Bab 2 : Namanya Juga Dosen

Seperti apa yang disarankan oleh teman-temannya, Aurora pun mencoba menurunkan rasa gengsi untuk menemui Pak Dikta yang saat ini berada di ruangannya.

Jika bukan karena Pak Dikta adalah dosen penting yang nilainya bisa berpengaruh untuk kelulusan, Aurora juga tak ingin kembali mendatanginya untuk meminta perbaikan nilai.

Persis di depan pintu ruangan Pak Dikta, terlihat Aurora yang tengah berdiri sambil tangannya terus maju mundur, ragu ingin mengetuk atau tidak.

Sampai akhirnya, pintu itu pun dibuka sendiri oleh sang pemilik ruangan.

"Kamu ngapain ada di depan ruangan saya ?" Tanya Pak Dikta yang tampak terheran.

Aurora terlihat panik sekaligus terkejut melihat Pak Dikta yang saat ini sudah ada tepat di hadapannya.

"Pak Dikta sendiri ngapain ?" Pertanyaan konyol itu terlontar keluar dari mulut Aurora karena saking gugupnya.

"Saya mau menemui Profesor Arya." Jawab Pak Dikta dengan mudah.

Aurora hanya mengangguk lalu kemudian diam. Mulutnya seperti enggan untuk berucap.

"Kok diem ? Pertanyaan saya belum kamu jawab."

"Ngapain kamu disini ? Apa ada perlu dengan saya ?" Aurora membuat Pak Dikta mengulang pertanyaannya.

"G-gini loh, Pak..." Aurora tampak ragu untuk mengatakannya.

"Kenapa ?"

"Saya itu mau minta tolong untuk kemurahan hati bapak." Ucap Aurora dengan suara lembutnya.

"Minta tolong apa ?" Pak Dikta makin bingung dengan maksud dan tujuan dari Aurora.

"Kamu kalau bicara itu yang jelas." Pinta Pak Dikta .

"Kesempatan buat mengulang tugas makalah masih ada gak, Pak ?" Akhirnya Aurora mau berkata to the point.

"Kamu mau pinta pengulangan buat tugas makalah ?"

"Bukankah beberapa jam yang lalu sudah kamu tolak ?" Pak Dikta masih ingat atas penolakan dari Aurora. Saat itu, Aurora menolak mentah-mentah kesempatan yang diberikan tanpa berpikir panjang dan dengan penuh kepercayaan diri.

"Saya awalnya memang merasa gak butuh tapi, setelah dipikir-pikir ternyata butuh melakukan pengulangan untuk tugas itu." Aurora mengatakan itu dengan santai bahkan sambil tersenyum lebar.

Pak Dikta hanya diam mematung sembari menatap datar ke arah Aurora.

"Jadi ? Apa kesempatan itu masih ada ?" Tanya Aurora yang butuh kepastian.

Dengan mudahnya Pak Dikta membalas dengan gelengan kepala sambil tersenyum.

"Kamu sudah menolak kesempatan itu jadi, ya sudah."

Apakah sekarang Aurora harus memohon untuk kesempatan yang sudah disia-siakannya itu ?

"Ayolah Pak..." Pinta Aurora.

"Saya benar-benar membutuhkan pengulangan itu." Ketika memohon seperti ini entah kemana perginya rasa gengsi dan ego yang ada pada diri Aurora.

"Saya tidak sebaik itu untuk memberikan kesempatan lagi." Ucapan Pak Dikta terdengar cukup tegas.

"Kamu sudah menolak kesempatan kedua itu jadi, jangan berharap apapun." Tambahnya.

Tatapan Aurora sudah terlihat berbeda. Ada sebuah rasa kesal yang mulai muncul.

Dengan senyuman hambar, Aurora masih bertanya. "Jadi, gak ada kesempatan ketiga buat saya ?"

"Tidak." Tukas Pak Dikta lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Aurora.

Setelah kepergian Pak Dikta, Aurora mulai meluapkan segala kekesalannya. Penolakan itu benar-benar membuat emosinya memuncak.

"Memang apa susahnya sih memberikan kesempatan lagi ?" Aurora mulai berbicara seorang diri.

"Emang tuh dosen aja yang pelit dan gak punya hati nurani."

Ingin berhenti marah tapi, Pak Dikta memang sangat menjengkelkan.

"Babi,"

"Anjing,"

"Kucing,"

"Harimau,"

"Macan,"

"Singa,"

"Kelinci,"

"Landak,"

"Sapi,"

"Kerbau,"

"Onta..."

Aurora mencoba untuk mengabsen nama-nama hewan lalu menghembuskan napas yang terkesan berat.

Kalau sedang emosi seperti ini, entah kenapa hawa udara yang ada di sekitar jadi ikutan panas.

"Tenang, Rara." Katanya sambil mencoba mengontrol emosinya. Pak Dikta memang hebat ya ! Salut, karena selalu berhasil membuat tekanan darah Aurora selalu naik.

...🥀🥀🥀...

Aurora memang sangat membutuhkan Pak Dikta untuk perbaikan nilai tugas makalah maka dari itu, dia merelakan waktunya dengan menunggu Pak Dikta.

Saat ini Aurora berada di kursi yang tak jauh dari ruangan Pak Dikta. Sudah lebih dari satu jam, Aurora duduk di kursi ini menunggu Pak Dikta yang tak kunjung kembali.

"Ini dosen kemana sih ?" Aurora sudah menggerutu. Ia hanya merasa sedikit bosan menunggu tanpa melakukan apapun.

Sedari tadi, berulang kali Aurora terus melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya hanya untuk mengetahui waktu.

Waktu telah menunjukan pukul empat sore. Seharusnya sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, ia bisa pulang. Terpaksa Aurora harus pulang terlambat karena masih menunggu si dosen yang paling tak disukainya.

"Bisa-bisa gue nginep di kampus." Katanya lagi.

Jarum jam terus bergerak dengan cepat dan akhirnya penantian panjang Aurora terbayarkan juga. Persis pukul lima sore, Pak Dikta kembali ke ruangannya.

Naira yang melihat dosen itu pun langsung memanggil namanya dengan cukup lantang. Panggilan dari Aurora juga yang berhasil membuat Pak Dikta tak jadi membuka pintu ruangannya.

"Pak Dikta..."

"Tunggu... Tunggu..." Aurora berlari mendekat ke arah dosen itu.

Dengan rasa kesal dicampur rasa lelahnya karena dibuat menunggu berjam-jam, Aurora sekarang sudah berdiri tepat dihadapan Pak Dikta.

"Pak Dikta kenapa lama banget sih ? Gak tahu apa kalau saya nungguin ?" Protes Aurora dengan berani.

"Kamu nungguin saya ? Buat apa ? Saya gak pernah menyuruh kamu untuk menunggu." Pak Dikta yang berhasil dibuat terheran oleh Aurora.

"Itu murni dari inisiatif saya sendiri." Aurora tersenyum.

"Saya merelakan waktu untuk menunggu bapak hanya karena masih  ingin membicarakan soal pengulangan tugas makalah itu." Kata Aurora pantang menyerah walaupun sudah ditolak.

"Bukankah perkataan saya tadi sudah jelas ?"

"Tidak ada pengulangan untuk tugas makalah." Pak Dikta mengatakannya dengan sangat jelas dan tegas.

"Memangnya bapak tega ngelihat nilai saya dapet C begitu ?" Aurora masih terus berusaha untuk membujuk.

"Lalu ? Saya kasih nilai C karena makalah yang kamu kerjakan itu isinya salah semua."

"Salah karena terlalu sama persis buku ensiklopedia bukan, Pak ?" Tanya Aurora mengakui kesalahannya sendiri.

"Iya. Apa kamu mengerjakan tugas dari saya memang selalu asal-asalan ?" Pak Dikta bertanya lagi sembari menatap Aurora dengan penasaran.

"Enak saja. Saya mengerjakan makalah itu sampai harus begadang." Balas Aurora dengan memberitahukan faktanya.

"Kamu bicara seperti itu bukan untuk menarik simpati saya kan ?" Pak Dikta curiga.

"Pak Dikta yang baik hati," Aurora kembali membujuk.

"Tolong beri saya kesempatan lagi, maka akan saya buktikan..." Ucapan Aurora sedikit terhenti. Gadis itu tengah berpikir mau membuktikan apa.

"Mau membuktikan apa ?"

"Kalau akan ada kemajuan pada makalah saya. Iya, makalah saya akan lebih baik dari ini."

Pak Dikta terdiam sejenak. Haruskah ia memberikan kesempatan itu lagi pada Aurora ?

"Pak ? Kok diem ?"

"Baik. Saya akan berikan kamu kesempatan untuk mengulang tugas itu, tapi–" perkataan itu terjeda sebentar.

"Tapi ?"

"–ada syaratnya. Saya gak bisa memberikan kesempatan itu dengan cuma-cuma."

Persyaratan apalagi ini miskah ? Kenapa Aurora merasakan feeling yang tak enak ?

"Apa syaratnya ?" Aurora penasaran.

"Tugas itu hanya boleh dikumpulkan sampai besok siang, sebelum pukul dua." Kata Pak Dikta memberitahu persyaratannya.

"Tidak ada kelonggaran, Pak ?" Aurora masih saja menawar.

Dengan cepat Pak Dikta menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Kalau lebih dari pukul dua tugas makalah kamu belum ada di meja saya,"

"Saya akan anggap kamu kembali menyiakan kesempatan ketiga." Tutup Pak Dikta lalu berlalu masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Aurora yang masih terlihat berdiri diam mematung.

Sekarang yang ada dipikirannya hanya bagaimana cara menyelesaikan perbaikan tugas makalahnya tepat waktu.

Akun media sosial Author :

Instagram : just.human___

Nb. kepoin aja akunnya, soalnya disana author bakal spill tipis-tipis cerita ini.

...🥀🥀🥀...

Cuma mau kasih tahu aja, kalau misalkan suka ceritanya jangan lupa buat kasih like, komen dan vote juga.

Ayo kawan ramaikan cerita ini, ajak kawan lainnya untuk bersenang-senang dan halu bersama :)

.

.

.

Gimana perasaan kalian kalau punya dosen seperti Pak Dikta ? Bakal seneng, kesel, atau benci seperti yang dilakukan Aurora ?

.

.

.

^^^Bersambung...^^^

Episodes
1 Prolog
2 Cast
3 Bab 1 : Hal Paling Dibenci
4 Bab 2 : Namanya Juga Dosen
5 Bab 3 : Sebuah Candaan
6 Bab 4 : Best Friend
7 Bab 5 : Kekhawatiran Seorang Ayah
8 Bab 6 : Keajaiban Yang Nyata
9 Bab 7 : Mas Pacar
10 Bab 8 : I Hope You Always Love Me
11 Bab 9 : Keinginan
12 Bab 10 : Lamaran
13 Bab 11 : Selingkuh ?
14 Bab 12 : Break Up
15 Bab 13 : Curahan Hati
16 Bab 14 : I Say Yes !
17 Bab 15 : Persiapan Pernikahan
18 Bab 16 : Wedding Dress
19 Bab 17 : Invitation Card
20 Bab 18 : The Day
21 Bab 19 : First Night
22 Bab 20 : Suami Istri
23 Bab 21 : Dosen dan Mahasiswi
24 Bab 22 : Godaan Dosen
25 Bab 23 : Mie Instan
26 Bab 24 : Treat Like A Queen
27 Bab 25 : Kesibukan Sebagai Mahasiswi
28 Bab 26 : Sakit
29 Bab 27 : Perhatian
30 Bab 28 : Bubur Ayam
31 Bab 29 : Kembali
32 Bab 30 : Ex - Boyfriend
33 Bab 31 : Penyesalan Yang Terlambat
34 Bab 32 : Kehilangan
35 Bab 33 : Kesedihan
36 Bab 34 : Hadiah
37 Bab 35 : Bersamanya
38 Bab 36 : Cemburu
39 Bab 37 : Seseorang Dari Masa Lalu
40 Bab 38 : Pesta
41 Bab 39 : Mabuk
42 Bab 40 : Pagi Yang Canggung
43 Bab 41 : Rumor
44 Bab 42 : Pusat Perhatian
45 Bab 43 : Kecewa
46 Bab 44 : Falling In Love
47 Bab 45 : For The First Time
48 Bab 46 : Happiness
49 Bab 47 : He's Lying
50 Bab 48 : Kepercayaan
51 Bab 49 : Confused
52 Bab 50 : Give Up
53 Bab 51 : Don't Ever Change
54 Bab 52 : She's Nice
55 Bab 53 : Hilangnya Kepercayaan Diri
56 Bab 54 : Masih Sayang Mantan ?
57 Bab 55 : Luar Negeri
58 Bab 56 : Miss Him
59 Bab 57 : Blessing
60 Bab 58 : Kabar
61 Bab 59 : Salah Paham
62 Bab 60 : Perceraian
63 Bab 61 : Dia Pergi
64 Bab 62 : Ibu Tunggal
65 Bab 63 : Sepi
66 Bab 64 : Masih Menunggu
67 Bab 65 : My Baby Girl
68 Bab 66 : Teringat Dia
69 Bab 67 : Happy Birthday
70 Bab 68 : Pesan Terakhir
71 Bab 69 : Lelaki Terbaik
72 Bab 70 : Kisahnya
73 Bab 71 : Berjuang Dalam Diam
74 Bab 72 : Hal Paling Menyakitkan
75 Bab 73 : Berusaha Mengikhlaskan
76 Bab 74 : Kelulusan
77 Bab 75 : Life Goes On
78 Bab 76 : Hai :)
79 Epilog
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Prolog
2
Cast
3
Bab 1 : Hal Paling Dibenci
4
Bab 2 : Namanya Juga Dosen
5
Bab 3 : Sebuah Candaan
6
Bab 4 : Best Friend
7
Bab 5 : Kekhawatiran Seorang Ayah
8
Bab 6 : Keajaiban Yang Nyata
9
Bab 7 : Mas Pacar
10
Bab 8 : I Hope You Always Love Me
11
Bab 9 : Keinginan
12
Bab 10 : Lamaran
13
Bab 11 : Selingkuh ?
14
Bab 12 : Break Up
15
Bab 13 : Curahan Hati
16
Bab 14 : I Say Yes !
17
Bab 15 : Persiapan Pernikahan
18
Bab 16 : Wedding Dress
19
Bab 17 : Invitation Card
20
Bab 18 : The Day
21
Bab 19 : First Night
22
Bab 20 : Suami Istri
23
Bab 21 : Dosen dan Mahasiswi
24
Bab 22 : Godaan Dosen
25
Bab 23 : Mie Instan
26
Bab 24 : Treat Like A Queen
27
Bab 25 : Kesibukan Sebagai Mahasiswi
28
Bab 26 : Sakit
29
Bab 27 : Perhatian
30
Bab 28 : Bubur Ayam
31
Bab 29 : Kembali
32
Bab 30 : Ex - Boyfriend
33
Bab 31 : Penyesalan Yang Terlambat
34
Bab 32 : Kehilangan
35
Bab 33 : Kesedihan
36
Bab 34 : Hadiah
37
Bab 35 : Bersamanya
38
Bab 36 : Cemburu
39
Bab 37 : Seseorang Dari Masa Lalu
40
Bab 38 : Pesta
41
Bab 39 : Mabuk
42
Bab 40 : Pagi Yang Canggung
43
Bab 41 : Rumor
44
Bab 42 : Pusat Perhatian
45
Bab 43 : Kecewa
46
Bab 44 : Falling In Love
47
Bab 45 : For The First Time
48
Bab 46 : Happiness
49
Bab 47 : He's Lying
50
Bab 48 : Kepercayaan
51
Bab 49 : Confused
52
Bab 50 : Give Up
53
Bab 51 : Don't Ever Change
54
Bab 52 : She's Nice
55
Bab 53 : Hilangnya Kepercayaan Diri
56
Bab 54 : Masih Sayang Mantan ?
57
Bab 55 : Luar Negeri
58
Bab 56 : Miss Him
59
Bab 57 : Blessing
60
Bab 58 : Kabar
61
Bab 59 : Salah Paham
62
Bab 60 : Perceraian
63
Bab 61 : Dia Pergi
64
Bab 62 : Ibu Tunggal
65
Bab 63 : Sepi
66
Bab 64 : Masih Menunggu
67
Bab 65 : My Baby Girl
68
Bab 66 : Teringat Dia
69
Bab 67 : Happy Birthday
70
Bab 68 : Pesan Terakhir
71
Bab 69 : Lelaki Terbaik
72
Bab 70 : Kisahnya
73
Bab 71 : Berjuang Dalam Diam
74
Bab 72 : Hal Paling Menyakitkan
75
Bab 73 : Berusaha Mengikhlaskan
76
Bab 74 : Kelulusan
77
Bab 75 : Life Goes On
78
Bab 76 : Hai :)
79
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!