"Baiklah,baiklah,aku yang salah.Sepertinya kamu harus segera tiba di rumah sakit,karena kamu sudah kekurangan banyak darah saat ini" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah khawatirnya dan rasa bersalahnya kembali saat ia baru menyadari kesalahannya.
"Aku mohon,jangan membawaku ke rumah sakit" ucap Pria tua tersebut dengan cepat dan berusaha meninggikan suaranya,bahkan kedua tangannya sudah tidak berdaya dan tergeleletak di udara begitu saja karena sudah terlalu banyak darah yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Tapi pak tua,darahmu......" ucapannya Sebastianpun langsung di sela oleh pria tua tersebut dengan cepat,hingga mampu membuat dirinya menjadi semakin bingung sama tingkah anehnya pak tua tersebut.
"Aku mohon,anak muda" sela pria tua tersebut dengan suara yang terdengar semakin lemah.Ia takut kalau musuhnya akan mencarinya sampai ke rumah sakit terdekat di sekitar sini,bisa-bisa ia tidak akan memiliki harapan untuk hidup lagi kalau ia lebih dulu di temukan oleh musuhnya dari pada anak buahnya.
"Baiklah,baiklah,terserahmu saja.Tapi jika nanti kamu mati,kamu jangan menyalahkan aku" ucap Sebastian dengan wajah pasrahnya yang bercampur rasa kesal,lalu ia segera membelokkan motornya ke arah jalan pintas yang akan membawa mereka berdua menuju ke rumahnya sendiri.
Ia sudah bingung,mau di bawa kemana pak tua ini.Mau tidak mau,iapun harus membawa pak tua tersebut ke rumahnya,karena hanya itu yang ada di benaknya saat ini.Biarlah kedua orang tuanya menjadi urusan kendian saja.
Tapi sepertinya,di benaknya juga hanya ada 1 nama yang mampu membantunya untuk menolong pria tua tersebut, ia akan meminta bantuan Ayahnya saja.Karena Ayahnya adalah mantan dari seorang Dokter medis,jadi ia yakin kalau Ayahnya dan dirinya berkerja sama,mereka berdua pasti akan mampu menyelamatkan pria tua tersebut.
Setelah 10 menit ia melaju dengan kecepatan 70,80 km/ jam,supaya mereka bisa cepat sampai dan kebetulan jalan pintas tersebut lagi sepi.Akhirnya perjalanan ke rumahnya yang harus selama 20 menit dengan melaju santai itu, mereka berduapun sampai juga di halaman depan rumahnya Sebastian.
"Pak tua,apakah kamu masih sadar?" tanya Sebastian dengan wajah khawatirnya,sambil melepaskan ikatan dasinya.
"Hm" jawab pak tua tersebut dengan singkat dan nada pelannya,karena tenaganya terus mengurang.
"Syukurlah" ucap Sebastian dengan nada senangnya,tapi wajahnya tetap menampilkan ekspresi khawatir.Lalu ia segera membopong tubuh pria tua tersebut ke teras rumahnya.
Sedangkan pak tua tersebut,langsung tersenyum di dalam hatinya saat ia mendengar perkataan syukur dari pria muda tersebut.Malam ini ia sangat sial karena sudah di serang secara tiba-tiba dan tertembak oleh musuhnya,tapi ia juga merasa sangat beruntung karena telah berjumpa sama pria muda baik hati tersebut yang mau menolongnya itu.
"Tok tok tok " terdengar suara ketukan pintu yang di ketuk oleh Sebastian dari luar rumah.
"Ceklek" terdengar suara pintu rumah yang langsung di buka oleh Ayah dan Ibunya Sebastian yang memang sedang menunggu putranya pulang.
"Bastian,apa yang telah terjadi nak? Siapa pria ini?" tanya Ayahnya Sebastian dari ambang pintu dengan wajah kagetnya,setelah ia sudah membuka lebar pintu rumahnya itu.
"Iya,siapa pria ini nak? Kenapa tubuhnya di penuhi sama darah?" timpal Ibunya Sebastian dengan wajah kaget dan juga takut.
