Dengan ceria, aku melangkah menuju lantai 4.
'Ya Allah, lancarkan lah pekerjaan ku hari ini, dan seterusnya. Amin.' Pinta ku dalam hati.
"Haduhh.. Capek juga yah, baru juga naik tangga dari lantai 1 ke lantai 4, udah ngos-ngosan. Dasar kaum rebahan! Belum juga sehari, gimana kalo udah sebulan, remuk sudah tulang ku." Gerutuku.
Setelah sampai dilantai 4, Riska berjalan sambil menatap kagum kiri dan kanan ruangan.
***
Aldi memasuki Lobby utama bersama asisten Bian, dan seperti biasa dia mendapatkan sapaan dari para kariyawan.
"Selamat pagi pak."
"Haduhh calon imam udah datang."
"Calon papanya anak-anak gue itu."
"Oh ya ampun pak Aldi, namamu selalu ku sebut dalam doaku."
Dengan tenang dan wajah datar, Aldi tetap melangkah. Tak menghiraukan pujian karyawannya. Hingga dia dan Bian memasuki lift menuju ke ruangannya.
Sedang dalam lift Bian mencibir "Ya elah, Al .. Al .. Senyum dikit kek. Dipuji ciwi-ciwi tuh muka datar aja kek tembok." Sedang yang dicibir hanya cuek dengan datar.
"Ya Alloh, berikanlah hidayah pada teman Bian satu ini, ya Alloh." Sambung Bian lagi, jengkel karena perkataan tidak digubris Aldi.
"Berisik!" Sentak Aldi kesal.
"Gimana mau dapan jodoh coba, Al, orang senyum aja pelit Lu. Live is must go on Al, cam'on! Dia aja mungkin nggak ada mikirin lu, Al." Berang Bian.
"NGGAK USAH BAHAS DIA !! " Sentak Aldi dengan sedikit bentakan.
"Oke." Bian memilih mengalah.
Setelah itu, hanya ada keheningan dalam lift, hingga mereka tiba dilantai 4.
***
Liat kanan, liat kiri, Riska berjalan sambil bersenandung "Hariku cerah .. Matahari bersinar .. Ku gendong tas merahku, di pun--- "
Bruk!
Nyanyian Riska terhenti, karena tak sengaja menabrak seseorang.
"Njirr ... Sakit pantat gue. Makin rata dah pasti, nih pantat. Siapa sih yang naroh tembok didepan gue? Nggak liat apa, IU mau lewat." Setelah puas mengumpat, Riska mengalihkan pandangan ke atas.
"Ba- bapak, yang tadi saya tabrak??" Tanya Riska gagap.
"Ihh .. Ganteng yah ampun ... Boleh tabrak lagi nggak, Pak?? Celetuk Riska, sambil cekikan.
Ha .. Ha ..
Bian tertawa mendengar perkataan Riska. Sedang yang jadi bahan godaan, bermuka masam.
"Udah ketawanya, Bian?" Sentak Aldi, dengan suara berat.
Bian langsung diam. Aura bosnya mulai negatif.
"Dan kamu!" Tunjuk Aldi pada Riska.
"Kamu pikir, ini kantor punya nenek moyang kamu? Hah? Seenaknya sendiri nyanyi-nyanyi. Iya kalo suaranya bagus. Ini kayak kaleng pecah juga! Ini kantor buat kerja, bukan buat main. Kalo mau main, ke taman kanak-kanak sana." Bentak Aldi dengan wajah menahan emosi.
"Ya ampun pak jangan galak-galak ihh .. Susah jodoh loh nanti .." Balas Riska santai, tak merasa tertekan.
"Jangan kurang ajar yah,kamu! Mau kamu, saya pecat hah?" Aldi mulai emosi jiwa.
Riska tertegun sejenak. Dilihat dari penampilannya, pria itu seperti, mempunyai jabatan yang tinggi. Namun Riska menepis anggapannya. "Emangnya bapak siapa? Sampai bisa pecat saya? Mau saya laporin bapak, ke CEO nya? Hayooo .."
"Sudahlah. Ngomong sama orang gila, nanti bisa ikutan gila." Aldi mulai kesal.
"Bapak, ngatain saya gila?? Wahh enak aja. Cantik gini dikatain gila. Bapak kalo yang gila!" Bantah Riska. Dia tak terima, dikatakan gila oleh lelaki di hadapnnya ini.
"KAMU?" Jerit Aldi, dengan suara sudah naik satu oktaf.
"Apa? Bapak, kira saya takut? Jangan mentang-mentang, Bapak atasan disini, terus bisa semena-mena sama bawahan, Pak." Riska balik menantang.
"DIAM KAMU! Sana balik bekerja." Bentak Aldi, kemudian langsung berbalik. Diikuti Bian berjalan dibelakang nya, menuju ke ruangannya.
"Dasar cewe sinting, gila .." Gerutu Aldi.
Ternyata gerutu Aldi, didengar oleh Riska. Hingga Riska balas dengan sedikit teriak.
"AKU SUMPAHIN JODOH BAPAK, ITU AKU!"
Degg..
Setelah mendengar teriakan Riska, Aldi terpaku sejenak. Kemudian langsung mempercepat jalannya agar cepat menjauh dari Riska. Sedang Riska, mencak-mencak ditempat, sambil ngomel. Kemudian memilih pergi, untuk menemui rekan kerjanya.
Sambil berjalan, Riska memikirkan ancaman Aldi tadi. Siapa lelaki itu sebenarnya? Kuasa apa yang dia punya, hingga bisa mengancam, ingin memecatnya? Bagaimana jika, dia benar akan dipecat?
***
Setelah tiba didalam ruangan Aldi. Bian tak bisa lagi menahan tawanya.
Ha .. Ha ..
"Gila itu cewek! Berani banget dia. Katanya dia mau laporin Lu , Al, ke CEO. Dia nggak tau aja, kalo yang dia ajang perang tadi, CEO nya langsung." Gumam Bian, setelah tawanya reda.
"Diem kagak Lu, Yan. Pusing gue .." Protes Aldi, yang sedang duduk dikursi kebesaran nya, dan Bian duduk didepan Aldi.
"Hati-hati loh, Al. Jangan-jangan, jodoh beneran Lu sama tuh cewe." Ledek Bian, kemudian kembali tertawa.
"Keluar Lu, Yan." Usir Aldi. Emosi Aldi mulai meluap karna candaan Bian.
"Ya elah .. Gitu aja sensi. Kayak cewek PMS Lu, Al"
Aldi menatap tajam Bian. "Yan.. KELUAR!!!" Teriak Aldi frustasi. Bian langsung lari keluar karena ketakutan. Aura Aldi sangat menakutkan.
Setelah kepergian Bian, Aldi meremas rambutnya frustasi. Memikirkan Mamanya, yang hobi sekali ingin menjodohkan dirinya, dengan anak teman arisannya. Memikirkan mantan kekasih nya, yang namanya masih ia simpan dihati. Lalu ditambah lagi, dengan cewek bar-bar, over PD yang tadi dia temui tadi. Rasanya kepalanya ingin pecah.
"Aisshh .. Bisa gila beneran, Gue." Gumamnya.
Tak ingin beneran gila. Aldi kemudian, mulai menyibukkan dirinya dengan menyelesaikan berkas, dan mempelajari materi untuk pertemuan nya dengan ibu Marisa nanti.
***
Tiba dipantri, Riska disambut beberapa rekan kerjanya, sesama cleaning service.
"Selamat pagi .. Perkenalkan nama saya Riska, office girl baru disini." Sapa Riska sopan, sambil memperkenalkan dirinya, kepada rekan kerjanya.
"Halo Riska.. Kenalkan, saya Intan, sebelah kanan saya Ayu, sebelah kiri saya Jihan, sebelah Jihan itu Dodi, dan terakhir disebelah Ayu, itu Duta. Selamat bergabung Riska, semoga betah yah." Balas Intan memperkenalkan diri dan teman-temannya
"Hai semuanya ..." Balas Riska tersenyum.
"Sudah bu Dewi beritahukan, apa aja aturan dilantai ini, dan larangannya kan?"
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan Intan.
"Oke. Sekarang kami ikut aku. Kita akan membersihkan kaca jendela, samping ruangan CEO." Ajak Intan. Aku hanya mengganguk dan ikut berjalan disamping Intan.
"Kamu bersihkan di sebelah kanan, dan aku di sebelah kiri yah." Ujar Intan, membagi tugas.
Aku mengganguk dan mulai bekerja mengikuti intrukusinya.
Dengan semangat, aku membersihkan kaca jendela di depanku. Sambil sesekali bercanda dengan Intan. Ternyata Intan orang yang asik, dan tipikal teman yang mudah akrab.
Sedang asik membersihkan jendela. Tiba-tiba pintu ruangan, yang bertuliskan CEO, disamping kiri ku terbuka. Mau tak mau, membuat ku ikut menoleh kearah pintu, penasaran ingin melihat rupa sang CEO.
Degg .. Degg..
Aku terpaku. Nafasku terasa tercekat ditengorokan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments