"Pak tua,kamu tenang saja.Percayalah padaku" ucap Sebastian dengan wajah yakinnya untuk menenangkan pak tua tersebut,walaupun ia merasa agak sedikit khawatir karena ini baru pertama kalinya ia melakukannya pada daging manusia.
Tapi walaupun begitu,kadar rasa percaya dirinya lebih tinggi dari pada rasa khawatirnya.
Tapi belum sempat pria tua tersebut bersuara,Sebastian sudah sedang dalam proses menjahit.Iapun hanya mampu terus menahan sakit,akibat jahitan yang di lakukan oleh pria muda tersebut yang tanpa obat bius sedikitpun.
Walaupun ia sudah pernah beberapa kali di tembak dan di jahit tanpa obat bius seperti ini,tapi orang yang menanganinya adalah beberapa anak buahnya yang sudah ahli dalam paramedis.
Tapi yang membuat dirinya menjadi tegang saat ini,karena perkataan pria muda tersebut yang mengatakan tentang kucing dan anjing tadi.Yang benar saja,apakah pria muda tersebut sedang menyamakan dirinya sama nama-nama binatang yang dia sebutkan tadi.
"Ayah percaya padamu,nak" timpal Ayah yang dari tadi hanya diam saja,dengan wajah yang tersenyum yakin,sambil duduk santai di tepi kasur dan terus menatap cara putranya menjahit luka pria tua tersebut.
Sebastian yang mendengar dukungan dari Ayahnya itu,langsung tersenyum senang sambil menjahit luka tersebut dan melirik sekilas ke arah tato elang yang ada di dadanya pak tua tersebut.
Walaupun ia juga merasa sedikit khawatir,tapi ia lebih memilih untuk mempercayai putranya itu,karena ia yakin kalau putranya itu mampu melakukannya dengan baik.
Sedangkan pria tua tersebut yang sudah tidak berdaya itu,ia hanya mampu menahan sakit dan sekali-kali meringis kesakitan dengan wajah pasrahnya.
Ia juga terus menggerutu kesal di dalam hatinya,karena melihat father's son tersebut yang memiliki sifat yang hampir sama.Wajah dan pembawaan yang sangat tenang,dan juga cara bicara mereka yang terdengar santai dan juga sangat mengesalkan menurut dirinya.
15 menit kemudian...
"Sudah selesai" ucap Sebastian dengan wajah yang tersenyum puas dan juga lega,karena ia berhasil menghentikan darahnya pria tua tersebut yang tidak berhenti mengalir tadi,tidak sia-sia ia sekalian belajar menjahit luka pada binatang-binatang yang pernah ia tolong.
Ayah yang sedari tadi sedang dudukpun langsung berdiri dari duduknya dan menelisik hasil putranya itu dengan teliti dan juga ikut tersenyum lega.
"Ayah,bagaimana?" tanya Sebastian dengan nada semangatnya,sambil mengambil lap basah tadi untuk mengelap darah-darah yang ada di tubuh pria tua tersebut,ia juga tidak lupa mengoles cream anti infeksi pada jahitan tersebut.
"Bagus" jawab Ayah dengan singkat dan wajah yang tersenyum bangga,ternyata putra mereka mampu mengikuti jejaknya.Lalu ia segera berjalan untuk mengambil suntik yang telah di bawa oleh Sebastian tadi dan juga langsung ia isi dengan cairan obat pereda sakit dan mampu membuat pria tua tersebut langsung tertidur.
Tapi ada sedikit rasa kesal di dalam hatinya,saat ia memikirkan putra mereka yang lebih memilih kuliah manajemen bisnis dari pada kedokteran.Itupun putra mereka mengambil yang lebih murah,karena takut uang pensiunannya akan menjadi boros.
Sedangkan pria tersebut,ia hanya mampu mendengar pembicaraan father's son tersebut dengan kedua mata yang tertutup karena sibuk menahan rasa sakit di sekitar dadanya.
"Bas,dari mana kamu menemukan pria ini?" tanya Ayah sambil menyuntik pria tua tersebut,sambil menatap wajah pucatnya pria tua tersebut karena darah yang sudah banyak keluar tadi.
"Di tengah jalan sana,Yah.Tadi pak tua ini juga di kejar oleh beberapa pria bersenjata ,Yah" jawab Sebastian dengan nada santainya,sambil terus membersihkan dadanya pria tua tersebut dengan pelan.
Ayah yang mendengar jawaban dari Sebastian barusan,ia hanya terdiam dengan wajah tenangnya,sambil menelisik wajah pucatnya pria asing tersebut yang sudah mulai terlelap akibat obat bius yang telah disuntikannya tadi.
Ternyata tebakannya tadi benar,kalau pria asing tersebut adalah seorang mafia.Lalu ia kembali menatap ke arah wajah kesal putranya.
"Aku tahu apa yang Ayah pikirkan.Dan yang Ayah pikirkan itu sama dengan apa yang aku pikirkan tadi" ucap Sebastian tanpa di tanya oleh Ayahnya lagi,karena ia langsung bisa mengerti sama tatapan dari Ayahnya itu.
"Ayah,lihatlah,apa yang telah pak tua ini lakukan pada kamarku? Dan ini kasurku,jas kerjaku dan juga dasiku sudah di basahi oleh darahnya pak tua ini" lanjut Sebastian lagi dengan nada kesalnya,sambil menatap kasurnya dan jas berserta dasinya yang dari tadi sudah tergeletak di sampingnya kasur ,bahkan semua miliknya itu hampir di penuhi oleh darah pak tua tersebut.
Lalu ia segera merapikan peralatan medis milik Ayahnya, setelah ia sudah selesai membersihkan dadanya pria tua tersebut.
Sedangkan Ayah,ia hanya mampu menghela napas dengan pelan.Apakah putra mereka itu tidak takut kalau akan terbunuh oleh pria-pria bersenjata tadi atau oleh mafia yang dia tolong ini.
"Ayah,aku hanya ingin menolong pak tua ini saja.Aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja.Jika tadi aku tidak menolongnya,pak tua ini pasti sudah di bunuh dengan cara sadis dan di buang ke laut oleh orang-orang itu" lanjut Sebastian lagi dengan nada santainya karena rasa kesalnya tadi sudah mulai berkurang,sambil mengambil jas dan dasinya setelah ia sudah selesai memakaikan kemeja biasa miliknya pada pak tua tersebut.Bahkan ia juga menyelimuti pak tua tersebut,takut-takut kalau pak tua tersebut sampai kedinginan nanti.
"Iya,iya,kamu yang paling benar.Sudah,ayo kita cepat keluar.Pasti Ibu dan adikmu sudah tertidur di ruang tamu sana" ucap Ayah dengan wajah malasnya karena lagi-lagi putranya itu mampu membaca pikirannya.Lalu iapun segera mengangkat baskom air kotor tersebut dan membawanya keluar dari dalam kamar putranya itu.
"Bukankah kamu bisa membeli jas,dasi dan kasur yang baru lagi.Lagi pula,sebentar lagi gajimu sudah akan cair" lanjut Ayah lagi dengan nada menyindirnya,karena terkadang putranya itu terlalu sok-sok an mau membantunya tentang keuangan keluarga.
"Ayah,kalau yang ini pengeluaran yang tidak terduga" ucap Sebastian dengan nada kesalnya sambil menatap kesal ke arah wajah terlelapnya pak tua tersebut,lalu ia kembali menatap sedih ke arah jas dan dasi yang sedang ia pegang itu untuk beberapa detik.
Kalau kasurnya,mungkin ia hanya akan membuang sprainya saja.Dan kasurnya masih tetap bisa ia pakai karena hanya ternoda sedikit darah saja.Tapi kalau jas sama dasinya,ia terpaksa harus membeli yang baru seperti yang di katakan oleh Ayahnya tadi,karena darah yang ada di jas dan dasinya terkena hampir menyeluruh.