"Kakak,siapa yang kamu bawa? Kena....." ucapan adiknya Sebastian yang baru saja muncul dari belakang tubuh Ayahnya Sebastian itu langsung di sela oleh Sebastian dengan cepat.
"Ayah,Ibu,Stella,sekarang aku belum bisa menjawab semua pertanyaan kalian bertiga tadi.Aku harus segera menolong pak tua ini,jika tidak nyawanya tidak akan tertolong lagi" sela Sebastian dengan cepat dan wajah seriusnya,sambil berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya.
"Ayah,cepat bantu aku.Nyawa pak tua ini,sudah hampir menghilang" teriak Sebastian dari depan pintu kamar miliknya dengan wajah kesalnya,saat ia melihat Ayahnya yang hanya berdiri terbengong saja di ujung pintu sana.
Sedangkan pak tua tersebut,lagi-lagi ia harus menahan kesal yang ntah sudah hitung ke berapa kali di dalam hatinya.Karena ia harus terus mendengar kata-kata dari mulutnya pria muda tersebut yang terdengar seperti sedang mengejek dirinya.
"Ya Tuhan,anak ini.Apa yang sudah kamu makan bu,kenapa putramu selalu merepotkan kita dengan kebaikannya itu?" tanya Ayah dengan nada kesalnya,sambil memijit pangkal hidungnya dengan pelan.
Putra mereka itu kalau tidak membawa anak kucing yang terluka,pasti akan membawa anak anjing yang terluka,kadang juga suka memberi sedikit sembako pada beberapa orang yang membutuhkan.
Tapi yang di bawa oleh putra mereka kali ini,sangat berbeda dari yang sebelum-sebelumnya.Sejujurnya,ia memang sangat bangga karena memiliki seorang putra yang baik hati dan suka menolong,tapi tidak seperti ini juga kan.
Membawa pria yang sedang berlumuran darah,belum lagi pada saat tengah malam seperti ini.
"Stella,kamu lap darah-darah yang ada di lantai itu.Lalu kamu tunggu di ruang tamu saja dulu.Jangan masuk ke dalam kamar kakakmu,kalau ingin merayakan malam tahun baru bersama kakakmu" perintah Ayah,masih dengan nada kesalnya,sambil menatap darah-darah yang berceceran di lantai sepanjang langkah kakinya pria tua tersebut.
"What,apa Ayah sedang bercanda?" tanya Stella dengan wajah kagetnya,sambil menatap tidak percaya ke arah Ayahnya.
Kalau biasanya ia di suruh oleh kakak atau Ibunya untuk mengelap darah anjing atau kucing,ia tidak akan protes.Tapi kali ini,yang benar saja,ia harus mengelap darahnya manusia.
"Ibu,kamu pergi ambil sebaskom air bersih dan kain bersih" lanjut Ayah lagi,lalu ia langsung berjalan ke arah kamar milik putra mereka dengan langkah lebarnya dan mengabaikan protes putrinya mereka.
"Baik,Yah" jawab Ibu dengan wajah bingungnya,sambil menatap punggung suaminya dan wajah kaget,takut dan kesal putri mereka yang sudah bercampur menjadi satu itu.
"Ibu" panggil Stella dengan wajah memelasnya,karena ingin meminta bantuan dari Ibunya.
"Jangan memanggil Ibu.Apa kamu tidak lihat,Ibu juga sedang bingung saat ini.Kerjakan saja apa yang di katakan oleh Ayahmu tadi,kalau kamu ingin merayakan malam tahun baru bersama kakakmu" jawab Ibu dengan wajah bingungnya,lalu ia segera pergi mengambil apa yang di suruh oleh suaminya tadi.
Stella yang mendapatkan jawaban yang hampir sama dengan apa yang di katakan oleh Ayahnya itupun hanya mampu mendengkus kesal saja.
"Kakak,awas kamu " ucap Stella dengan sedikit berteriak kesal,sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil seember air dan juga kain pel dengan sedikit menghentak-hentakkan kedua kakinya karena merasa kesal.
Di dalam kamar miliknya Sebastian...
"Bas,kenapa kamu selalu merepotkanku?" tanya Ayah dengan wajah kesalnya,sambil membuka kancing baju pria tua tersebut dengan gerakan pelan,setelah ia sudah berada di dalam kamar putranya itu dan putranya itu juga sudah meletakkan pria tua tersebut ke atas kasur
Sebastian yang mendengar keluhan Ayahnya itu,ia hanya tersenyum santai saja,karena ia memang sudah terbiasa mendengar keluhan Ayahnya itu setiap harinya.
"Tok tok tok" terdengar ketukan pintu dari luar.
"Bas,cepat buka pintunya,ambil baskom airnya dan suruh Ibumu tunggu di ruang tamu dulu" lanjut Ayah lagi dengan nada tegasnya,sambil memeriksa dada pria tua tersebut.
Ia tidak mungkin menyuruh istrinya untuk membantunya,karena yang sedang ingin di tolong itu adalah seorang pria.
"Baik Yah" jawab Sebastian dengan cepat,lalu segera membuka pintu.
"Ibu,Ayah bilang,Ibu tunggu di luar dulu ya" ucap Sebastian dengan nada lembutnya,sambil mengambil beberapa kain bersih dan baskom air tersebut dari tangannya Ibu.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ibu dengan nada khawatirnya dan juga bingung yang masih belum berkurang dari tadi.
"Baik Bu.Ada Ayah yang bersamaku,semuanya pasti akan baik-baik saja" jawab sebastian dengan wajah yang tersenyum ke arah Ibunya,padahal diirnya sendiri juga tidak yakin.Hanya saja dari tadi,ia terus berdoa di dalam hati supaya pria tua tersebut akan bisa mereka selamatkan.
"Baiklah" ucap Ibu dengan wajah yang tersenyum sambil melirik suaminya sebentar,lalu iapun segera berlalu dari hadapannya Sebastian dan berjalan ke arah putri mereka berada.
"Bas....." belum sempat Ayah menyelesaikan kalimatnya,Sebastian sudah lebih dulu menyelanya.
"Aku tahu,Ayah" sela Sebastian dengan cepat,setelah ia sudah meletakkan baskom air tersebut di sampingnya kasur dan juga samping Ayahnya.Lalu ia segera keluar dari dalam kamarnya,untuk pergi mengambil peralatan jahit medis milik Ayahnya.
Ayah yang melihat tingkah putranya itu,ia hanya mampu menghela napas dengan pelan,sambil mengambil pisau kecil yang memang sudah ada di kamarnya Sebastian,karena Sebastian memang selalu meletakkan pisau kecil di dalam kamarnya.
"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa tertembak? " tanya Ayah pada pria tua tersebut yang sedang sibuk menatap punggung putranya itu hingga pintu kamar tersebut tertutup.
"Kalau aku tidak salah tebak,kamu pasti seorang mafia" lanjut Ayah lagi,dengan wajah tenangnya,sambil menatap tato seekor elang yang berukuran kecil,yang terletak tepat di atas tempat tertembaknya pria tua tersebut.
Karena setahu pengalamanannya selama menjadi Dokter di salah satu rumah sakit besar dulu,ia selalu menemui pasien yang memilik tato-tato seperti ini.Tato-tato yang berbagai bentuk,menurut kelompok-kelompok mereka masing-masing,dan kenyataan yang ia ketahui,pasien tersebut adalah mafia yang terkena tembakan dari para musuh mereka masing-masing.
'Ternyata Ayah dan putranya sama saja' batin Pria tua tersebut dengan wajah malasnya,sambil mengalihkan pandangannya dan memperhatikan pergerakan Ayahnya pria muda tersebut.
"Gigit ini" ucap Ayah dengan nada santainya,sambil mendekatkan sehelai kain bersih yang di bawa oleh istrinya tadi dan sudah ia lipat kecil ke arah mulutnya pria tua tersebut.
Pria tua yang sudah bisa langsung mengerti itupun,langsung mengigitnya dengan kuat.
"Bersiap-siaplah." ucap Ayahnya Sebastian dengan wajah seriusnya,sambil menentukan tempat mana yang harus ia tekan dan ia belah sedikit untuk bisa mengeluarkan peluru yang hanya ada 1 buah saja di dalam dada pria tersebut,tapi yang membuatnya agak kesulitan adalah kedalaman peluru tersebut berada.
Dan bertepatan dengan Sebastian yang sudah masuk kembali sama peralatan jahit medisnya.
"Argghh" terdengar suara pekikan sakit yang tertahan dari mulutnya pria tua tersebut yang sudah di penuh oleh kain itu.
"Sudah,sekarang bagaimana caranya aku menjahitnya.Kenapa kamu tidak berpikir 2 kali terlebih dahulu,sebelum membawa pria ini ke rumah kita.Bukan hanya peralatan medis yang tidak lengkap,tanganku juga bermasalah.Seperti tidak ada rumah sakit saja di kota ini..." ucap Ayah dengan nada kesalnya sambil menahan rasa nyeri di pergelangan tangan dan juga di telapak tangannya,setelah ia sudah berhasil mengeluarkan peluru tersebut dari dalam tubuhnya pria tua tersebut.
"Dan pria ini termasuk beruntung karena masih selamat.Karena tembakannya terlalu dalam,hampir saja terkena jantungnya" lanjut Ayah lagi,sambil menahan darah pria tua tersebut dengan menggunakan kain yang lainnya lagi.
"Pria tua ini yang tidak mau di antar ke rumah sakit Yah,jadi aku bawa saja ke rumah kita" ucap Sebastian dengan nada kesalnya saat ia memikirkan tingkah anehnya pria tua tersebut tadi,sambil memeras kain yang ada di dalam baskom air tersebut,lalu ia segera mengelap darah yang ada di sekitar bekas tembakan tersebut.
"Lalu,siapa yang akan menjahitnya?" tanya Ayah dengan wajah bingungnya,sambil menatap sedih ke arah bekas jahitan di pergelangan tangannya.
Sudah 5 tahun ia pensiun dari posisinya yang menjadi salah satu Dokter terhandal di dunia medis.Tapi karena sebuah kecelakaan mobil,hingga membuat tangan kanannya yang selalu ia gunakan untuk melakukan segala macam operasi itu,tidak bisa ia gunakan lagi karena telah mengalami retak tulang di seluruh telapak tangan dan juga pergelangan tangannya.
Karena kecelakaan yang menimpanya itu,juga berhasil membuat ekonomi di dalam keluarganya menjadi mengalami sedikit kesulitan.Karena ia hanya bisa mendapatkan uang pensiunannya saja selama beberapa tahun ini.Maka dari itu,putra mereka mulai mencari perkerjaan sejak hari itu.
Bahkan tadi saja,ia harus mengeluarkan seluruh tenaganya untuk bisa mengeluarkan peluru tersebut,walaupun sudah melakukan operasi penyambungan tulang,tetap saja tangannya tidak bisa kembali secara normal lagi.
"Aku yang akan melakukannya,Yah" jawab Sebastian dengan cepat dan ekspresi yakin di wajahnya.Ia juga sudah mulai bersiap-siap dengan peralatan medis milik Ayahnya.
"Apa kamu yakin?" tanya Ayah dengan wajah kagetnya,sambil menatap putranya yang sudah berada di dekat mereka berdua.
"Apa Ayah sedang meremehkan kemampuanku saat ini?" tanya Sebastian dengan wajah santainya,sambil menahan rasa khawatir di dalam hatinya.Kalau saja ia tidak berhasil menjahit dengan benar dan sampainmengakibatkan pria tua tersebut kehilangan nyawa.
"Tidak juga" jawab Ayah dengan wajah tenangnya kembali,sambil berpindah posisi sama putranya itu.
"Ayah tenang saja,aku kan sudah pernah mempraktekkannya sama kucing dan anjing yang sedang mengalami kecelakaan kemaren itu,Yah.Ayah juga sudah melihat kan,kalau jahitanku kemaren berhasil dan sangat rapi" lanjut Sebastian lagi dengan wajah yang berpura-pura tenang,sambil mulai menjahitnya.
'What?' batin Pria tua tersebut dengan wajah tegangnya,kedua matanya yang tertutup rapat tadi langsung terbuka perlahan-lahan saat mendengar perkataannya pria muda tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments