandingkan keduanya.

Mobil sedan mewah itu berhenti di depan sebuah gedung yang yang sudah ditata sedemikian rupa. Dari muka gedung tampak hiasan berbagai bunga hidup yang melengkung membentuk gerbang masuk ke dalam gedung.

Di bagian bawah ada taman dadakan, berbagai macam bunga diletakkan disana, gedung ini menjadi lebih mirip seperti taman surga yang indah dengan dominan warna silver blue.

Hilir mudik orang-orang berpakaian resmi stelan jas putih menambah kesan ramai siang itu. Suara musik menguar, lagu-lagu cinta terdengar syahdu memanjakan setiap telinga yang mendengarnya.

Tertulis tinta silver pada papan persegi yang di sebelahnya terdapat foto sepasang pengantin berbahagia ' Laura Michiel & Tony Lewis'.

Tamu pun berdatangan, mobil-mobil mewah bergantian berhenti di depan pintu gerbang utama. Dan jangan di tanya, yang keluar dari mobil itu sudah pasti pasangan atau orang-orang penting negeri ini. Karena dari segala hal yang mereka kenakan tampak begitu memukau dan elegan. Seperti saat melewati red carpet, bedanya disini banyak hilir mudik bodyguard ataupun penerima tamu dari tuan rumah yang gagah dengan stelan jas memastikan keamanan mereka hingga memasuki gedung. Tak satupun ada pencari berita yang tampak, mungkin sang tuan rumah menginginkan privasi untuk rangkaian acaranya saat ini.

Setelah keluar dari mobil, Adrian menunggu Ara di depan gerbang utama. Begitu jarak mereka mendekat dengan segera diraihnya tangan Ara untuk memegang lengannya. Ara yang kaget, menepis tipis lengan Adrian namun apa daya, tangan kokoh itu tak bergeming dari tempatnya malah semakin mempererat.

Dituntunnya Ara masuk ke dalam gedung, setelah sedikit beramah tamah dengan beberapa rekan bisnis yang kebetulan juga hadir.

"Hai bro" tampak seorang pria melambaikan tangannya, pria tampan putih bermata biru yang menyunggingkan senyumnya setelah menurunkan tangannya.

Adrian menjabat tangan pria itu. Jabat persahabatan. Adrian memang tak pernah terse yum lebar, ia sangat pelit untuk hal itu.

Sedikit menarik tubuhnya ke belakang, pria itu menatap Adrian "Cepat sekali kau move on fren" menepuk bahu Adrian kemudian merangkulnya. "Tak kau kenalkan padaku, siapa gadis ini hmm.. " alisnya naik turun, kemudian senyumnya terkekeh.

"Dia asistenku " jawab Adrian datar. " Kenalkan ini Brian, teman kuliahku dulu " mengedikkan kepalanya kepada Ara.

Tanpa menunggu lama, Brian langsung maju menarik paksa tangan Ara yang belum lepas dari lengan Adrian.

"Selamat siang Tuan Brian, saya Ara " menganggukkan kepalanya dan menarik sedikit ujung bibirnya.

"Brian Mc kenzie Ara, namamu indah seindah dirimu " Brian dengan senyum tampannya menatap ke dalam manik Ara. Tak juga dilepaskan tangan Brian dari Ara membuat kikuk sang gadis.

"Ehem... sudah selesai Tuan perkenalannya?" Adrian memutar bola matanya malas. " Kau selalu begitu kalau bertemu wanita, insting play oymu bekerja maksimal " memukul pelan perut Brian.

Senyum Brian melebar "Jangan ganggu kesenanganku" mendekatkan tubuhnya ke samping Adrian " Dia berbeda, tidak cantik tapi memandangnya tak membuatku bosan" bisiknya.

"Dia asistenku man... Jangan kau ganggu dia, dia tak seperti wanita -wanitamu itu " sergah Adrian sambil menarik tangan Ara untuk segera pergi dari Brian.

"Kau ini selalu pelit... dasar duda kesepian, kau tak senang kalau aku tobat dan menjalin hubungan serius dengan seseorang" umpat Brian kesal. Padahal ia hanya ingin lebih dekat dengan Ara, tapi sahabatnya itu sangat menyebalkan.

Adrian menghiraukan Brian. Mengajak Ara menuju ke atas panggung, memberi ucapan selamat kepada pasangan pengantin yang berbahagia. Dan Ara hanya mengekor saja, mereka tampak seperti sepasang kekasih. Pun saat tepat di depan pengantin wanita, Adrian tak juga melepaskan genggaman tangannya.

"Selamat atas pernikahanmu Lau, semoga kau berbahagia " ucap Adrian tanpa ekspresi. Mengulurkan tangan ke depan Laura, sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecut. Tak juga menerima uluran tangan Adrian. Membuang muka ke arah suaminya.

'Apa -apaan pria ini. Empat tahun ini seperti tak ada yang tersisa sama sekali' batin Laura.

"Ch! Terima kasih, aku tentu bahagia" memandang Ara sinis " Kau bahkan membawanya kesini ". Tatapannya menajam, dengan mimik muka yang semakin tak ramah.

Ara menarik tangannya dari genggaman Adrian "Selamat nona, Tuan " Diulurkannya tangan untuk menjabat kedua mempelai, namun kosong tak ada yang menyambutnya.

"Saya as_"

"Ini calon istriku Lau, perkenalkan namanya Ara " Adrian berbicara dengan begitu lancar, aktingnya terasa natural namun datar.

Ara membulatkan matanya, ia memandang miris boss barunya. Di hari pertamanya tak ada tugas berarti sebagai asisten pribadi, malah mendapat peran sandiwara yang mengagumkan.

Bahkan ketika Ara hampir saja mengeluarkan suara ingin menjelaskan, Adrian sigap menarik pinggang ramping gadis itu hingga melekat tanpa celah ke tubuhnya kemudian memberi cubitan kecil di lengan dalamnya, hingga membuat gadis itu membungkam mulutnya.

Terlihat sekali wajah Laura menegang. Menahan kesal dan amarah. Adrian dan Laura, seperti dua sejoli yang sedang merajuk.

"Terima kasih Tuan Adrian, kupastikan dia tak salah meninggalkanmu dan memilihku. Aku akan selalu membuatnya bahagia, bukan begitu sayang?" Tony yang sedari tadi diam akhirnya bersuara, menatap sang istri dengan cinta. Sementara mata Laura tampak berkabut, bergeming dalam dekapan sang suami.

Adrian tak berucap apa -apa lagi sesudahnya. Ditinggalkannya perjamuan pesta mewah itu dengan segera. Dia tak ingin emosinya meledak di tempat itu.

Keluar dari gedung, Adrian melepas tangan yang sedari tadi melingkar di pinggang Ara. Bahkan pria itu berjalan lebih dulu tanpa menunggu Ara lagi.

Dan sudah bisa di tebak, suasana di mobil pun mencekam seperti di kuburan. Bahkan sang asisten pun enggan menyapa bossnya. Mereka seperti sibuk dengan dunianya masing-masing.

Tiga puluh menit kemudian, mobil sampai di pelataran kantor.

"Antarkan ke apartemennya " ucap Adrian sebelum turun dari mobilnya. Ia sama sekali tak melihat ke arah Ara bahkan begitu keluar langsung melenggang memunggunginya.

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

smngat kak🌻🌻🌻

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tak di duga
2 Bab 2 Tawanan
3 Bab 3 Apartemen Adrian
4 Bab 4 Penolakan
5 Bab 5 Laura Wedding
6 Bab 6 Belanja dengan Bodyguard
7 Bab 7 Masuk Angin
8 Bab 8 Pagi dengan Sarapan yang Aneh
9 Bab 9 Akio Itanamura Ilyasa
10 Bab 10 Posesif
11 Bab 11 Malam pertama ??
12 Bab 12 Kencan pertama?
13 Bab 13 Modus atau Tulus?
14 Bab 14 Hubungan yang Hambar
15 Bab 15 Penculikan
16 Bab 16 Sehari Bersama
17 Bab 17 Terlambat Pulang
18 Bab 18 Mengapa Tidak
19 Bab 19 Buah Manis Pengorbanan
20 Bab 20 Jatuh Cinta (Tony & Laura)
21 Bab 21 Ramen Pedas
22 Bab 22 Percakapan Malam
23 Bab 23 Tamu Cantik
24 Bab 24 Siapa Dia?
25 Bab 25 Jealous
26 Bab 26 A & A (Akio vs Adrian)
27 Bab 27 Magda Alya
28 Bab 28 Cemburu ??
29 Bab 29 Kebahagiaan dan Penyesalan
30 Bab 30 Makan Malam
31 Bab 31 Rasa dan menikah
32 Bab 32 Penguntit cantik (Sharon Dania)
33 Bab 33 Vuoi sposarmi ? ( Menikahlah denganku?)
34 Bab 34 Ada apa dengan Ardi dan Vina?
35 Bab 35 Adu jotos atau Adu mulut?
36 Bab 36 Lelaki Tua dan Anak Kecil
37 Bab 37 Kencan siang bolong
38 Bab 38 Menginap (1)
39 Bab 39 Menginap (2)
40 Bab 40 Penculik (1)
41 Bab 41 Penculik (2) & Berjuang Lagi
42 Bab 42 Lelah
43 Bab 43 Dua minggu
44 Bab 44 Malam Minggu
45 Bab 45 Sisi Lain
46 Bab 46 Hari yang aneh
47 Bab 47 Monday
48 Bab 48 Jalan Sore
49 Bab 49 Nasi Baso dan Mie Bucin
50 Bab 50 Hari Ketiga
51 Bab 51 Rindu Kamu
52 Bab 52 Kenangan
53 Bab 53 Rindu
54 Bab 54 Piyama yang Tertukar
55 Bab 55 Kejutan Akio
56 Bab 56 Pembalut
57 Bab 57 The Wedding Day
58 Bab 58 Sandiwara yang Menjiwai
59 Bab 59 Dinner
60 Bab 60 Malam pertama (Berdua)
61 Bab 61 Breakfast
62 Bab 62 Pagi Pertama(Ibu dan Istri)
63 Bab 63 Hampir Saja (Ketahuan)
64 Bab 64 Hati Akio
65 Bab 65 Terkilir
66 Bab 66 Ikhlas
67 Bab 67 Jepang
68 Bab 68 Festival Kembang Api
69 Episode 69 Mulai Nyaman
70 Bab 70 Usaha yang Gagal
71 Bab 71 Sapporo dan Akio
72 Bab 72 Akhirnya....
73 Bab 73 She is My Wife
74 Bab 74 Titik Cerah
75 Bab 75 Suamimu
76 Bab 76 Perkelahian
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80 Limfoma
81 Bab 81 Sakit
82 Bab 82 Susahnya Bilang Maaf
83 Bab 83 Marahnya Laila
84 Bab 84 Kotak Pink dengan Pita Biru
85 Bab 85 I Love You
86 Bab 86 Hilangnya Mela
87 bab 87 Hilangnya Mela (2)
88 Bab 88 Aksi Penyelamatan
89 Bab 89 Tersiksa
90 Bab 90 Cuti Terakhir
91 Bab 91 Dani (Bumi Perkemahan)
92 Bab 92 Kecelakaan
93 Bab 93 Interaksi Kecil
94 Bab 94 Menginap
95 Bab 95 Amore Mio
96 Bab 96 MRI
97 Bab 97 Andina Kembali
98 Bab 98 UGD
99 Bab 99 Mama?
100 Bab 100 Kembali ke Rumah
101 Bab 101 Berhasil!
102 Bab 102 Pertengkaran
103 Draft 103 Bayangan Semu
104 Bab 104
105 bab 105
106 Bab 106 Penyatuan (Area 21+)
107 Bab 107 Ada yang Aneh
108 Bab 108 Pertemuan
109 Bab 109 Terpisah
110 Bab 110 Kedai Donat
111 Bab 111 Pilu
112 Bab 112 PMS atau?
113 Bab 113 Ketahuan
114 Bab 114 Hanya PMS (Pre Menstrual Syndrome)
115 BB 115 Penyerangan (1)
116 Bab 116 Penyerangan (2)
117 Bab 117 Gara-gara Sup (21+)
118 Bab 118 Gara-gara Sup (Berlanjut 21+)
119 Bab 119 Status Baru
120 Bab 120 Right Here Waiting For You
121 Bab 121 Indonesia
122 Bab 122 Terlalu Bahagia
123 Bab 123 Jatuh
124 Bab 124 Maaf
125 Bab 125 Ada yang Berubah
126 Bab 126 Ternyata Cinta
127 Bab 127 Mantan Menantu
128 Bab 128 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
129 Bab 129 Hanya Bertemu
130 Bab 130 Menangis
131 Bab 131 Hanya Rindu
132 Bab 132 Tertangkap
133 Bab 133 Tidak Lama (Firasat)
134 Bab 134 Benar-benar Tidak Lama
135 bab 135 Indonesia
136 bab 136 Sedih yang Berlipat
137 bab 137 Perseteruan
138 Bab 138 Harus Berani
139 Bab 139 Berat, Biar Aku Saja
140 Bab 140 Mencari Perhatian
141 Bab 141 Tragedi Dorayaki
142 bab 142 Tertunda
143 bab 143 Kau hanya Mengkhawatirkannya?
144 Bab 144 Ayah dan Anak
145 Bab 145 Menjaga Kepercayaan
146 Bab 146 Puncak Kemarahan
147 Bab 147
148 Bab 148 Malaikat tak Bersayap
149 Bab 149 Syarat
150 Bab 150 Kesiangan
151 Bab 151 Meninggalkan Adrian?
152 Bab 152 Maaf
153 Bab 153 MArSMelow
154 Bab 154 Dua Hal yang Berhubungan
155 Bab 155 Utusan yang Kosong
156 Bab 156 Diagnosa yang Parah
157 Bab 157 Sebuah Rencana
158 Bab 158 Bukan Yang Tua
159 Bab 159 Kedatangan Lola
160 Bab 160 Plan A
161 bab 161 Aksi
162 Bab 162 Pergi
163 Bab 163 Sebuah Alasan
164 Bab 164 Hati yang Sibuk
165 Bab 165 Tempat Biasa
166 Bab 166 Hilang
167 Bab 167 Kabar Sendu
168 Bab 168 Galau
169 Bab 169 Kebekuan
170 Bab 170 PENIPUAN!!
171 Bab 171 Poor
172 Bab 172 Bertemu
173 Bab 173 Senjata Makan Tuan
174 bab 174 Bencana Dasi
175 Bab 175 Swiss
176 Bab 176 Wanita Berkerudung
177 Bab 177 Dia lagi!
178 Bab 178 Rumah Sakit
179 Bab 179 Orang Aneh
180 Bab 180 Nasihat
181 Bab 181 Tragedi Pagi Hari
182 Bab 182 Jodoh untuk Mela
183 Bab 183 Kuliah Lagi
184 Bab 184 Yang Berlalu
185 Bab 185 Yang Berlalu (2)
186 BB 186 Apakah orang yang sama?
187 Bab 187 Cemburu Buta
188 Bab 188 Mr. Posesif
189 Bab 189 Anugerah
190 Bab 190 Ada Apa dengan Laura?
191 Bab 191 Huru Hara
192 Bab 192 Mengidam
193 Bab 193 Bermuka Dua
194 Bab 194 Babang Tamvan
195 Bab 195 Memilih Universitas
196 Bab 196 Laura Berbeda
197 Bab 197 Jatuh
198 Bab 198 Kehilangan
199 Bab 199 Sebuah Pesan
200 Bab 200 Beraksi
201 Bab 201 Hati Yang Terluka
202 Bab 202 Salah Paham
203 Bab 203 Sibuk
204 Bab 204 Puasa
205 bab 205 St. Moritz
206 206 St. Moritz 2
207 bab 207 Romantisme Zurich
208 Bab 208 Perpisahan
209 Bab 209 Next..
210 Bab 210 Sebuah Syarat
211 Bab 211 Hari Istimewa
212 Bab 212 I am Right Here Waiting For You
213 Bab 213 Keputusan Terakhir
214 Bab 214 Malaikat kecil
215 Bab 215
216 Bab 216 Panik
217 Bab 217
218 Bab 218 Perpisahan
219 Bab 219 Sesuatu yang Tersembunyi
220 Bab 220 Sosok Misterius
221 Bab 221
222 Bab 222
223 Bab 223 Perasaan Yang Sama
224 Bab 224 Siapa Dia?
225 Bab 225 Berdamai dengan Kenyataan
226 Bab 226 Konsekuensi
227 Bab 227 Ulang Tahun Sederhana
228 Bab 228 Swiss dan Carla
229 Bab 229
230 Bab 230 Ingin Bertemu Ayah
231 Bab 231 Keluarga
232 Bab 232
233 Bab 233 Anugerah Terindah
234 Bab 234
235 Bab 235
236 Bab 236
237 Bab 237
238 Bab 238
239 Bab 239
240 Bab 240
241 Bab 241
242 Bab 242
243 Bab 243
244 Bab 244
245 Bab 245
246 Bab 246
247 Bab 247
248 Bab 248
249 Bab 249
250 Bab 250
251 Bab 251
252 Bab 252
253 Bab 253
254 Perkenalan Novel Baru
255 Bab 255
256 Bab 256 Ending
257 Terima kasih untuk Uda
258 Pisah Sambut
Episodes

Updated 258 Episodes

1
Bab 1 Tak di duga
2
Bab 2 Tawanan
3
Bab 3 Apartemen Adrian
4
Bab 4 Penolakan
5
Bab 5 Laura Wedding
6
Bab 6 Belanja dengan Bodyguard
7
Bab 7 Masuk Angin
8
Bab 8 Pagi dengan Sarapan yang Aneh
9
Bab 9 Akio Itanamura Ilyasa
10
Bab 10 Posesif
11
Bab 11 Malam pertama ??
12
Bab 12 Kencan pertama?
13
Bab 13 Modus atau Tulus?
14
Bab 14 Hubungan yang Hambar
15
Bab 15 Penculikan
16
Bab 16 Sehari Bersama
17
Bab 17 Terlambat Pulang
18
Bab 18 Mengapa Tidak
19
Bab 19 Buah Manis Pengorbanan
20
Bab 20 Jatuh Cinta (Tony & Laura)
21
Bab 21 Ramen Pedas
22
Bab 22 Percakapan Malam
23
Bab 23 Tamu Cantik
24
Bab 24 Siapa Dia?
25
Bab 25 Jealous
26
Bab 26 A & A (Akio vs Adrian)
27
Bab 27 Magda Alya
28
Bab 28 Cemburu ??
29
Bab 29 Kebahagiaan dan Penyesalan
30
Bab 30 Makan Malam
31
Bab 31 Rasa dan menikah
32
Bab 32 Penguntit cantik (Sharon Dania)
33
Bab 33 Vuoi sposarmi ? ( Menikahlah denganku?)
34
Bab 34 Ada apa dengan Ardi dan Vina?
35
Bab 35 Adu jotos atau Adu mulut?
36
Bab 36 Lelaki Tua dan Anak Kecil
37
Bab 37 Kencan siang bolong
38
Bab 38 Menginap (1)
39
Bab 39 Menginap (2)
40
Bab 40 Penculik (1)
41
Bab 41 Penculik (2) & Berjuang Lagi
42
Bab 42 Lelah
43
Bab 43 Dua minggu
44
Bab 44 Malam Minggu
45
Bab 45 Sisi Lain
46
Bab 46 Hari yang aneh
47
Bab 47 Monday
48
Bab 48 Jalan Sore
49
Bab 49 Nasi Baso dan Mie Bucin
50
Bab 50 Hari Ketiga
51
Bab 51 Rindu Kamu
52
Bab 52 Kenangan
53
Bab 53 Rindu
54
Bab 54 Piyama yang Tertukar
55
Bab 55 Kejutan Akio
56
Bab 56 Pembalut
57
Bab 57 The Wedding Day
58
Bab 58 Sandiwara yang Menjiwai
59
Bab 59 Dinner
60
Bab 60 Malam pertama (Berdua)
61
Bab 61 Breakfast
62
Bab 62 Pagi Pertama(Ibu dan Istri)
63
Bab 63 Hampir Saja (Ketahuan)
64
Bab 64 Hati Akio
65
Bab 65 Terkilir
66
Bab 66 Ikhlas
67
Bab 67 Jepang
68
Bab 68 Festival Kembang Api
69
Episode 69 Mulai Nyaman
70
Bab 70 Usaha yang Gagal
71
Bab 71 Sapporo dan Akio
72
Bab 72 Akhirnya....
73
Bab 73 She is My Wife
74
Bab 74 Titik Cerah
75
Bab 75 Suamimu
76
Bab 76 Perkelahian
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80 Limfoma
81
Bab 81 Sakit
82
Bab 82 Susahnya Bilang Maaf
83
Bab 83 Marahnya Laila
84
Bab 84 Kotak Pink dengan Pita Biru
85
Bab 85 I Love You
86
Bab 86 Hilangnya Mela
87
bab 87 Hilangnya Mela (2)
88
Bab 88 Aksi Penyelamatan
89
Bab 89 Tersiksa
90
Bab 90 Cuti Terakhir
91
Bab 91 Dani (Bumi Perkemahan)
92
Bab 92 Kecelakaan
93
Bab 93 Interaksi Kecil
94
Bab 94 Menginap
95
Bab 95 Amore Mio
96
Bab 96 MRI
97
Bab 97 Andina Kembali
98
Bab 98 UGD
99
Bab 99 Mama?
100
Bab 100 Kembali ke Rumah
101
Bab 101 Berhasil!
102
Bab 102 Pertengkaran
103
Draft 103 Bayangan Semu
104
Bab 104
105
bab 105
106
Bab 106 Penyatuan (Area 21+)
107
Bab 107 Ada yang Aneh
108
Bab 108 Pertemuan
109
Bab 109 Terpisah
110
Bab 110 Kedai Donat
111
Bab 111 Pilu
112
Bab 112 PMS atau?
113
Bab 113 Ketahuan
114
Bab 114 Hanya PMS (Pre Menstrual Syndrome)
115
BB 115 Penyerangan (1)
116
Bab 116 Penyerangan (2)
117
Bab 117 Gara-gara Sup (21+)
118
Bab 118 Gara-gara Sup (Berlanjut 21+)
119
Bab 119 Status Baru
120
Bab 120 Right Here Waiting For You
121
Bab 121 Indonesia
122
Bab 122 Terlalu Bahagia
123
Bab 123 Jatuh
124
Bab 124 Maaf
125
Bab 125 Ada yang Berubah
126
Bab 126 Ternyata Cinta
127
Bab 127 Mantan Menantu
128
Bab 128 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
129
Bab 129 Hanya Bertemu
130
Bab 130 Menangis
131
Bab 131 Hanya Rindu
132
Bab 132 Tertangkap
133
Bab 133 Tidak Lama (Firasat)
134
Bab 134 Benar-benar Tidak Lama
135
bab 135 Indonesia
136
bab 136 Sedih yang Berlipat
137
bab 137 Perseteruan
138
Bab 138 Harus Berani
139
Bab 139 Berat, Biar Aku Saja
140
Bab 140 Mencari Perhatian
141
Bab 141 Tragedi Dorayaki
142
bab 142 Tertunda
143
bab 143 Kau hanya Mengkhawatirkannya?
144
Bab 144 Ayah dan Anak
145
Bab 145 Menjaga Kepercayaan
146
Bab 146 Puncak Kemarahan
147
Bab 147
148
Bab 148 Malaikat tak Bersayap
149
Bab 149 Syarat
150
Bab 150 Kesiangan
151
Bab 151 Meninggalkan Adrian?
152
Bab 152 Maaf
153
Bab 153 MArSMelow
154
Bab 154 Dua Hal yang Berhubungan
155
Bab 155 Utusan yang Kosong
156
Bab 156 Diagnosa yang Parah
157
Bab 157 Sebuah Rencana
158
Bab 158 Bukan Yang Tua
159
Bab 159 Kedatangan Lola
160
Bab 160 Plan A
161
bab 161 Aksi
162
Bab 162 Pergi
163
Bab 163 Sebuah Alasan
164
Bab 164 Hati yang Sibuk
165
Bab 165 Tempat Biasa
166
Bab 166 Hilang
167
Bab 167 Kabar Sendu
168
Bab 168 Galau
169
Bab 169 Kebekuan
170
Bab 170 PENIPUAN!!
171
Bab 171 Poor
172
Bab 172 Bertemu
173
Bab 173 Senjata Makan Tuan
174
bab 174 Bencana Dasi
175
Bab 175 Swiss
176
Bab 176 Wanita Berkerudung
177
Bab 177 Dia lagi!
178
Bab 178 Rumah Sakit
179
Bab 179 Orang Aneh
180
Bab 180 Nasihat
181
Bab 181 Tragedi Pagi Hari
182
Bab 182 Jodoh untuk Mela
183
Bab 183 Kuliah Lagi
184
Bab 184 Yang Berlalu
185
Bab 185 Yang Berlalu (2)
186
BB 186 Apakah orang yang sama?
187
Bab 187 Cemburu Buta
188
Bab 188 Mr. Posesif
189
Bab 189 Anugerah
190
Bab 190 Ada Apa dengan Laura?
191
Bab 191 Huru Hara
192
Bab 192 Mengidam
193
Bab 193 Bermuka Dua
194
Bab 194 Babang Tamvan
195
Bab 195 Memilih Universitas
196
Bab 196 Laura Berbeda
197
Bab 197 Jatuh
198
Bab 198 Kehilangan
199
Bab 199 Sebuah Pesan
200
Bab 200 Beraksi
201
Bab 201 Hati Yang Terluka
202
Bab 202 Salah Paham
203
Bab 203 Sibuk
204
Bab 204 Puasa
205
bab 205 St. Moritz
206
206 St. Moritz 2
207
bab 207 Romantisme Zurich
208
Bab 208 Perpisahan
209
Bab 209 Next..
210
Bab 210 Sebuah Syarat
211
Bab 211 Hari Istimewa
212
Bab 212 I am Right Here Waiting For You
213
Bab 213 Keputusan Terakhir
214
Bab 214 Malaikat kecil
215
Bab 215
216
Bab 216 Panik
217
Bab 217
218
Bab 218 Perpisahan
219
Bab 219 Sesuatu yang Tersembunyi
220
Bab 220 Sosok Misterius
221
Bab 221
222
Bab 222
223
Bab 223 Perasaan Yang Sama
224
Bab 224 Siapa Dia?
225
Bab 225 Berdamai dengan Kenyataan
226
Bab 226 Konsekuensi
227
Bab 227 Ulang Tahun Sederhana
228
Bab 228 Swiss dan Carla
229
Bab 229
230
Bab 230 Ingin Bertemu Ayah
231
Bab 231 Keluarga
232
Bab 232
233
Bab 233 Anugerah Terindah
234
Bab 234
235
Bab 235
236
Bab 236
237
Bab 237
238
Bab 238
239
Bab 239
240
Bab 240
241
Bab 241
242
Bab 242
243
Bab 243
244
Bab 244
245
Bab 245
246
Bab 246
247
Bab 247
248
Bab 248
249
Bab 249
250
Bab 250
251
Bab 251
252
Bab 252
253
Bab 253
254
Perkenalan Novel Baru
255
Bab 255
256
Bab 256 Ending
257
Terima kasih untuk Uda
258
Pisah Sambut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!