Kemudian iapun segera mengikuti langkah Ayahnya yang sudah duluan keluar dengan langkah tidak bersemangatnya,sambil membawa jas,dasi dan juga peralatan medis milik Ayahnya tadi, dan membiarkan pak tua tersebut beristirahat penuh.
Sedangkan Ayah,ia langsung tertawa kecil saat ia mendengar perkataan putranya barusan tanpa menghentikan langkah kakinya.
Di ruang tamu...
Ayah yang duluan sampai di ruang tamu,ia langsung menghela napas dengan pelan.Begitu juga dengan Sebastian,saat ia dan Ayah melihat Ibu dan adiknya sudah tertidur di sofa yang ada di ruang tamu.
"Lihatlah hasil dari perbuatanmu ini" ucap Ayah dengan wajah kesalnya,sambil membawa baskom air kotor tersebut ke dapur dan sekalian membersihkannya.
Kenapa juga,tadi ia menyuruh putri dan istrinya untuk menunggu mereka di ruang tamu.Karena tadi ia menjadi sedikit bingung akibat ulah putranya itu,ia jadi lupa kalau tadi saja sudah tengah malam,di tambah lagi dengan urusan mereka di dalam kamarnya Sebastian tadi.
Bukannya ia ingin mempermasalahkan niat baik putranya tapi situasinya tadi sangat mendadak,hingga mampu membuat dirinya merasa sedikit kesal.
"Ayah,lagi-lagi kamu menyalahkanku.Kalau tahu begini,aku tinggalkan saja pak tua itu di tengah jalan tadi" ucap Sebastian dengan nada kesalnya,lalu iapun segera melangkahkan kakinya ke arah yang berbeda untuk menyimpan peralatan medis milik Ayahnya kembali dan membuang jas dan dasinya yang sudah tidak bisa kembali ia gunakan itu.
Setelah beberapa menit...
"Ayah bagaimana sama makanan-makanan dan yang lainnya?" tanya Sebastian dengan wajah bersalahnya,sambil menatap Ayahnya yang baru saja keluar dari dalam dapur.
"Di simpan ke dalam kulkas saja dulu.Tapi sebelum itu,kita harus membawa Ibu dan adikmu ke dalam kamar dulu" jawab Ayah dengan wajah tenangnya kembali,sambil menatap makanan dan berbagai daging yang telah di sediakan oleh istri dan putrinya tadi.Bahkan daging-daging tersebut masih belum sempat di panggang,karena tadi mereka semua sibuk menunggu Sebastian pulang.
"Baik,Yah" ucap Sebastian dengan ekspresi yang semakin bersalah di wajahnya,lalu ia segera mengendong adiknya,begitu juga dengan Ayah yang sedang mengendong Ibunya.
Ia mengendong adiknya,sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir jam 2 pagi.
Lalu ia kembali menatap wajah adiknya yang sedang tertidur pulas,sambil terus berjalan.Pantasan saja Ibu dan adiknya menunggu mereka berdua sampai tertidur begitu pulas,ternyata beberapa jam lagi sudah pagi.
Setelah mereka berdua selesai mengendong kedua wanita yang sama-sama mereka cintai itu ke dalam kamar mereka masing-masing.Mereka berduapun langsung pergi membersihkan makanan-makanan yang masih terlihat utuh itu ke tempatnya masing-masing.
"Tidurlah bersama adikmu,jangan tidur di ruang tamu" ucap Ayah dengan nada tegasnya,saat ia sudah berada di depan pintu kamar miliknya dan melihat putranya yang sedang berjalan ke arah ruang tamu.
"Baik,Yah" jawab Sebastian dengan wajah pasrahnya,lalu iapun berbalik badan dan berjalan ke arah kamar milik adiknya itu.
***
Pagi harinya,matahari sudah terbit tapi matanya kedua kakak beradik tersebut masih terlelap pulas dan terasa berat karena masih merasa ngantuk.
"Hoaamm,ternyata sudah pagi" ucap Stella setelah ia sudah terbangun dari tidurnya,sambil merentangkan kedua tangannya ke atas dan juga kedua mata yang agak menyipit karena terkena sinar matahari yang sudah menerobos masuk ke celah-celah jendelanya.
"Pantasan saja sudah terang begini,rupanya sudah jam 8 pagi" lanjut Stella lagi dengan wajah ngantuknya,sambil duduk dari berbaringnya tadi dan menatap ke arah jam dinding.Lalu ia segera menoleh ke sampingnya,saat ia merasakan seperti ada seseorang yang sedang tidur di sampingnya.
"Kakak" panggil Stella dengan nada pelannya dan wajah kagetnya.Kemudian wajah kagetnya langsung berubah menjadi kesal saat ia mengingat kembali,bagaimana dirinya dibuat kesal oleh kakaknya itu,di tambah lagi ia harus sampai tertidur di sofa bersama Ibu demi menunggu kakaknya ini.
Tapi beberapa detik kemudian,ia langsung tersenyum jahil saat ia sudah mendapatkan ide yang bagus untuk menghilangkan rasa kesalnya itu.Lalu iapun segera berbaring kembali,dan......
"Buk"
"Auchk"
Terdengar suara sesuatu yang terjatuh dan juga pekikan sakit dari mulutnya Sebastian,yang terdengar hampir bersamaan.
"Aduh,siapa yang berani mendorongku?" tanya Sebastian sambil mengelus-elus pinggangnya dan menatap ke arah wajah terlelap adiknya dengan wajah yang sedang meringis kesakitan.
"Stella,apa kamu yang mendorongku?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya dan kedua mata yang menelisik ke arah wajahnya Stella yang masih tetap terlelap damai.Ia bertanya,sambil berdiri dari terjatuhnya tadi.
"Jangan berpura-pura lagi.Aku akan......Ya Tuhan,aku sudah terlambat berangkat kerja saat ini" lanjut Sebastian lagi,tapi belum sempat ia menyelesaikan gerutuan kesalnya.Tidak sengaja ia melihat jam dinding milik adiknya itu,hingga mampu membuat dirinya segera berjalan buru-buru keluar dari dalam kamar adiknya dan terpaksa melupakan rasa kesalnya tadi.
Inilah salah satu penyebab dirinya tidak mau tidur di kamar adiknya tapi karena di suruh oleh Ayah,iapun terpaksa menurutinya karena tidak mau kurang ajar dan saat itu tubuhnya juga sedang lelah.
"Rasakan,siapa yang suruh kakak membuat malam tahun baruku menjadi berantakan" ucap Stella dengan wajah yang tersenyum puas,sambil menatap punggung kakaknya yang sudah menghilang di balik pintu kamarnya itu.
Lalu iapun kembali memejamkan kedua matanya,karena ia masih merasa ngantuk dan masih ingin melanjutkan tidurnya untuk 1 jam ke depan lagi.
Di dapur...
"Jangan menatapku seperti itu.Lagi pula,aku merasa kalau umur kita tidak beda jauh" ucap Ayah dengan nada malasnya ,sambil meminum kopi miliknya.
Karena dari pak tua tersebut keluar dari dalam kamarnya Sebastian tadi,dan sudah setengah jam pak tua tersebut terus makan sarapan sambil menatap wajah tuanya,hingga mampu membuat dirinya menjadi risih.
"Aku sudah berumur 52" ucap Pak tua tersebut dengan nada santainya,setelah ia sudah selesai memakan sarapannya.Lalu iapun segera mengalihkan tatapannya ke setiap sudut rumahnya pria yang sedang duduk di hadapannya itu.
"Aku 51" ucap Ayah tanpa di tanya,sambil menatap ke arah pak tua tersebut.
"Aku harap,kamu tidak akan melibatkan masalahmu ataupun dunia hitammu kepada putraku.Walaupun tubuhnya lebih besar dan lebih atletis dari kamu,tapi putraku tidak begitu bisa ilmu bela diri.Dan aku rasa,kamu juga sudah bisa mengerti dengan maksudku ini" lanjut Ayah lagi,dengan wajah seriusnya,sambil menatap ke arah kemeja putranya yang terlihat sedikit agak longgar di tubuhnya pria asing tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments